Berita Internasional
Konflik Iran-AS Tutup Jalur Udara, Indonesia Waspadai Lonjakan Harga Tiket dan Gangguan Rute
Sehari pascaserangan Amerika Serikat terhadap tiga situs nuklir Iran pada Minggu (22/6/2025), kawasan udara Timur Tengah berubah drastis.
Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono

TRIBUNJAMBI.COM- Sehari pascaserangan Amerika Serikat terhadap tiga situs nuklir Iran pada Minggu (22/6/2025), kawasan udara Timur Tengah berubah drastis.
Flightradar24 melaporkan bahwa langit di atas Iran, Irak, Suriah, Yordania, Lebanon, hingga Israel nyaris kosong dari lalu lintas udara sipil. Tak satu pun pesawat komersial berani melintas di atas wilayah-wilayah yang kini masuk zona konflik.
Efek dari memanasnya konflik Iran, Israel, dan keterlibatan langsung Amerika Serikat telah memaksa sejumlah maskapai besar dunia untuk menunda atau mengalihkan rute penerbangan mereka, termasuk ke destinasi populer seperti Dubai, Doha, hingga Riyadh.
Maskapai sekelas British Airways, Air France-KLM, Singapore Airlines, hingga Lufthansa memilih menunda penerbangan atau mengubah jalur untuk menghindari wilayah udara berisiko tinggi.
Pengalihan rute tidak hanya berdampak pada maskapai Timur Tengah, tapi juga penerbangan antar-benua.
Penerbangan Eropa-Asia kini dialihkan melalui Laut Kaspia, wilayah udara Turki, Azerbaijan, dan Turkmenistan di utara; atau ke selatan melalui Laut Merah dan Arab Saudi.
Rute ini memakan waktu dan bahan bakar lebih banyak, yang secara langsung berdampak pada biaya operasional maskapai.
Menurut Flightradar24, lalu lintas udara di atas Arab Saudi melonjak drastis, dari 700 menjadi 1.400 penerbangan per hari sejak Iran dan Irak resmi menutup wilayah udaranya pada 13 Juni.
Bahkan jalur yang sebelumnya jarang dilalui, seperti di atas Afghanistan, kini digunakan oleh hampir 280 penerbangan per hari, naik dari 50 penerbangan sebelumnya.
Meski Indonesia tidak berada langsung di zona konflik, efeknya tetap terasa, terutama dalam aspek logistik, keamanan penerbangan, dan potensi kenaikan harga tiket internasional.
Jalur udara yang menghubungkan Indonesia dengan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika kini menghadapi tekanan rute memutar, waktu tempuh lebih panjang, serta risiko keterlambatan dan pembatalan.
Maskapai yang melayani rute Indonesia-Eropa, seperti Emirates, Qatar Airways, dan Turkish Airlines, menjadi pihak yang paling terdampak.
Rute Jakarta–London atau Jakarta–Paris yang biasa menempuh jalur langsung melewati Teluk kini harus memutar, meningkatkan konsumsi bahan bakar dan mempengaruhi harga tiket penumpang.
Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Perhubungan dan otoritas penerbangan nasional, perlu memantau perkembangan ini secara aktif. Koordinasi dengan maskapai nasional dan internasional harus diperkuat untuk menjamin keselamatan penerbangan dan memastikan keberlanjutan jadwal lintas benua.
Respons Maskapai Regional
DONALD TRUMP Dikecam dan Diserang Anggota Parlemen Republik Usai Pecat Pejabat Statistik |
![]() |
---|
JATUH Korban Lagi, Bantuan Memicu Tragedi di Gaza Usai Digempur Israel: 32 Tewas |
![]() |
---|
Wanita Rusia 7 Tahun Hidup di Gua India dengan Dua Anak usai 'Ditelantarkan' Pria Israel |
![]() |
---|
MANTAN PRESIDEN Brasil Dipaksa Pakai Gelang Pelacak, Rumah Digerebek |
![]() |
---|
Netanyahu Tetap Buron setelah ICC Tolak Permohonan Israel Cabut Surat Penangkapan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.