Dipercaya Sebagai Pasarnya Para Setan! Begini Kebenaran Pasar Bubrah Gunung Merapi di Mata Sains

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendaki menuruni sisi utara Gunung Merapi (2.896 mdpl) menuju pos Pasar Bubrah di jalur Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (8/6/2014).

Berbicara mengenai pasar bubrah tempat ini adalah salah satu tempat yang di Merapi yang disebut jauh dari kesan subur.

Disebut demikian karena tempat ini adalah satu-satunya sisa dari letusan gunung merapi di mana kontur tanahnya dipenuhi dengan batuan vulkanik.

Pada lokasi tersebut banyak batu-batuan besar yang merupakan sisa-sisa letusan Gunung Merapi.

Menurut sebuah penelitain menyebutkan Merapi Baru terbentuk 2.000 tahun lalu hingga sekarang, ditandai dengan pembentukan kerucut Merapi di dalam kawah Pasar Bubrah.

Baca: FOTO: Malam ini Tiga Kandidat Cabup dan Cawabup Merangin Berdebat, Polisi Turunkan 300 Personil

Selama periode Merapi baru, terjadi beberapa kali letusan eksplosif. Letusan besar Merapi diperkirakan pernah menutup Candi Sambisari di Kalasan, Yogyakarta, berjarak sekitar 23 kilometer dari puncak gunung, seperti dikutip dari Kompas.com.

Letusan Merapi bertipe plinian, dengan ciri tekanan gas sangat kuat karena pengaruh jenis magma yang kental dan bersifat asam, membentuk kolom letusan vertikal dengan ketinggian bisa mencapai 25 kilometer.

Selain itu sisa-sisa dari letusan tersebut juga menimbulkan bau menyengat belerang  dari tanah di sekitaran Pasar Bubrah.

Baca: Tahukah Kamu Awal Mula Nama Bali Bisa Dikenal Dunia Luas? Hingga Dijuluki Pulau Dewata

Tipe letusannya tetap luncuran awan panas, tetapi kecepatan proses dan intensitasnya sedemikian besar.

Awan panas atau disebut pyroclastic flow adalah aliran gas dari dalam perut gunung api yang membawa material batu, kerikil, pasir, dan debu, yang kini ada di Pasar Bubrah.

Kecepatan aliran tersebut bisa mencapai 100 km per jam, tergantung tekanan yang keluar dari dalam.

SUMBER: Intisari Online

Berita Terkini