TRIBUNJAMBI.COM, MAKASSAR - Penuturan Dr drg Eka Erwansyah MKes yang bergabung di medis Universitas Hasanuddin (Unhas) yang membantu korban gempa bumi dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah, "menyayat hati".
Dokter Eka Erwansyah menuturkan bencana alam di Kabupaten Donggala bukanlah bencana luar biasa, tapi sungguh sangat luar biasa.
"Bencana Palu dalam pandangan saya bukan hanya bencana luarbiasa, tapi sungguh sangat luabiasa," kata Dokter Eka melalui pesan WhatsApp ke Tribun Timur, Senin (1/10/2018).
Berikut tulisan, Dokter Eka menggambarkan situasi dan kondisi pascagempa bumi di Sulawesi Tengah.
"Biasa dalam suatu bencana hanya ada 1 atau 2 'pembunuh'. Biasanya gempa saja, atau gempa plus tsunami.
Bencana Aceh didahului gempa tapi "sang pembunuh" sebenarnya adalah hanya 1 yaitu tsunami.
Baca: Penampakan Petobo dari Udara, Titik Terparah Kerusakannya Akibat Gempa Sulawesi Tengah
Baca: Kondisi di Lokasi Gempa, Listrik Putus, Telepon Sulit, Komunikasi Harus Ketemu Langsung
Baca: Masjid Pindah 50 Meter, Ini Titik Terdahsyat Kerusakan Akibat Gempa Sulawesi Tengah
Nah di Palu ada tiga sang pembunuh:
1. Gempa
Banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan.
2. Tsunami
Sekitar 1000 orang di sekitar pantai sedang persiapan Festival Nomini tersapu oleh tsunami.
3. Lumpur
Ada perkampungan yang hilang akibat lumpur yang menyembur dari dalam bumi dan dalam sekejap menenggelamkan satu perkampungan.
Diperkirakan sekitar 700 orang terkubur hidup-hidup.
Ada juga sekitar 200 siswa SMA sedang kemah juga terkubur dalam lumpur yang tiba-tiba menyembur dan menimbun mereka.
"Kebetulan saya dan teman-teman yang tergabung dalam Tim DVI Unhas sudah berada di lokasi sejak kemaren pagi. Kampung yang hilang itu Kampung Petobo, daerah Sigi," ungkap Dokter Eka.
Berikut kisah dokter Eka saat di lapangan.
"Seorang bapak melaporkan anaknya yang hilang.