TRIBUNJAMBI.COM - Rofik Asharudin (22) terduga pelaku bom bunuh diri di Pos Pengaman (Pospam) Lebaran 2019 di Kartasura Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (3/6/2019) malam.
Rofik Asharudin dikenal sebagai sosok yang tertutup dan kerap hilang secara msiterius.
Ia berubah menjadi orang asing bagi lingkungan sekitar sejak lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dikutip dari TribunSolo.com, sejak berubah menjadi sosok yang tertutup, Rofik sering menghilang secara misterius dan tiba-tiba kembali lagi ke rumahnya,
Dijelaskan oleh Masil (19), yang merupakan teman terduga pelaku, Rofik sempat menghilang dalam kurun waktu yang lama sampai kabar hilangnya dibagikan ke berbagai media sosial.
"Dulu bahkan sampai masuk ke akun Facebook Info Cegatan Solo, masuk daftar orang hilang," ucap Masil, Selasa (4/6/2019).
Masil menduga, saat pergi menghilang itulah, terduga pelaku menjadi korban pencucian otak dari orang yang tak dikenal.
Dugaan Masil menguat saat Rofik berubah drastis saat kembali ke rumah.
Masil juga menuturkan, Rofik sering dipergokinya sedang menonton video yang berbau radikal.
"Ia mulai senang melihat video perang Suriah, termasuk pemenggalan kepala menggunakan handphone," ungkap Masil.
"Padahal dulu orangnya biasa saja, dengan teman-teman sekampung pun sering kumpul-kumpul, namun tiba-tiba sudah tidak mau ke masjid," ucapnya.
Perubahan yang paling dirasakan oleh Masil adalah kebiasaan Rofik yakni bermain musik.
Saat ini Rofik sudah tidak mau lagi bermain musik karena disebut haram.
"Namun ia berhenti, katanya main musik itu haram," terang Masil.
Perubahan Rofik juga diterangkan oleh Kepala Dusun Kranggan Kulon, Desa Wirogunan, Kartasura, Sukoharjo.