Polemik di Papua

KKB Papua Tuduh TNI Lancarkan Bom Hingga Satu Pelajar Tewas: Tubuhnya Hancur

TPNPB-OPM atau disebut KKB Papua menuding aparat militer Indonesia melakukan serangan udara pada Selasa (6/5/ 2025).

|
Editor: Darwin Sijabat
Dok Dispenau
Empat pesawat tempur EMB-314 Super Tucano mendarat dengan sempurna di Lanud Manuhua Biak, Papua, pada Rabu (15/3/2023). Manajemen Markas Pusat Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM) atau disebut KKB Papua menuding aparat militer Indonesia melakukan serangan udara pada Selasa (6/5/ 2025).(Dok Dispenau) 

KKB Papua Tuduh TNI Lancarkan Bom Hingga Satu Pelajar Tewas: Tubuhnya Hancur

TRIBUNJAMBI.COM - Manajemen Markas Pusat Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM) atau disebut KKB Papua menuding aparat militer Indonesia melakukan serangan udara pada Selasa (6/5/ 2025).

Serangan udara di Puncak Papua menyebabkan korban jiwa di Kabupaten Puncak.

Keterangan yang diperoleh, Numbuk Telenggen melaporkan serangan yang terjadi sekitar pukul 09.25 WIT.

Serangan itu diduga menyasar posisi TPNPB-OPM.

Namun mengenai kawasan pemukiman warga sipil. 

Dalam peristiwa tersebut, seorang pelajar bernama Deris Kogoya (18), siswa SMP Negeri 1 Ilaga, dilaporkan tewas akibat ledakan.

Sementara seorang warga lainnya, Jemi Alom, dilaporkan mengalami luka berat.

KKB Papua menyebut serangan dilakukan dengan menggunakan bom dan roket dari udara.

Baca juga: Eks KKB Papua Serahkan Senpi Laras Panjang Jenis M1 Carbine dan 45 Amunisi ke TNI

Baca juga: KKB Papua Klaim Eksekusi Mati 1 Intelijen Indonesia, Lukai 2 Polisi di Dogiyai

Serangan itu menyebabkan kerusakan dan korban di luar wilayah pertempuran. 

Dalam laporan lebih lanjut pasukan TPNPB dibawa pimpinan Numbuk Telenggen mengatakan, 
"Serangan udara tersebut ditujukan ke markas TPNPB namun salah sasaran dan memasuki pemukiman warga sipil sehingga menewaskan seorang pelajar dan satu warga lainnya luka berat."

Dia juga meminta kepada pemerintah Indonesia khususnya Presiden Prabowo Subianto dan Panglima TNI agar melakukan perang melawan TPNPB sesuai hukum humaniter.

"Kami  Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB menghimbau kepada Presiden Prabowo Subianto dan Panglima TNI untuk segera hentikan serangan Bom dan Roket ke pemukiman warga sipil diluar dari wilayah perang, karena dapat mengorbankan warga sipil yang lebih banyak. Dan jika militer pemerintah Indonesia berani lawan kami TPNPB, silahkan turun ke medan perang, senjata lawan senjata," katanya.

Juru bicara Sebby Sambom menambahkan seruan kepada pemerintah Indonesia, khususnya Presiden Prabowo Subianto dan Panglima TNI.

Agar menghentikan penggunaan senjata berat di kawasan yang masih dihuni warga sipil.

"Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB juga menegaskan kembali kepada Presiden Prabowo Subianto agar selama perang berlangsung di Papua maka Militer Pemerintah Indonesia segera hentikan penggunaan senjata berat seperti Bom, Roket, Mortir, Helikopter dan Jet Tempur karena telah melanggar hukum humaniter," katanya.

Hingga berita ini tayang, Tribun-Papua.com berupaya mengkonfirmasi otoritas TNI dan pihak terkait.

Klaim Eksekusi Mati 1 Intelijen Indonesia

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat -Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengeklaim telah mengeksekusi mati satu orang terduga anggota intelijen Indonesia.

Baca juga: KKB Papua Diduga Bantai Warga, Polisi: Tak Ada Luka Tembak, Sementara Akibat Luka Sabetan Sajam

Pembantaian itu dilakukan TPNPB-OPM Kodap XI Odiyai di Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah.

Selain intel itu, mereka juga mengaku telah melukai dua anggota polisi hingga luka berat.

Kedua polisi itu terluka dalam serangan bersenjata di wilayah Moanemani, Dogiyai.

Aksi tersebut dipimpin oleh Brigadir Jenderal Yonatan M Pigai.

Dilaksanakan oleh pasukan operasi di bawah komando Sersan Mayor Kancil Dumapa.

Korban yang diduga sebagai anggota intelijen adalah Josep Agus Lepa.

"Kami bertanggung jawab penuh atas eksekusi terhadap Josep Agus Lepa," kata Pigai dalam pernyataan tertulis yang dikeluarkan oleh Markas Pusat Komnas TPNPB kepada Tribun-Papua.com, Selasa, (06/05/2025). 

Tuntutan utama dari aksi tersebut adalah kemerdekaan penuh bagi Papua Barat.

Kelompok ini siap menghadapi kekuatan militer Indonesia di medan perang, dan berkomitmen untuk mematuhi hukum humaniter internasional selama konflik bersenjata berlangsung.

Pernyataan ini ditandatangani oleh jajaran pimpinan tinggi TPNPB-OPM, termasuk Panglima Tinggi Jenderal Goliath Tabuni, Wakil Panglima Letjen Melkisedek Awom serta jajaran staf dan komandan operasi umum.

Eks KKB Papua Serahkan Senpi ke TNI

Seorang matan anggota Organisasi Papua Mereka atau OPM yang disebut juga Kelompok Kriminal Bersenjata di Papya atau KKB Papua menyerahkan senjata api laras panjang ke TNI.

Sosok yang menyerahkan senpi beserta amunisinya itu bernama Antonius Sembai.

Senjata api yang diserahkannya itu berjenis MA Carbine dan 45 butir amunisi kaliber 30 7,62.

Baca juga: DPR Desak Kapolda Nonaktifkan Kabid Propam Demi Usut Tuntas Kasus Iptu Tomi Hilang saat Kejar KKB 

Proses serah terima senjata api dari mantan anggota KKB Papua di Kabupaten Yapen itu berlangsung pada Senin (5/6/2025).

Antonius Sembai menyerahkan senpi tersebut kepada Serka Patrick S Pasaribu selaku Bati Unit Inteldim 1709/Yawa dan Sertu Markus Resa selaku Ba Unit Inteldim 1709/Yawa.

Penyerahan dilakukan di kediaman Antonius Sembai yang beralamat di Kampung Ariepi Distrik, Kosiwo Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua.

Penyerahan dilakukan juga memperhatikan faktor keamanan sehingga tidak terjadi hal-hal tak diinginkan. 

Senjata apai dan amunisi diserahkan kemudian dibawa Makodim 1709/Yawa.
 
Selain senjata dan amunisi mantan pentolan OPM juga menyerahkan satu bendera bintang kejora dan noken motif bintang kejora.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved