TRIBUNJAMBI.COM - Giok sebagai salah satu batu mulia banyak diincar dan digemari.
Selain berfungsi sebagai perhiasan dan ornamen, giok juga bermanfaat bagi kesehatan.
Namun, itu tidak berlaku untuk giok palsu karena giok tersebut tak lebih dari sekadar aksesori saja.
Baca: Dolly, Anaknya Lahir Ditarik Pakai Tang
Maka diperlukan cara praktis untuk bisa membedakan mana giok yang asli, mana pula yang tiruan.
“Cara yang paling mudah untuk mengetahui asli tidaknya giok bisa dilihat dari warna dan teksturnya,” terang Kepala Seksi Pengawasan dan Pembinaan Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Aceh, Sugeng Jarot kepada Serambi.
Menurut Sugeng, giok asli indeks warnanya kuat dan tidak berubah warna baik di bawah matahari maupun di dalam ruangan. Teksturnya halus dan padu.
Baca: VIRAL Video di Media Sosial, Pria Loncat dari Ketinggian 10, Ternyata Bunuh Diri
“Kilaunya bahkan bisa bertahan hingga sepuluh tahunan. Tapi giok palsu sebaliknya,” ujar Sugeng.
Ia tambahkan, warna giok palsu saat di bawah sinar matahari terlihat hijau, tapi jika di bawah sinar dalam ruangan berubah menjadi hijau gelap ataupun hitam.
Teksturnya kurang padu dan kilaunya memudar dalam tempo dua tahunan.
Sementara dari segi harga, kata Sugeng, juga jauh berbeda.
Baca: Kekayaan 42 Orang Terkaya Ini Setara dengan Harta 3 Miliar Warga Masyarakat Miskin Dunia
Giok asli kelas perhiasan dilepas mulai harga Rp 200.000, sementara giok palsu cukup Rp 50 ribuan saja sudah dapat.
Sedangkan untuk giok ornamen Sugeng tidak menemukan barang tiruannya beredar.
Giok asli, kata Sugeng, banyak dipasarkan melalui online, meskipun tak mempunyai sertifikat keaslian.
Namun, giok Aceh mendapat kepercayaan dari para pembeli. Sedangkan giok imitasi atau tiruan kebanyakan dijual di pasar tradisional atau dijajakan oleh pedagang keliling.
Baca: Benda-benda Sepele Ini Bisa Berguna saat Kondisi Darurat! No 5 Bisa Dicoba saat Cuaca Panas Nih
Giol palsu ini, lanjut Sugeng, umumnya dipasok dari Medan dan Malaysia, sementara kalau giok asal Aceh tidak ada yang palsu karena warga Aceh yang bergelut di bisnis ini tidak mau terima yang palsu lantaran ongkos tempahnya lebih mahal daripada harga jual.
Diakuinya bahwa memang banyak warga yang tidak bisa membedakan antara giok asli dengan yang palsu, sehingga mereka tertipu. Jadi, giok palsu itu mereka miliki bukan karena mereka suka giok tiruan, melainkan karena biasanya tertipu.
Baca: Kelompok Tani Kopi di Kawasan Penyangga TNKS Dapat BInaan, Syaratnya Lahan Tidak di Kawasan Hutan
“Sementara harga jual kembali giok asli tidak ada standar karena kebanyakan orang membelinya untuk koleksi pribadi guna dipakai sehari-hari,” paparnya.
Di sisi lain, Sugeng mengimbau warga yang menemukan giok agar melapor ke pihak pemerintah karena itu merupakan kekayaan negara.
Baca: Jadi Takut Dekat-dekat deh! Ini Kata Psikolog Soal Mereka yang Suka Foto Selfie
Kekayaan tersebut merupakan milik bersama dan bisa dipergunakan secara bersama melalui koperasi dengan membangun industri rumah tangga.
Sebaliknya, aksi penyelundupan bahan baku berupa batu alam, termasuk giok, jelas mengurangi nilai tambah dan merugikan negara. (nr)