Tur Promosi KCBN Muarajambi

Tur Candi Muaro Jambi Seri I, Candi Kedaton Tempatnya Ibadah dan Belajar

Candi Kedaton mengawali Tur Promosi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, 17-20 Mei 2025. Di sini tempatnya ritual hingga belajar.

|
Penulis: Yoso Muliawan | Editor: Yoso Muliawan
Tribunjambi.com/Yoso Muliawan
Waisak di Candi Kedaton - Seorang jurnalis memotret patung Budha kecil tak jauh dari gerbang utama Candi Kedaton, kompleks Candi Muaro Jambi, Desa Muara Jambi, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Minggu (18/5/2025). Di candi ini, umat Budha menjalani rangkaian ibadah Waisak. Candi Kedaton pada masanya adalah tempat ibadah sekaligus belajar. 

Selain dari struktur bangunan, jejak-jejaknya tampak dari artefak seperti peralatan ritual, perkakas rumah tangga, dan wadah cairan pengobatan.

Tembok bata mengelilingi Candi Kedaton, dengan gapura utama menghadap ke utara. Satu per satu peserta tur menaiki gapura utama yang memiliki tangga dengan sekitar 10 anak tangga. 

Di sisi kanan dan kiri sebelum naik tangga gapura utama, tampak dua pasang makara yang telah menjadi prasasti.

Sepasang makara menghadap ke utara sekaligus menyambut pengunjung dan sepasang lainnya ke selatan atau ke bagian dalam candi. Pada prasasti makara terdapat ukiran timbul bertuliskan aksara Jawa Kuno.

Merujuk laman kemdikbud.go.id, aksara Jawa Kuno itu berhuruf Kadiri Kuadrat. Tangan bisa merasakan ukiran aksara tersebut dengan merabanya. 

Di salah satu prasasti makara, ukirannya terbaca sebagai “songa”.

Arkeolog senior Bambang Budi Utomo menafsirkan “songa” adalah “semoga”, yang bermakna semoga memberi keteduhan atau menjadi tempat berteduh.

Keterangan ini bersumber dari “Yanto Manurung, 2016, Data Arkeologi yang Terkuak di Situs Candi Kedaton Masa Pemugaran 2009-2015, dalam Buletin Relik, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, halaman 76-93”, merujuk laman kemdikbud.go.id.

Sementara di prasasti makara lainnya, terdapat ukiran aksara Jawa Kuno yang terbaca sebagai “pamursita nira mpu Kusuma”. Maknanya adalah “tempat berdiam atau tempat meditasi Mpu Kusuma.” 

Turun dari gapura utama, di dalam Candi Kedaton, ada 14 ruangan berpagar bata di antara rerumputan hijau. 

Di bagian tengah terdapat Cetiyaghara, yakni candi utama atau induk. Inilah tempat ritual, ibadah, upacara keagamaan, bermeditasi, juga tempat untuk belajar agama Budha pada masanya.

Kemudian ada Mendapa, Balairung, dan Stupa.

Mendapa semacam teras atau serambi candi. Adapun Balairung seperti pelataran atau tempat berkumpul.  

Lalu Stupa, seperti kubah yang berdiri di atas alas, sekilas mirip lonceng berukuran besar.

Pada masanya Stupa berfungsi sebagai tempat pemujaan Budha, juga penyimpanan relik Budha atau orang-orang yang telah mencapai kesucian. Relik adalah bagian tubuh atau benda-benda peninggalan orang-orang suci. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved