TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Brigjen Pol Fadil Imran, menjelaskan terdapat beberapa divisi dalam kelompok penyebar hoaks Muslim Cyber Army atau The Famlily MCA.
Dalam menjalankan perannya masing-masing, satu yang disoroti adalah tugas "Sniper MCA".
Dalam paparannya, Sniper dari kelompok tersebut akan memutarbalikkan fakta yang ada bahkan menurunkan berita-berita mengenai penegakan hukum di media sosial.
"Bahkan sniper ini akan "take down" berita soal gakum," jelasnya.
Sniper, lebih lanjut juga akan melakukan serangan-serangan terhadap kelompok lawan dengan cara membuat berita-berita bohong yang kemudian dibagikan ke akun-akun kelompok MCA lainnya.
"Mereka yang akan membagikan hasil editan dan berita ini ke akun-akun lain," ungkapnya.
Lebih jauh dari itu, Ahli Digital Forensik, Ruby Alamsyah melihat tugas Sniper MCA cukup efektif.
Apalagi, mereka juga akan menyebarkan virus langsung ke ponsel admin lawan.
Dia menjelaskan sumber daya manusia dari MCA mampu untuk melakukan hal tersebut.
"Iya sniper ini mampu untuk mengirim virus ke telepon genggam admin suatu akun," kata Ruby.
Bukan hanya mengirim virus, Ruby mengatakan peran Sniper MCA, bisa beragam.
Baca: Siap-siap CPNS 2018, Ini 3 Formasi Paling Banyak Dicari dari 200 Ribu Kuota
Baca: Amidi: Zola dan Syahbandar Sempat Bertemu
Baca: Cina Blokir WhatsApp, 6 Negara Ini Juga Larang Warganya Gunakan Media Sosial, Termasuk Indonesia
Sniper dinilai dapat menutup suatu akun media sosial, bahkan mengambil alih unggahan dari akun yang sudah direbut.
Jika awalnya, suatu akun media sosial mengunggah hal-hal yang memojokkan isu dari MCA, ketika direbut, akan mengunggah hal yang sudah diputuskan Muslim Cyber Army. Tanpa menghapus unggahan sebelumnya.
"Ya macam-macam caranya mereka itu. Kalau efektif atau tidak, saya tidak bisa bicara banyak. Tapi lihat saja di media sosial itu, banyak juga akun asli yang percaya dengan mereka. Atau lihat saja aktivitas mereka di pilkada 2017," tambahnya.
Ruby menilai apa yang dilakukan MCA saat ini adalah hasil pembelajaran pada Pilkada 2017.
Ketika mereka ikut berperan dalam menyebar ujaran kebencian dan fitnah. Terlebih, mereka memiliki satu visi dan misi serta motif yang sama, yakni politik.
Dia tidak mengetahui secara pasti apa yang diinginkan oleh MCA saat ini, tetapi tidak akan jauh dari kepentingan politik di 2019.
"Mereka sedikit berbeda dengan Saracen yang memiliki organisasi yang jelas. Kalau MCA ini lebih ke arah politik. Jadi, ya pasti ada yang diincar di 2018 dan 2019 besok," tandasnya.
Kepala Satgas Nusantara, Irjen Pol Gatot Edy Pramono menjelaskan tujuan MCA tidak lebih daripada mengacaukan kondisi politik saat ini.
Baca: Astaga, Baru Sehari Dipasang di Kayu Aro, Baliho 3 Paslon Bupati Kerinci Hilang
Kelompok tersebut ingin membuat keresahan dan memecah belah masyarakat.
Dengan adanya opini-opini itu di media sosial, kelompok itu akan memperlihatkan bahwa pemerintah saat ini tidak mampu mengelola negara secara baik.
"Tujuannya ingin membuat masyarakat resah, membuat ketakutan ulama dan mengganggu persatuan bangsa. Apalagi saat ini tahun politik," jelas Gatot.
Polisi, masih terus bekerja untuk memberantas berita bohong dan fitnah di media sosial.
Masyarakat diharap tidak begitu saja percaya dengan berita-berita yang ada dan harus melakukan kroscek ke sumber berita lainnya.
"Jangan sampai masyarakat juga menjadi pelaku penyebar hoaks ini," harapnya. (Tribun Network/amriyono/wly)
Baca: Kondisi Putri Marino Semalam Setelah Pernikahan, Ada yang Beda di Matanya
Baca: Video - Detik-detik Satu Demi Satu Atap Bandara Runtuh karena Angin Kencang