Asal tahu saja guys, gambar tersebut tak pernah berubah sejak tahun 1971 hingga sekarang, lho.
Padahal, seni grafis terus berkembang dan maju.
Rupanya, ilustrasi potret sebuah keluarga tersebut sempat membuat heboh.
Meski keluarga tersebut terlihat harmonis, dinilai janggal sebab banyak yang menanyakan keberadaan sosok ayah.
Nah, sebenarnya ke mana ayah dari anak-anak itu?
Apakah mereka anak yatim?
Oh, ternyata nggak kok, guys.
Justru sang ayahlah yang berada di balik layar sekaligus yang mengambil gambar ketiga anggota keluarga tersebut.
Hal tersebut diungkapkan Bernardus Prasodjo, si tukang gambar atau creative designer kaleng Khong Guan.
Selain desain potret sebuah keluarga harmonis di meja makan ternyata ada versi lain.
Kali ini, desain tersebut memperlihatkan sosok ayah.
Si ayah yang baru saja pulang bekerja disambut dengan suka cita oleh kedua anaknya dan si ibu berdiri di depan pintu.
Bernardus memilih gambar itu sebagai gambaran keluarganya yang harmonis saat dirinya masih berusia 24 tahun.
Mantan pengajar desain grafis pada Lembaga Pendidikan Komputer Terpadu Gramedia tersebut ingin keluarga yang menyantap biskuit aneka jenis itu serupa dengan keluarganya.
Selain kaleng biskuit Khong Guan, pria yang berusia 69 tahun pada 2016 ini turut menjadi desainer gambar kaleng wafer Nissin.
Sebelum jadi desain kaleng Khong Guan, Bernardus yang memiliki hobi menggambar ini harus menerima kegagalan.
Ia gagal menjadi sarjana di Institut Teknologi Bandung dan hanya menjalani studinya selama dua tahun.
Bernardus mengaku sudah hobi menggambar sejak kecil.
Ia pun akhirnya menjalani beberapa pekerjaan.
Sebelumnya, ia sempat membuat komik untuk sebuah majalah hingga akhirnya pindah ke sebuah perusahaan.
Ditawarilah untuk menggambari dari perusahaan separasi warna.
"Perusahaan separasi warna itu juga yang memberi saya kerjaan ilustrasi untuk kaleng biskuit Khong Guan, lupa tahun berapa, yang jelas saat itu usia saya 24 tahun," katanya seperti dikutip dari Warta Kota.
Sudah mendulang kesuksesan melalui ilustrasi gambar kaleng Khong Guan, ia memilih sebuah keputusan.
Di hari tuanya, Prasodjo tak lagi menekuni bisnis desain grafisnya.
Dia justru menjadi penyembuh alternatif menggunakan energi prana yang ia pelajari dari negara Filipina