Ratna mengaku mulai muncul ketidaksukaan pada Ahok pada saat kegiatan keagamaan Idul Qurban tahun 2014.
Ahok menurut Ratna justru tidak menghormati keberagaman dengan melarang pemotongan hewan qurban di sembarang tempat dan harus di RPH (Rumah Potong Hewan).
Ketidaksukaan tersebut ditambahlagi saat kasus penggusuran Kampung Pulo, Jakarta Timur.
Menurut Ratna, Ahok tidak bisa memberikan alasan yang kuat dalam melakukan penggusuran Kampung Pulo ketika itu.
Manurut Ratna, kekurangan ahok yang paling mendasar adalah antikritik.
Mereka yang mengkritik langsung dicap sebagai musuh.
“Pak Ahok menurut saya apabila dibilang salah dia akan marah besar. Menurut saya seperti itu kurang tepat. Manusia itu pasti ada salah salahnya lah. Dari situ lah kita belajar,” katanya.
Ratna mengaku sadar Ahok memiliki watak yang keras.
Namun bukan berarti dengan watak keras tersebut tidak dapat berdialog dengan warganya.
Menurut Ratna, ia pun juga berwatak keras, namun dalam membahas atau menyelesaikan persoalan, membuka ruang dialog.
“Bukan berarti saya selalu benar ya dan bukan berarti pak Ahok benar juga ya, tapi itu kan bisa didialogkan. Jangan kita kritik, kemudian kita dicoret dari daftar teman,” kritik Ratna.
Penyebab Ratna Tak Suka Ahok
Menurut Ratna dua kasus itu turut menjerat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok.
Ratna Sarumpaet juga menolak rencana Pemprov DKI menggusur permukiman warga di sekitar Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara.
Dia mengkritik langkah Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang tak henti-hentinya melakukan penggusuran.
Ratna juga menuding penggusuran Ahok tersebut kental dengan kepentingan bisnis para cukong.
Namun siapa sangka sebelum mereka berseteru hubungan antara Ahok dan Ratna Sarumpaet sempat akrab.
Sebelum akhirnya berseberangan, awalnya hubungan Ratna Sarumpaet dan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok sempat akrab.
Dilansir Tribunjambi.com dari Warta Kota, Ratna Sarumpaet dulunya merupakan pendukung Basuki Tjahaja Purnama saat menjadi pasangan Joko Widodo pada Pilkada DKI Jakarta 2012.
Saking dekatnya Ratna dengan Ahok pernikahan putri Ratna yakni Atiqah Hasiolan pun bisa dilangsungkan di Pulau Seribu, salah satu kawasan wisata DKI Jakarta.
Namun seiring berjalannya waktu Ratna menjadi salah satu penentang Ahok paling depan.
Saat Pemprov DKI Jakarta hendak menggusur kampung Pasar Ikan dan Kampung Aquarium di Jakarta Utara, Ratna tampil membela warga.
Ratna menampik bila kritik keras yang dilontarkannya selama ini kepada pemprov DKI lantaran ketidaksukaannya secara pribadi kepada Ahok.
Menurut Ratna pada awalnya ia berhubungan baik dengan mantan Bupati Belitung Timur tersebut.
Tahun 2012, Ahok pernah mendatangi rumah Ratna meminta dukungan untuk maju sebagai calon wakil gubernur mendampingi Joko Widodo.
Pada Pilkada 2012, Ratna mendukung pasangan Jokowi-Ahok melawan Fauzi Bowo.
Hasilnya, Jokowi-Ahok menang meski melalui dua putaran.
Ratna juga mengakui, berkat Ahok lah, anaknya, Atiqah Hasiholan bisa menikah di Pulau Seribu.
“Saya sebenarya dulu baik, Pak Ahok datang ke rumah aku dulu meminta dukunganku,” katanya.
Ia mengatakan, saat itu ia sangat mendukung Ahok menjadi pimpinan DKI.
Alasannya Ahok merupakan bagian dari minoritas, dan dalam memimpin suatu daerah tidak dinilai dari latar belakangnya, melainkan dari kemampuannya.
Baca: Peserta Audisi Liga Dangdut Indonesia 2 di Jambi, Datang dari Penjuru Kabupaten
Baca: Zaman Ahok Lantang Mengkritik, Kini Ratna Sarumpaet Difasilitasi Pemprov DKI, Anies Ungkap Alasannya
Baca: Bocah 7 Tahun Hanyut di Sungai Batang Asai, Warga Pasar Gerabak Geger
“Saya dukung banget karena dia minoritas. Dan saya kira Indonesia harus menerima pemimpin berdasakan kemampuan, tidak peduli latar belakangnya,” katanya.
Ratna mengaku mulai muncul ketidaksukaan pada Ahok pada saat kegiatan keagamaan Idul Qurban tahun 2014.
Ahok menurut Ratna justru tidak menghormati keberagaman dengan melarang pemotongan hewan qurban di sembarang tempat dan harus di RPH (Rumah Potong Hewan).
Ketidaksukaan tersebut ditambah lagi saat kasus penggusuran Kampung Pulo, Jakarta Timur.
Menurut Ratna, Ahok tidak bisa memberikan alasan yang kuat dalam melakukan penggusuran Kampung Pulo ketika itu.
Manurut Ratna, kekurangan ahok yang paling mendasar adalah antikritik.
Mereka yang mengkritik langsung dicap sebagai musuh.
“Pak Ahok menurut saya apabila dibilang salah dia akan marah besar. Menurut saya seperti itu kurang tepat. Manusia itu pasti ada salah salahnya lah. Dari situ lah kita belajar,” katanya.
Ratna mengaku sadar Ahok memiliki watak yang keras.
Namun bukan berarti dengan watak keras tersebut tidak dapat berdialog dengan warganya.
Menurut Ratna, ia pun juga berwatak keras, namun dalam membahas atau menyelesaikan persoalan, membuka ruang dialog.
“Bukan berarti saya selalu benar ya dan bukan berarti pak Ahok benar juga ya, tapi itu kan bisa didialogkan. Jangan kita kritik, kemudian kita dicoret dari daftar teman,” kritik Ratna.