Berita Viral

15 Tahun Wanita Paruh Baya Ini Tinggal di Toilet Umum dan Bayar Rp1 Juta per Tahun

Kisah haru Tumini (47), seorang warga yang tinggal dan mengelola toilet umum atau ponten di Taman Ngagel Tirto, Surabaya, menjadi sorotan publik

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Mareza Sutan AJ
Kompas.com/Izzatun Najibah
TEMPATI TOILET UMUM - Seorang wanita paruh baya di Surabaya tinggal di toilet umum selama 15 tahun. Dia mengaku meneruskan pekerjaan suaminya untuk menjaga ponten tersebut. 

“Ponten ini kan tidak ada pintunya, orang nakal buang air besar, air kecil itu di pelataran. Takut pompa air itu dicuri juga. Akhirnya kita punya inisiatif (dijaga 24 jam),” tuturnya.

Saat malam, ibunya yang sudah lanjut usia ikut berjaga dibantu keponakan, sementara pagi hari Tumini menjaga cucunya.

Lima tahun terakhir, ia juga membuka warung kecil di dekat toilet sebagai tambahan penghasilan.

“Ya jual kopi, minuman gitu. Karena dulu itu ramai banget 24 jam. Orang duduk, pacaran di taman. Tapi sekarang sepi banget,” jelasnya.

Dulu, penghasilan dari toilet dan warung bisa mencapai Rp 200.000 per hari, tapi kini paling tinggi hanya Rp 100.000. Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan harian dan biaya operasional toilet.

“Di sini ya gak bersih-bersih saja. Listrik ikut saya, kalau ada apa-apa yang rusak ya manggil orang, diputer uangnya. Tidak apa-apa,” pungkasnya.

Namun setelah kisahnya viral, seluruh barang milik Tumini ditertibkan oleh Satpol PP Surabaya dan ia dilarang menjadikan toilet umum itu sebagai tempat tinggal.

“Tadi pagi sudah diangkati sama Satpol PP. Dibersihkan taruh rumah,” katanya.

Kini Tumini bingung mencari pekerjaan baru karena usianya yang tak lagi muda.

“Ya pusing, kita harus kerja di mana. Lapangan pekerjaan sempit, apalagi sudah tua gini,” katanya.

Anak pertamanya sudah berumah tangga, sementara anak keduanya yang sempat jadi kurir makanan online kini juga kehilangan pekerjaan.

“Anak saya yang terakhir juga sebelumnya kena PHK, terus jadi kurir diberhentikan juga, sekarang Shopee Food. Nyari kerjaan sekarang susah,” ungkapnya.

Meskipun begitu, Tumini masih mengelola toilet sembari menunggu keputusan resmi dari pihak kecamatan dan Pemkot Surabaya.

Camat Wonokromo disebut menjanjikan bantuan berupa gerobak usaha dan modal.

“Bu Camat ngasih solusi, ‘mau nggak tak kasih bantuan rombong dan modal’.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved