Wawancara Eksklusif

Misteri Kematian Pemuda di Sel Polsek Kumpeh Ilir Jambi, Ayah Korban: Saya Masih Bertanya

Ayah almarhum Ragil Alfarisi yang menjadi korban pembunuhan dua polisi di Polsek Kumpeh Ilir, Ibnu Kasir, angkat suara.

|
Tribunjambi.com/Syirillus Krisdianto
MASIH BERTANYA - Ibnu Kasir, ayah korban pembunuhan di Polsek Kumpeh Ilir, saat wawancara bersama Tribun Jambi, beberapa waktu lalu. Ia masih mempertanyakan hal-hal yang menjadi misteri dalam kasus kematian anaknya. 

Ayah almarhum Ragil Alfarisi yang menjadi korban pembunuhan dua polisi di Polsek Kumpeh Ilir, Ibnu Kasir, angkat suara.

Perkara ini menjerat dua anggota polisi, yakni Bripka Yuyun Sanjaya dan Brigadir Faskal Wildanu Putra--yang akhirnya divonis penjara 15 tahun sesuai dakwaan primer: Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan.

Sang ayah mengungkapkan hal-hal yang masih menjadi misteri dalam perkara kematian anaknya. Berikut nukilan wawancara Tribun dengan Ibnu Kasir.

Tribun Jambi: Bagaimana sosok Ragil di mata keluarga?

Ibnu Kasir: Ragil Alfarisi merupakan anak terakhir dan anak laki-laki satu-satunya di keluarga kami. Semasa hidupnya, dia menamatkan pendidikan di pondok pesantren.

Meskipun ada sisi yang tidak baik, dia aktif di masyarakat. Seperti menjadi khatib dan bilal di masjid. Bahkan, sebelum meninggal Ragil sempat menjadi khotib di kampungnya.

Sementara itu, kesehariannya dihabiskan di rumah maupun di luar rumah, karena anak muda jarang selalu di rumah. 
Terkadang, dia Ikut paman dan iparnya bekerja, seperti mencari emas di kampung.

Tribun Jambi: Bagaimana perihal tuduhan kasus terhadap Ragil?

Ibnu Kasir: Awalnya Ragil dituduh mencuri laptop di sekolah, tepatnya SD Tanjung Ulu. Sehingga, sekira Jumat pagi pergi ke sekolah, untuk menemui dan bertanya dengan kepala sekolah. Aku meluruskan berita yang simpang siur.

Kepala sekolah tersebut membenarkan sekolahnya ada kehilangan fasilitas sekolah, berupa laptop, proyektor infokus, dan gas.

Namun, pihak sekolah belum ada mengadukan kasus itu ke pihak berwajib. Bahkan, saat persidangan Faskal mengatakan Ragil tidak terbukti mengambil, melainkan membantu menjual barang tersebut.

Menurut korban pencurian, identitas pencurinya diduga bernama Pikal, Jul, dan Aan. Namun, sampai saat ini aku tidak melihat keberadaan ketiga orang tersebut.

Tribun Jambi: Bagaimana kronologi Ragil dijemput Polisi?

Ibnu Kasir: Awalnya Ragil sekira pukul 18.00 WIB keluar rumah, untuk bermain domino. Dia sempat meminta uang sebesar lima ribu rupiah untuk membeli dua batang rokok, diberi ibunya.

Sekira pukul 21.00 WIB, saya mau tidur, namun tiba-tiba mendapat kabar Ragil ditangkap polisi dari dari keluarga.Aku segera mencari informasi penyebab anaknya ditangkap polisi ke warga sekitar.

Setengah jam kemudian, aku dijemput warga Tanjung, Mukti. Dia mengabarkan Ragil saat ini berada di puskesmas, sehingga saya dan Mukti berangkat ke puskesmas untuk melihat Ragil

Saat itu, saya dan keluarga belum mengetahui penyebab Ragil tiba-tiba berada di puskesmas. Sesampainya di puskesmas, saya melihat Ragil sudah terbaring di kasur. 

Aku segera bertanya penyebab hal tersebut ke perawat yang berjaga di sana. Namun, semuanya bungkam, tidak mau bicara.

Saat itu, saya tidak tahu siapa yang mengantar Ragil, karena tidak ada polisi saat itu.

Segera aku memegang tangan dan tubuh bagian belakang Ragil, aku desak petugas rumah sakit untuk mengatakan kondisi Ragil.

Akhirnya, petugas puskesmas mengatakan anaknya sudah meninggal. 

Aku langsung mencari pelaku dan penyebabnya ke Polsek Kumpeh, tapi satu personel pun bahkan petugas piket tidak ada di sana.

Tribun Jambi: Apakah keluarga tahu kabar Ragil tergantung di Polsek Kumpeh?

