Wawancara Eksklusif

Kisah Iptu Khairil Umam Ajak Pembunuh Kopi Sianida Ngobrol, Akhirnya Jam 2 Pagi Ngaku, Seri I

Kasus pembunuhan kembali menggemparkan Jambi. Kali ini, zat kimia NHCL atau yang populer disebut sianida, dijadikan alat eksekusi keji

Penulis: Rifani Halim | Editor: asto s

TRIBUNJAMBI.COM - Kasus pembunuhan sadis kembali menggemparkan Jambi. Kali ini, zat kimia NHCL atau yang populer disebut sianida, dijadikan alat eksekusi keji oleh seorang laki yang terlibat asmara dengan laki-laki. 

Pembunuhan yang dilakukan Anggi Febri Yandi (tersangka) di Payo Lebar, Kota Jambi, oleh warga kemudian disebut sebagai kasus kopi sianida botolan.

Bagaimana kasus ini terjadi dan apa motif pembunuhan tersebut? 

Dalam Podcast Mojok bersama Jurnalis Tribun Jambi M Ferry Fadly, Kapolsek Jelutung Iptu Khairil Umam menceritakan kisah di balik fakta kasus tersebut, dari motif pelaku, perkembangan terbaru hingga bagaimana penyelesaiannya.

Berikut petikan wawancara selengkapnya.

Sebelum Abang duduk menjabat sebagai Kapolsek Jelutung, sebelumnya tugas di mana?

Saya sebelumnya menjabat Kapolsek Danau Teluk. Selama 2,5 tahun setengah lalu pindah ke ke Jelutung. 

Di Jelutung, bulan kedelapan ini masuk waktu satu tahun tugas.

Bagaimana keadaan Jelutung saat ini? 

Luar biasa. Di Jelutung ini berbeda sekali waktu saya di Danau Teluk. Di mana kriminalitasnya juga tinggi. Mobilitas dari masyarakat juga sangat padat. Artinya betul-betul kita memang harus all out. 

Di Jelutung itu full hampir 24 jam. Dari kafe hingga perbankan juga banyak di situ. 

Artinya kita memang harus betul-betul menguasai wilayah itu. 

Kriminalitasnya juga tinggi. Kita harus bisa memahami apa yang kendala-kendala yang kita hadapi di situ dengan anggota kita memang harus sama-sama turun ke lapangan. 

Harus aktif, terutama jam-jam kecil (dini hari), malam Sabtu, malam Minggu, itu sangat rawan sekali. 

Di Jelutung, katanya rata-rata satu minggunya, bisa 6-7 laporan polisi.  Laporan kebanyakan itu kriminal apa?

Laporan. Rata-rata pencurian, atau penganiayaan, ribut antar warga gitu kan. Anak-anak muda gitu, itu yang sering terjadi. 

Kalau kawasan yang rawan di mana, Bang?

Setelah saya perhatikan dari beberapa laporan yang masuk, itu yang paling dominan itu di daerah Handil Jaya, yang dominan. 

Handil Jaya yang sering terjadi itu baik pencurian, meskipun kemungkinan di wilayah lain juga ada. 

Soal pembunuhan kopi sianida botolan, itu gimana ceritanya, Bang?

Awalnya, kami dapat laporan dari masyarakat. bahwa ada orang meninggal. Itu sih. 

Memang sering terjadi kan. 

Ada laporan dari masyarakat, ada orang meninggal di kos-kosan, tetapi sudah dibawa ke rumah sakit. 

Akhirnya saya perintahkan piket patroli, piket reskrim, piket intel untuk datangi TKP (tempat kejadian perkara).

Pada saat pertama kali dilihat itu, laporan dari anggota, ada dua orang di kos, dan satunya meninggal. 

Laporan awal dengan asumsi keracunan. Itu yang kami tangkap.

Karena ada kecurigaan dari anggota, maka kawan (terduga) yang mengantarkan korban ke rumah sakit itu kami amankan dulu, ditahan dulu, jangan ke mana-mana. 

Oleh anggota, dibawalah kembali ke kos.

Setelah itu, barulah kami datang ke sana untuk memastikan TKP-nya wilayah Jelutung, sambil memastikan apa penyebab meninggalnya orang tersebut. 

Itu waktu kejadian kira-kira pukul berapa, Bang? Dapat apa? 

Kejadian itu sore. Cuma, kami ke lokasi itu sudah malam. 

Sore itu si korban ini sudah dibawa ke rumah sakit.

Pada saat malam itu, kami ngobrol lah sama terduga pelaku. 

Waktu itu kan kita enggak tahu siapa pelakunya. Tanya-tanyalah apa penyebabnya korban ini meninggal. 

Jadi, dia bilang itu, Pak, dia minum itu, minum kopi kopi botolan gitu. 

Terus habis minum itu tiba-tiba korban jatuh. Tiba-tiba kejang. 

Itu pengakuan awalnya. 

Kita kan ada kecurigaan, apa sih kandungan di kopi itu, kok bisa bikin mati. Gitu kan. 

Setelah kita lihat, kopinya pun sudah bersih. Sudah enggak ada lagi kopinya. 

Bukan habis diminum. Jadi dituang, dibuang sama yang terduga pelaku ke toilet dan dibersihkan pakai air. 

Jadi sudah bersih dua-duanya itu, botol itu. 

Alasan kawan ini sudah habis diminum. 

Oke, begitu ditanya-tanya, rupanya mereka ini merupakan, dia melakukan hubungan sesama jenis. 

Dan pengakuan mereka sudah empat tahun mereka pacaran dengan korban. 

Bagaimana mengorek keterangannya?

Nah, di situlah kami ngobrol-ngobrol, sambil menanyakanlah lebih lanjut. 

Terus, memang kawan itu ada chat-nya di handphone-nya itu ada.

Percakapannya, bahwa dia mengajak korban ke datang ke kosan, karena yang ngekos itu si terduga ini.

Terduga pelaku dan korban ini sama-sama dari Pulau Kijang, Riau.

Begitu dipanggil, datanglah ke sini ajak ketemuan segala macam. Menjanjikanlah si terduga ini ada obat kuat dan segala macamnya. 

Dari situlah, kami tanya, apa sih yang kamu kasih obatnya seperti apa gitu kan. 

Karena, apakah dengan obat itu jadi kawan ini korban ini enggak kuat jantungnya seperti itu. 

Masihlah dia berkilah. Beli saja ke apotik Pak, di apotik ada tuh Pak. 

Dia masih aja berkeukeuh itu bukan racun yang dia beli. 

Tetap obat kuat, Bang, obat ya.

Dia ngomong, bilang aja ke apotik, saya mau beli obat kuat, nanti dikasih tuh, Pak. 

Nah, saya bingung kan. 

Cuma, feeling kami kuat, gak seperti yang dia bilang itu.

Sempat terpikir oleh saya, ini kayak kasus Mirna (Jessica si kopi sianida) inilah. 

Jadi akhirnya karena enggak putus malam itu, dibawalah ke kantor polsek, ditanya-tanya lagi di situ, diambil keterangan. 

Masih enggak ngaku.

Bersambung seri II.  (rifani halim)

 

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved