Para prajurit RPKAD mulai merasakan ketegangan, karena sebentar lagi mereka akan mendarat dan pastinya akan beradu tembak dengan tentara Belanda.
Pintu kedap air bagian haluan cepat-cepat dibuka, lalu dua perahu karet dikeluarkan serta dipompa dan meluncurlah tim pasukan komando RPKAD untuk menuju bibir pantai.
Sampai saat itu tak ada pasukan Belanda di sana dan tim berhasil mencapai daratan dengan selamat.
Namun, tiba-tiba di kejauhan langit ada kelip cahaya datang mendekat.
Hati para kru RI Trisula kecut, itu adalah pesawat intai maritim Belanda, dua buah pesawat Neptune menyatroni mereka.
Komandan Trisula, Asikin, memerintahkan pasukan RPKAD yang sudah menjejakkan kaki di darat, disuruh segera kembali ke kapal selam.
Tak hanya itu saja, kru RI Trisula juga dikagetkan dengan kedatangan kapal destroyer milik AL Belanda.
Secepat mungkin metode menyelam cepat (Dive Crash) segera dilaksanakan.
Baca: Polres Sarolangun Cover Lagu Meraih Bintang, Ada yang Goyang Dayung Presiden Jokowi
Baca: Elang Bondol Momo Maskot Asian Para Games 2018, Jakarta 6-13 Oktober 2018
Baca: 1963, Pertempuran di Kampung Pareh, Linud 328 Tewaskan 25 Pasukan SAS Inggris
RI Trisula langsung meluncur masuk kedalam air untuk menghindari ancaman dari musuh.
RI Trisula bahkan menyelam sampai kedalaman 180 meter dibawah permukaan laut.
Dua jam lamanya kapal destroyer Belanda berputar-putar di atas posisi Trisula berada dan berusaha mendeteksi keberadaan kapal selam ALRI tersebut
Untung, RI Trisula berhasil menyelinap pergi dari sana dan kembali ke pangkalan semula.
Namun, para kru kapal dan tim dalam operasi tersebut agak kecewa karena ada perintah gencatan senjata sesaat setelah merapat di pelabuhan.
Itu berarti pasukan komando RPKAD tak jadi 'adu bedil' dengan tentara Belanda di Hollandia dan Sentani
Selain itu, Operasi Trikora juga melibatkan Pasukan Katak (Paska) TNI Angkatan Laut yang baru saja dibentuk (31 Maret 1962) dan dikomandani oleh Letkol OP Koesno