Advertorial
Kisah Titien Suprihatien, Guru yang Menyulap Kelas Jadi Laboratorium Hidup
Di bawah bimbingan Titien, pelajaran sains di SMPN 11 Batanghari berkembang menjadi program kewirausahaan berbasis IPA
Penulis: tribunjambi | Editor: Suci Rahayu PK
“Kalau masuk ke kelas saya, jangan kaget lihat banyak barang di mana-mana,” ujarnya sambil tertawa.
“Tapi di sanalah tanda bahwa anak-anak aktif, mereka belajar dengan tangannya sendiri,” imbuhnya.
Perjalanan menuju kelas seperti ini tidak mudah. Fasilitas laboratorium yang terbatas membuat Titien sering harus mencari cara-cara kreatif. Ia memanfaatkan botol bekas, wadah makanan, dan barang tak terpakai sebagai alat praktik.
Baca juga: KKB Papua Tuding TNI Bom Permukiman dan Kuburan Leluhur di Kiwirok, Kapendam Bantah TPNPB-OPM
“Tidak ada ini, tidak ada itu, bukan alasan berhenti. Justru tantangan itulah yang membuat saya belajar mencari alternatif, bahkan ketika menghadiri acara pun saya tidak malu mengumpulkan bekas wadah makanan yang bisa saya bawa ke kelas untuk wadah calon jamur-jamur lucu saya” tuturnya sambil tersenyum.
Bagi Titien, menjadi guru berarti terus belajar. Ia adalah pembina kewirausahaan sekolah, kepala laboratorium, sekaligus fasilitator daerah (Fasda) Tanoto Foundation.
Ia mengaku banyak mendapatkan inspirasi dari pelatihan dan praktik baik yang difasilitasi Tanoto Foundation, termasuk pendekatan MIKIR — pembelajaran aktif yang menekankan pada interaksi, refleksi, dan penerapan nyata.
“Saya menerapkannya di kelas. Anak-anak jadi lebih aktif, lebih kritis, dan yang paling penting, mereka punya rasa percaya diri untuk mencoba,” ujarnya.
Dari Kelas ke Komunitas
Selain sebagai guru dan kepala laboratorium, Titien juga aktif sebagai Fasilitator Daerah Program PINTAR Tanoto Foundation. Ia menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran aktif seperti MIKIR — metode yang menekankan interaksi, refleksi, dan penerapan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya belajar banyak dari pelatihan Tanoto Foundation. Pendekatannya membuat siswa lebih kritis dan berani mencoba. Mereka tidak hanya mendengarkan, tapi benar-benar mengalami,” katanya.
Kini, bukan hanya murid yang terinspirasi. Banyak guru di Batanghari datang ke SMPN 11 untuk belajar bagaimana mengintegrasikan kewirausahaan ke dalam sains.
Sekolahnya telah menjadi contoh nyata bagaimana pembelajaran yang bermakna bisa menciptakan kemandirian ekonomi dan sosial.
Guru yang Tak Pernah Berhenti Belajar
Titien juga dikenal sebagai penulis produktif. Lebih dari 30 artikelnya telah dimuat di media nasional seperti Kompas dan Republika.
Ia juga menulis 12 buku ber-ISBN dan menjadi pembimbing komunitas literasi menata, tempat guru dan siswa belajar menulis secara gratis.
Baginya, menjadi guru berarti terus belajar dan berbagi.