Laporan wartawan Tribun Jambi, Mareza Sutan Ahli Jannah
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Merinding saat melihatnya. Saat besi panas menusuk tubuh pria yang bertelanjang dada, saat bola api menghantam punggung para tatung. Itu kemeriahan yang terlihat saat Perayaan Cap Go Meh di Kelenteng Hok Kheng Tong.
Apakah para tatung ini kesurupan sehingga tak tubuh mereka tak merasakan sakit saat senjata tajam dan api mengiris kulitnya? Tentu tidak.
Sebenarnya apakah tatung itu?
Dari penjelasan yang diperoleh tribunjambi di situs wikipedia Indonesia, Tatung dalam bahasa Hakka adalah orang yang dirasuki roh Dewa atau leluhur.
Dijelaskan bahwa raga atau tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi atau perantara antara roh leluhur atau Dewa tersebut. Dengan menggunakan mantra dan mudra tertentu roh Dewa dipanggil ke altar kemudian akan memasuki raga orang tersebut.
Para Dewa atau roh leluhur biasa dipanggil dengan kepentingan tertentu. Misalnya untuk melakukan kegiatan pengobatan atau meminta nasihat yang dipandang perlu. Kebanyakan para roh Dewa dipanggil untuk kegiatan yang berhubungan kepercayaan Taoisme. Antara lain pengobatan, pengusiran roh jahat, pembuatan Hu ,dan lain-lain. Setelah kegiatan yang dilakukan selesai, roh akan meninggalkan tubuh orang tersebut.
Di Tiongkok, tradisi tatung sudah punah, sementara daerah-daerah di Indonesia yang masih memiliki tradisi ini adalah Kalimantan Barat dan Bangka Belitung.
Saksikan langsungnya:
Baca: Selamat Malam, yang Populer Hari Ini, Jenazah Dibonceng Motor sampai Mobil Penuh Kerupuk
Baca: Setelah Saling Bacok, Kedua Orang Warga Kampung Tengah Ini Sama-sama Lapor Polisi
Baca: Ini Deretan Larangan yang Dilakukan PNS saat Pilwako, Anda Jangan Sampai Dapat Sanksi
Baca: Sarwendah Tulis Surat Mengharukan, Tapi Thalia Belum Bisa Membaca, Netizen Malah Komentar