Ibnu Kasir: Kami pihak keluarga tidak mengetahui hal itu, yang pasti kami hanya mendapatkan kabar Ragil sudah meninggal saat itu. 
Namun, saat di puskesmas saya menemukan bekas jeratan lebar di sekitar leher Ragil

Saya dan keluarga saat itu tidak menyangka, Ragil tiba-tiba ditemukan meninggal di puskesmas. Padahal, saat pergi dari rumah dalam keadaan sehat.

Tribun Jambi: Apa yang dilakukan keluarga setelah menemukan Ragil sudah tidak bernyawa? 

Ibnu Kasir: Saya kembali bertanya ke pihak puskesmas soal hasil visum, namun mereka hanya memaparkan hasil visum dari luar tubuh saja.

Saya berinisiatif membawa jenazah Ragil bersama anakku, Winda Mardiati yang berada di Kota Jambi untuk diautopsi.

Saat diautopsi di Jambi, pihak rumah sakit mengatakan 10 hari hasil autopsi dia.

Namun, kabar beredar di masyarakat anaknya gantung diri di dalam sel. Padahal, hasil autopsi dari rumah sakit belum keluar.

Kabar tersebut didapatkan dari rilis Polda Jambi, sehingga membuat aku dan keluarga ngedrop, mau keluar malu, apalagi orang malas menyolatkan jenazah gantung diri.

Tribun Jambi: Bagaimana perasaan keluarga saat mendengar putusan terhadap pelaku?

Ibnu Kasir: Kecewa, karena kami kehilangan anak kami, apalagi penyebabnya karena dibunuh. Sementara pelaku hanya dihukum 15 tahun penjara.

Tribun Jambi: Apakah ada permintaan maaf dari pelaku?

Ibnu Kasir: Pihak keluarga Yuyun ataupun Yuyun sendiri tidak ada minta maaf atau upaya bertemu. Sedangkan Faskal ada mengajak bertemu dan mengaku tidak ikut membunuh. Namun, saat persidangan dia tertuduh ikut serta membunuh.

Tribun Jambi: Apa upaya pascaputusan?

Ibnu Kasir: Kami, pihak keluarga mendukung siapapun yang ingin membuka kasus tersebut selebar-lebarnya.

Kasus itu bisa dilihat dari kacamata apapun, bahwa niat pelaku untuk membunuh itu ada, bisa dilihat dari pasal hukum yang berlaku.

Kami berusaha membongkar sosok yang mengadu perihal kehilangan barang, padahal kepala sekolah tidak pernah melaporkan ke polisi.

Saat ini, kami belum berkonsultasi ke pengacara atau pakar hukum, karena kurang paham soal hukum.

Kami pernah dibungkam untuk tidak banyak bicara soal kasus tersebut, padahal kami tahu saksi tidak sesuai dengan saat kejadian.

Tribun Jambi: Apa harapan keluarga mengenai kasus tersebut?

Ibnu Kasir: Ada orang-orang yang melihat kasus ini lebih jauh, kasus ini dibuka seterang-terangnya, karena pihak keluarga melihat kejanggalan atas kasus tersebut.

Kejanggalan pertama, rekonstruksi bukan di TKP, yaitu Polsek Kumpeh melainkan di Polsek Sungai Gelam.

Kedua, dalam fakta persidangan, pelaku pencurian ada tiga orang, sementara Ragil hanya membantu. Namun, pascakejadian mereka tidak terlihat. Sehingga kami bertanya-tanya ke mana mereka pergi.

Kejanggalan lainnya saat persidangan dan putusan kemarin. Hasil autopsi menyebutkan ada benturan keras dibelakang kepala. Sehingga patah batang otak pendarahan hebat penyebab kematian. 

Saya curiga Ragil saat itu digantung dalam kondisi sudah meninggal, supaya menghilangkan jejak. Sampai saat ini, saya masih bertanya siapa pemilik ikat pinggang, barang bukti Ragil digantung. 

Di persidangan tidak dijelaskan siapa yang menggantung Ragil. Namun, kami berterima kasih kepada hakim, karena sudah memutuskan hukuman semaksimal mungkin. 

Kami berharap, kasus ini dibuka selebar mungkin, supaya terang benderang, setidaknya mengobati kesedihan pihak keluarga. 

(Tribunjambi.com/Syrillus Krisdianto)

 

Baca juga: Hujan, Longsor, dan Dua Anak Tertimbun Tanah saat Main Tenda-tendaan di Tanjab Barat

Baca juga: Pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi Meningkat, Apa yang jadi Penyebab?

Baca juga: Deklarasi Sound Horeg Ganti Nama jadi Sound Karnaval Indonesia, biar Apa?

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved