Di kalangan masyarakat Jawa, diyakini bahwa malam itu merupakan malam keramat.
Kirab kebo bule Keraton Surakarta
Tradisi dalam masyarakat Jawa, khususnya Keraton Surakarta yaitu kirab Kebo Bule.
Itu merupakan ritual Keraton Kasunanan Surakarta pada malam 1 Suro. Sekawanan kerbau (kebo) yang dipercaya keramat, yaitu Kebo Bule Kiai Slamet, diarak keliling. Konon kerbau ini bukan sembarang kerbau.
Menjadi pengetahuan, dalam buku Babad Solo karya Raden Mas (RM) Said, dituliskan leluhur kebo bule merupakan hewan klangenan atau kesayangan Paku Buwono II. Maka dari itu, kebo bule ini dianggap sebagai pusaka keraton.
Kirab Kebo Bule berlangsung tengah malam, tergantung ‘kemauan’ dari kebo Kyai Slamet.
Ada hal menarik terkait Kebo Bule ini. Orang-orang sekitar Keraton akan berjalan mengikuti kirab dan berebut menyentuh tubuh , bahkan menunggu kebo bule buang kotoran, lalu berebut mendapatkannya. Sebagian masyarakat beranggapan kotoran tersebut sebagai tradisi ngalap berkah.
Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta
Di Yogyakarta setiap malam 1 Suro digelar acara mengarak benda pusaka mengelilingi benteng keraton, diikuti ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya.
Selama melakukan ritual mubeng beteng tidak diperkenankan berbicara seperti halnya orang sedang bertapa. Inilah yang dikenal dengan istilah tapa bisu mubeng beteng.
Tirakatan
Tirakat dari kata ‘Thoriqot’ atau Jalan, yang dimaknai sebagai usaha mencari jalan agar dekat dengan Allah. Tirakatan ini digelar setiap malam satu Suro oleh kelompok-kelompok penganut aliran kepercayaan Kejawen yang masih banyak dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan atau selamatan.
Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada. Eling artinya manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan di mana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan.
Tapa Bisu
Tapa Bisu atau mengunci mulut. Sesuai namanya, ritual ini dilakukan dengan cara diam, tidak mengeluarkan kata-kata selama ritual. Ritual ini juga bisa dimaknai sebagai upacara untuk mawas diri, berkaca pada diri atas apa yang dilakoninya selama setahun penuh, menghadapi tahun baru di esok paginya.