Mendekati 17 April 2019, beberapa tokoh mengalihkan dukungan dari kubu Prabowo Subianto ke Joko Widodo. Berikut ini daftarnya ...
TRIBUNJAMBI.COM - Pasangan capres-cawapres berlomba-lomba mencari dukungan untuk Pilpres 2019 pada 17 April 2019.
Mendekati hari H pesta demokrasi itu, ada tokoh-tokoh yang mengalihkan dukungan, baik dari dan ke Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
Seiring waktu, kedua pasangan tersebut ada juga kehilangan yang pendukungnya, dari tokoh-tokoh.
Seperti Prabowo Subianto mulai ditinggal pendukungnya. Dari mulai petinggi partai politik, mantan kepala daerah hingga gubernur.
Dukungan mereka didasarkan pada berbagai alasan. Sebagian dari mereka pernah memiliki kedekatan dengan Prabowo maupun menjadi bagian dari tim pemenangan pada Pilpres 2014.
Baca Juga:
VIDEO VIRAL Keranda Mayat Dihanyutkan di Sungai Sebelum Dikubur, Ada Pesan untuk Pemerintah
Dor, Detik-detik Bripka Poltak Tembak Kepala Sendiri, Pinjam Pistol Teman Lalu Arahkan ke Kepala
Perencanaan Bercinta Kaisar China, Cara Tiduri 121 Perempuan dalam 15 Hari, Pembagiannya Rumit
Siapakah Achmad Zaky? CEO Bukalapak Tulis Cuitan yang Bikin Netizen Terbelah, Ternyata dari Sragen
Siapa saja mereka? Berikut tribun-timur.com rangkum seperti dikutip dari Kompas.com:
1. Yusril Ihza Mahendra
Ketua Umum Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra kini beralih mendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Saat ini Yusril menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf. Sedangkan pada Pemilu 2014, Yusril menjadi saksi ahli dari pihak Prabowo-Hatta dalam sidang sengketa hasil pemilu.
Meski bersedia menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf, Yusril menegaskan bahwa ia tidak bergabung dalam tim kampanye nasional.
Sebagai pengacara dari luar tim, Yusril akan membantu jika Jokowi-Ma'ruf dan timnya berhadapan dengan proses hukum selama masa Pilpres 2019.
Tak lama kemudian Partai Bulan Bintang (PBB) resmi menyatakan dukungan kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Yusril mengatakan, keputusan itu diambil karena dianggap paling realistis untuk partainya.