Tekstur dan daya tahan kue keranjang yang disantap saat Imlek pun punya arti filosofi.
Baca: Tangkap Pasangan Mesum, Satpol PP Terlanjur Temukan Cairan Ini di Sprei
Baca: Tiga Kali Bersetubuh Hingga Ancam Sebar Video Syur Mahasiswi, Oknum Dosen Dibui
Kekenyalan yang terasa merupakan simbol dari sebuah kegigihan, keuletan, daya juang, dan perasaan pantang menyerah untuk meraih tujuan hidup.
Karena itulah pesan untuk berjuang hingga akhir menjadi satu hal yang begitu terekam bagi masyarakat Tionghoa saat menyantap kue keranjang.
Sedangkan daya tahannya yang begitu lama mempunya arti hubungan yang abadi biarpun jaman telah berubah.
Kesetiaan dan sikap saling menolong pun sangat penting untuk mewujudkan pesan ini sehingga diharapkan ketika waktu terus berjalan, rasa kekeluargaan akan selalu terjalin dengan baik.
Proses pembuatan kue keranjang juga punya makna. Karena waktu pengerjaan yang begitu lama yaitu sekitar 11 – 12 jam menuntut kesabaran, keteguhan hati, serta cita-cita untuk mendapatkan hasil maksimal.
Usaha yang begitu keras untuk membuatnya pun harus dilakukan dengan pikiran bersih dan jernih, penuh kesopanan serta konsentrasi tinggi sambil membebaskan hati dari prasangka buruk sehingga kue keranjang yang dibuat punya bentuk, rasa, dan tekstur sempurna.
Mengenai cara pembuatannya, kudapan berbahan dasar tepung ketan dan gula merah ini diolah dengan cara dikukus selama sehari semalam.
Proses membuat kue ini harus teliti agar tidak mudah gosong.
Sebagai kue pelengkap imlek, penganan ini baru bisa dimakan 20 hari setelahnya. (Sumber Lain)