TERUNGKAP Penyebab Tsunami Selat Sunda Tak Didahului Gempa, Analisis Jess Phoenix

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Analisis penyebab tsunami Selat Sunda tak didahului gempa.

"Atau aliran massa dari lahar gunung Anak Krakatau itu volumenya cukup besar sehingga mengakibatkan gelombang tsunami.'

Sistem deteksi dini tsunami Indonesia, menurutnya, tidak berkembang sejak 2012, dan juga lebih berfokus pada yang disebabkan gempa.

Deteksi dini untuk longsor yang terjadi di laut ini sangat mahal: harus memasang jaringan deteksi kabel bawah laut, padahal laut Indonesia begitu luas.

Betapa pun, menurutnya, bisa juga Indonesia mengambil prioritas untuk memasang detektor dengan jaringan kabel ini di lokasi tertentu.

"Yang pertama, di kawasan Selat Sunda ini. Lalu di laut sekitar Padang hingga Mentawai. Serta di laut yang memiliki teluk yang dalam, seperti di Palu."

Ia mengingatkan, gempa di Palu beberapa waktu lalu, tak akan mengakibatkan tsunami sedahsyat itu, jika tak diikuti oleh longsor laut, akibat rubuhnya tebing laut di sana

facebook Pakar vulkonologi Jess Phoenix ()

Jika memang ini disebabkan oleh letusan Anak Krakatau, bagaimana prosesnya?

"Saya pikir gelombang tinggi lebih karena pasang laut saja, karena kalau gelombang tinggi karena letusan gunung api perlu letusan yang sangat besar atau karena longsoran tubuh gunung api," jelasnya.

Namun, ahli vulkanologi Jess Phoenix mengatakan kepada BBC bahwa ketika gunung berapi meletus, magma panas mendorong ke bawah tanah dan dapat menggusur atau menerobos batu yang lebih dingin.

Menurutnya, ini bisa memicu tanah longsor.

Namun, karena sebagian Anak Krakatau berada di bawah air, dia berkata "Bukan hanya menyebabkan tanah longsor, tanah longsor bawah laut mendorong air saat bergerak."

Ini kemudian dapat menyebabkan tsunami.

Proses inilah yang diduga menyebabkan tsunami di Selat Sunda.

Fotografer Norwegia, Oystein Lund Andersen, saksi mata yang juga rajin mengamati aktivitas gunung berapi Indonesia termasuk Gunung Anak Krakatau kepada BBC News mengatakan:

"Saya saat itu sedang berada di pantai Anyer, Jawa Barat. Saya sendirian, keluarga saya tidur di kamar.

Saya mencoba memotret gunung Krakatau yang terus meletus.

Sebelumnya di malam hari, terjadi aktivitas erupsi yang cukup berat. Tapi sesaat sebelum ombak menghantam pantai, tidak ada aktivitas sama sekali.

Di luar sana hanya kegelapan. Tiba-tiba saja saya lihat gelombang itu datang, dan saya harus berlari.

Ada dua gelombang yang datang. Gelombang pertama tidak terlalu kuat - saya masih bisa berlari menjauhinya.

Saya berlari langsung ke hotel, dan di sana istri dan putra saya masih sedang tidur. Saya membangunkan mereka ... dan saya mendengar gelombang besar datang.

Saya melihat keluar jendela ketika gelombang kedua menghantam. Dan gelombang itu jauh lebih besar. Ombak melintasi hotel. Mobil terdorong keluar dari jalanan.

Kami dan orang-orang lain di hotel langsung menuju hutan yang berada di lokasi yang lebih tinggi, tak jauh dari hotel. Dan kami masih berada di atas bukit hingga sekarang."

Video kerusakan yang ditimbulkan tsunami

Oystein mengunggah video rekaman aktivitas erupsi Gunung Krakatau yang diambil pada 22 Desember, "beberapa jam sebelum tsunami menyerang pesisir Jawa".

Ia memang mengamati perkembangan erupsi Anak Krakatau dan mengunggah rekamannya ke akun twitternya.

Setelah tsunami, Gunung Anak Krakatau masih terus erupsi.

Artikel ini dikompilasi dari Kompas.com dengan judul "Menyoal Dakwaan pada Anak Krakatau tentang Kasus Tsunami Selat Sunda", artikel di BBC News Indonesia berjudul: Benarkah letusan gunung Anak Krakatau sebabkan tsunami Selat Sunda?

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

 Tren Digital yang Bakal Barak di Tahun 2019 - Mulai Al hingga Cloud

 Kecantikan Supit, Foto Asisten Keluarga Hermansyah Curi Perhatian Netizen, Makeup Natural

 Raja Intel Kopassus Serbu Pemberontak Cuma Modal Otak Cerdas, Benny Tak Tergoda Peti Harta

 Ramalan Zodiak Senin 24 Desember 2018 - Taurus Lajang Akan Bertemu Seseorang, Cancer Waspada Alergi

Berita Terkini