Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen 1 Agustus 2025 - Kesetiaan yang Total

Bacaan ayat: 2 Raja-raja 12:2-3 (TB)  Yoas melakukan apa yang benar di mata TUHAN seumur hidupnya, selama imam Yoyada mengajar dia.

Editor: Suci Rahayu PK
ist
Pdt feri Nugroho, GKSBS Palembang Siloam 

Renungan Harian Kristen 1 Agustus 2025 - Kesetiaan yang Total

Bacaan ayat: 2 Raja-raja 12:2-3 (TB)  Yoas melakukan apa yang benar di mata TUHAN seumur hidupnya, selama imam Yoyada mengajar dia. Namun demikian, bukit-bukit pengorbanan tidaklah dijauhkan. Bangsa itu masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu.

Oleh Pdt Feri Nugroho

 

Seorang yang taat beribadah, rajin pergi persekutuan, dan aktif dalam pelayanan, tiba-tiba bertanya, "Apakah ada informasi tentang 'orang pintar' yang Bapak kenal? Jika ada saya ingin nomor WA nya." Terlintas, mungkin salah sambung atau salah kirim pesan, namun benar: itu nyata! 

Tidak bisa dihindari bahwa godaan untuk 'mendua hati' dalam hal iman sangatlah besar.

 Tidak peduli seaktif apapun seseorang dalam pelayanan, jika berhadapan dengan pergumulan dan merasa segala usaha gagal, tiba-tiba kata 'alternatif' muncul dan menggoda.

"Ach, Tuhan kan bisa memakai apa saja. Siapa tahu, ini menjadi alternatif jalan keluar dari Tuhan!"

Ingat, betapa licin dan liciknya Iblis menyesatkan. Kebenaran sepotong ditempelkan pada kebohongan segunung, ternyata banyak yang tertipu. 

Raja Yoas memutuskan untuk hidup benar dalam Tuhan. Ketika para imam tidak bertindak untuk memperbaiki Rumah Tuhan sementara mereka menerima bayaran dari rakyat, ia mengambil alih tanggung jawab dan memutuskan untuk memperbaiki rumah Tuhan.

Ia menyiapkan segala yang diperlukan  dan bertindak dengan segera. Bukankah ini sebuah tindakan baik yang memperlihatkan kesetiaan kepada Tuhan? 

Sayangnya, "bukit-bukit pengorbanan tidaklah dijauhkan. Bangsa itu masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu." Tidak diketahui dengan pasti apa yang menjadi penyebabnya. Bisa jadi pertimbangan politik, demi melanggengkan kekuasaan. 

Terlalu banyak rakyat yang terlanjur ambil bagian dalam mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit tersebut, sehingga cukup sulit untuk meniadakannya tanpa menimbulkan gejolak sosial. 

Bisa juga terjadi, rakyat sudah terlanjur kokoh dalam pengajaran tentang pemberian korban pada bukit tersebut dan abai dengan rumah Tuhan.

Atau pengalaman supranatural mewarnai sehingga semakin memperkokoh keyakinan  bahwa pemberian korban bakaran pada bukit tersebut adalah kebenaran.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved