Berita Internsional
Empat Warga Gaza Meninggal karena Luka Tembak dan Terjepit saat Ricuh Distribusi Bantuan
Ratusan warga Palestina menyerbu gudang milik PBB di Gaza pada Rabu (28/5/2025), dalam upaya putus asa untuk mendapatkan makanan
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Mareza Sutan AJ
“Daripada mengatakan ‘selamat tinggal’, warga Gaza sekarang mengatakan, ‘Sampai jumpa di surga’,” ujar Kaag.
Program Pangan Dunia memperingatkan bahwa kebutuhan kemanusiaan meningkat tajam akibat blokade Israel sejak Maret 2025, yang bertujuan menekan Hamas.
Dalam forum yang sama, Duta Besar Palestina untuk PBB menitikkan air mata saat menceritakan nasib 1.300 anak yang terbunuh dan 4.000 lainnya terluka sejak gencatan senjata berakhir.
Ia menggambarkan para ibu yang memeluk jenazah anak-anak mereka sambil meminta maaf.
Wael Tabsh, seorang pengungsi dari Khan Younis, juga mengimbau pemimpin dunia agar segera bertindak mengakhiri penderitaan. "Sampai kapan penderitaan ini terus berlangsung?" tanyanya.
Tuduhan dan Ketegangan Baru
Israel menuduh PBB menghambat distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza, menurut laporan Al Arabiya.
PBB membantah tudingan tersebut dan menyatakan pihaknya berusaha keras memfasilitasi penyaluran bantuan sesuai izin terbatas dari otoritas Israel.
Perselisihan terkait bantuan ini muncul di tengah kritik tajam atas blokade bantuan oleh Israel dan sistem distribusi baru yang dikembangkan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yayasan yang didukung AS dan Israel, yang beroperasi di luar kerangka distribusi PBB.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan bahwa bantuan saat ini masuk melalui pos Kerem Shalom dan lewat mekanisme baru yang disusun bersama AS dan mitra internasional.
Ia menuding PBB berusaha menghalangi sistem tersebut dengan mengintimidasi LSM yang memilih ikut berpartisipasi.
Pada Senin lalu, GHF membuka pusat distribusi di dekat Rafah, wilayah selatan Gaza.
Namun sehari berselang, ribuan warga menyerbu lokasi tersebut. Seorang jurnalis AP mendengar suara tembakan, melihat tank Israel, dan helikopter militer yang menembaki wilayah itu.
Penolakan Sistem Baru
PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya menyatakan menolak sistem distribusi baru tersebut karena dinilai tidak mampu mencukupi kebutuhan 2,3 juta penduduk Gaza dan berpotensi menjadikan bantuan sebagai alat kontrol Israel terhadap warga sipil.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.