Berita Viral

Birahi Walid Lombok Memuncak hingga 22 Santriwati Jadi Korban, Janji Lahirkan Anak Jadi Wali

Kasus ini terbongkar usai para korban menonton serial drama Malaysia berjudul "Bidaah" dengan tokoh fiktif yang viral bernama Walid Muhammad Mahdi

|
Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Tommy Kurniawan
IST
ILUSTRASI - (Kanan) Walid, tokoh utama dalam serial 'Bidaah' asal Malaysia yang viral sebagai pemimpin sekte sesat. (Kiri) Ilustrasi korban pelecehan seksual. 

TRIBUNJAMBI.COM - Modus pelecehan seksual yang dilakukan AD kepada puluhan santri di Pondok Pesantren (ponpes) di Lombok Barat terbongkar, kejadian hampir sama dengan tokoh Wali dalam serial Malaysia "Bidaah".

Ya, puluhan santriwati jadi korban dugaan pencabulan Walid Lombok alias AF.

Diketahui Walid Lombok ini seorang pemimpin yayasan sebuah Ponpes di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kasus ini terbongkar usai para korban menonton serial drama Malaysia berjudul "Bidaah" dengan tokoh fiktif yang viral bernama Walid Muhammad Mahdi Ilham alias Walid.

Para santriwati yang tersadarkan dari serial itu akhirnya melaporkan aksi bejat AF ke polisi.

Bahkan kasus ini sampai menyita perhatian Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal.

Baca juga: Pantas Paula Verhoeven Ganti Nama Nico di Kontak HP Jadi Wanita, Pengakuan Baim Wong Terbukti

Baca juga: Beredar Dokumen Negara Federal Papua Barat Kirim Surat ke Presiden Prabowo: Perundingan Damai

Lantas Iqbal memerintahkan kepada UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Eny Chaerani turun membantu para korban.

"Tiang (saya) mohon bantuan ke pelungguh (kepala UPTD) segera berkoordinasi dengan lembaga-lembaga perlindungan korban yang ada enggih," ujar Iqbal kepada Eny Chaerani via telepon, Selasa (22/4/2025).

Iqbal juga meminta UPTD bergerak cepat dan pro aktif bekerja sama dengan pemerintah Lombok Barat membantu para korban. 

"Berikan dukungan langsung tidak usah terlalu birokratis. Niki tiang gubernur meminta langsung kepada pelungguh memberikan bantuan sebaik mungkin," tutur Iqbal.

Terkait pendampingan, Iqbal meminta kepada UPTD menjaga kerahasiaan privasi para santriwati yang menjadi korban. 

"Karena ini menyangkut masa depan korban," sebut Iqbal.

Iqbal kemudian meminta agar kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) memberikan perlindungan, termasuk di dalamnya trauma healing.

Trauma healing atau penyembuhan psikologi ini dirasa sangat penting untuk menghilangkan rasa trauma jangka panjang yang dialami korban.

Semua kebutuhan dalam penanganan kasus ini UPTD dapat langsung berkoordinasi dengan Dinas Sosial NTB. Jika ada kendala bisa langsung melapor ke gubernur.

"Karena masalah seperti ini harus cepat kita bertindak, kalau enggak kondisinya akan lebih buruk bagi korban," terangnya.

Modus 'Walid Lombok'

Modus AF dalam melancarkan aksi bejatnya adalah menjanjikan untuk mensucikan rahim para santriwati.

AF beraksi di sebuah ruangan pada malam hari. 

"Kelak santriwati tersebut dijanjikan akan melahirkan anak yang menjadi seorang wali," kata Perwakilan Koalisi Stop Anti Kekerasan Seksual NTB, Joko Jumadi, Senin (21/4/2025), dilansir TribunLombok.com.

Joko mengungkapkan bahwa peristiwa kekerasan seksual yang dialami para santriwati terjadi sejak tahun 2016 sampai 2023.

"Korban (kini) sudah menjadi alumni," sebut Joko.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram itu juga menyebutkan bahwa sejauh ini, sudah ada 22 santriwati yang mengaku sebagai korban.

Sebanyak 8 korban pun telah diperiksa keterangannya oleh pihak kepolisian. Sebelumnya, terdapat 7 korban yang telah melapor ke polisi.

Adapun dari puluhan korban, sebagian diantaranya mengaku disetubuhi oleh AF, sedangkan sebagian lainnya dicabuli.

"Artinya yang dicabuli ini tidak mau untuk disetubuhi," ungkap Joko.

Setelah mendapatkan kabar tersebut, Joko mengaku bahwa pihaknya melakukan klarifikasi kepada para santriwati.

Hasilnya, sejumlah santriwati mengaku menjadi korban kekerasan seksual oleh pelaku.

Lebih lanjut Joko menjelaskan bahwa para korban berani membuka kasus ini setelah menonton serial viral 'Bidaah'.

"Karena film Walid ini mereka berani untuk speak up (berbicara)," ujar 

Untuk diketahui, karakter tokoh Walid dalam drama tersebut digambarkan sebagai sosok pemimpin kelompok sekte sesat dengan mengaku sebagai Imam Mahdi, pemimpin umat muslim jelang kiamat. 

Selain itu, