Berita Viral
KONTROVERSI Kader PSI Anggap Jokowi Nabi, Politisi PDIP: Fanatisme Ekstrem, Pembodohan Publik
Anggapan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo atau Jokowi yang memiliki kriteria Nabi oleh kader PSI menjadi perbincangan publik dan menyita perhatian.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
KONTROVERSI Kader PSI Anggap Jokowi Nabi, Politisi PDIP: Fanatisme Ekstrem, Pembodohan Publik
TRIBUNJAMBI.COM - Anggapan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo atau Jokowi yang memiliki kriteria Nabi oleh kader PSI menjadi perbincangan publik dan menyita perhatian.
Satu diantara pihak yang memberikan perhatian yakni politisi PDI Perjuangan (PDIP) Guntur Romli.
Anggapan itu sebelumnya disampaikan kader PSI bernama Dedy Nur Palakka.
Terhadap pernyataan Dedy itu, Guntur Romli mengungkapkan hal itu sebagai bentuk fanatisme ekstrem.
Tak sampai disitu, Jokowi yang disebut cocok sebagai Nabi pun dianggap sebagai pembohonan publik.
Meski demikian, menurut Guntur Romli mengungkapkan pernyataan Dedy Nur Palakka itu tidak termasuk dalam penistaan agama.
Namun hal termasuk pada bentuk kepanatikan terhadap seorang Jokowi.
Untuk itu dia menolak anggapan Nabi terhadap mantan kepala negar tersebut.
Baca juga: JOKOWI Dinilai Tak Pantas Pimpin PSI, Pengamat: Partai Orang Muda, Sebaiknya Tahu Diri
Baca juga: PERKARA SIULAN Guru di Demak Jateng Tendang Kepala Siswa SMP Viral, Kasus Kini Ditangani Polisi
Baca juga: PENYEBAB Ahok Diperiksa Polisi Terkait Dugaan Korupsi APBD DKI Jakarta Tahun 2015
"Saya menolak adanya jeratan penistaan agama, tapi kalau itu diucapkan serius bukan bercanda, adalah bentuk fanatisme ekstrem, kultus babi buta, dan pembodohan politik," katanya, Rabu (11/6/2025).
Guntur mengatakan Jokowi lebih cocok dianggap sebagai pemimpin terkorup.
Hal ini disampaikannya terkait mantan Wali Kota Solo tersebut yang masuk dalam daftar pemimpin terkorup versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) pada tahun 2024 lalu.
"Saya juga tidak setuju Jokowi disebut Firaun tapi saya tidak setuju Jokowi disebut layak sebaagai nabi."
"Bagi saya, Jokowi itu finalis pemimpin terkorup dan otoriter versi OCCRP," jelasnya.
Lebih lanjut, Guntur mengatakan pemimpin itu harus mau dikritik sehingga jika terjadi adanya pengkultusan, maka bisa dipastikan pemimpin tersebut akan menjadi otoriter.
"Pemimpin itu adalah pelayan bagi rakyatnya, harus siap mendengar dan dikritik."
"Kalau dikultuskan tidak bisa menjadi pelayan lagi. Makannya saya sebut ini (Dedy menyebut Jokowi penuhi syarat menjadi nabi) adalah pembodohan politik," tuturnya.
Baca juga: PERAN Yekis Wanimbo untuk KKB Papua Sebelum Ditangkap Satgas Cartenz, DPO Sejak 2021, Ditangkap 2025
Sebelumnya, Dedy mencuitkan di akun X pribadinya bahwa Jokowi telah memenuhi syarat sebagai seorang nabi.
Hal ini dituliskannya pada Selasa (10/6/2025) kemarin.
"Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini (Jokowi) sudah memenuhi syarat, cuman sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat."
"Sementara di dunia lain masih ada saja yang tidak siap dengan realitas bahwa tugas kenegaraan beliau sudah selesai dengan paripurna," tulis Dedy.
Pernyataan Dedy tersebut mengundang perhatian luas warganet. Dedy bahkan dianggap berlebihan dalam memberikan pujian kepada Jokowi.
Ia lalu membuat penjelasan terkait pernyataannya tersebut.
Menurut Dedy, tidak semua penyebutan nabi berarti secara harafiah menerima wahyu dari Tuhan seperti yang dipahami dalam agama Islam atau Kristen.
Apalagi, persepsi seorang nabi harus menerima wahyu secara langsung dari Tuhan.
"Orang yang menerima wahyu dari Tuhan untuk disampaikan kepada umat manusia."
"Namun, dalam perbincangan filsafat, sastra, dan tafsir sosial, kata nabi juga sering digunakan secara kiasan atau simbolik," jelas Dedy.
Dedy menegaskan pernyataannya tersebut tidak salah dan tidak harus disalahkan.
Baca juga: MALANG Nasib Pria di Pulau Pandan Jambi Korban Perampokan, Modus Wanita Minta Antar: Korban Dibacok
"Tidak perlu banyak orang untuk mengawali pemikiran. Banyak ide besar dalam sejarah justru berangkat dari satu orang yang melihat sesuatu yang orang lain belum lihat," ujar Dedy.
Ia menegaskan peryataannya itu hanyalah penilaian pribadi.
"Jadi, kalaupun hanya satu orang yang mengatakan Jokowi punya sifat kenabian, itu sah sebagai penilaian pribadi yang berbasis pada nilai-nilai etis, bukan klaim wahyu literal," tandas Dedy.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Prediksi Skor Mirandés vs Racing de Santander di Estadio Municipal de Anduva Pukul 02.00 WIB
Baca juga: Pengakuan Wanita di Jambi Kena Pukul Pakai Airsoft Gun, Kepala Dihantam 5 Kali Gegara Tagih Hutang
Baca juga: Gebyar Ecoprint Meriah, Wali Kota Jambi Resmikan Tiga TK Negeri Baru
Baca juga: PERKARA SIULAN Guru di Demak Jateng Tendang Kepala Siswa SMP Viral, Kasus Kini Ditangani Polisi
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.