Ketika Ratna Sarumpaet Ungkap Ada Jasa Ahok Pada Pernikahan Atiqah Hasiholan dan Rio Dewanto

Editor: bandot
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ratna Sarumpaet, Atiqah Hasiholan, Rio Dewanto dan Ahok

Sebelum akhirnya berseberangan, awalnya hubungan Ratna Sarumpaet dan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok sempat akrab.

Dilansir Tribunjambi.com dari Warta Kota, Ratna Sarumpaet dulunya merupakan pendukung Basuki Tjahaja Purnama saat menjadi pasangan Joko Widodo pada Pilkada DKI Jakarta 2012.

Saking dekatnya Ratna dengan Ahok pernikahan putri Ratna yakni Atiqah Hasiolan pun bisa dilangsungkan di Pulau Seribu, salah satu kawasan wisata DKI Jakarta.

Usai melangsungkan pernikahan di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, pasangan selebritis Atiqah Hasiholan dan Rio Dewanto memberi keterangan pers kepada wartawan di Eco Fantastic, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (24/8/2013) malam (WARTA KOTA/NUR ICHSAN)

Namun seiring berjalannya waktu Ratna menjadi salah satu penentang Ahok paling depan.

Saat Pemprov DKI Jakarta hendak menggusur kampung Pasar Ikan dan Kampung Aquarium di Jakarta Utara, Ratna tampil membela warga.

Ratna menampik bila kritik keras yang dilontarkannya selama ini kepada pemprov DKI lantaran ketidaksukaannya secara pribadi kepada Ahok.

Menurut Ratna pada awalnya ia berhubungan baik dengan mantan Bupati Belitung Timur tersebut.

Tahun 2012, Ahok pernah mendatangi rumah Ratna meminta dukungan untuk maju sebagai calon wakil gubernur mendampingi Joko Widodo.

Pada Pilkada 2012, Ratna mendukung pasangan Jokowi-Ahok melawan Fauzi Bowo.

Hasilnya, Jokowi-Ahok menang meski melalui dua putaran.

Ratna juga mengakui, berkat Ahok lah, anaknya, Atiqah Hasiholan bisa menikah di Pulau Seribu.

“Saya sebenarya dulu baik, Pak Ahok datang ke rumah aku dulu meminta dukunganku,” katanya.

Ia mengatakan, saat itu ia sangat mendukung Ahok menjadi pimpinan DKI.

Baca: Oposisi Ditembak Sniper, Kisah Kopassus Menyamar Lindungi Presiden Filipina Dari Ancaman Kudeta

Alasannya Ahok merupakan bagian dari minoritas, dan dalam memimpin suatu daerah tidak dinilai dari latar belakangnya, melainkan dari kemampuannya.

“Saya dukung banget karena dia minoritas. Dan saya kira Indonesia harus menerima pemimpin berdasakan kemampuan, tidak peduli latar belakangnya,” katanya.

Halaman
1234

Berita Terkini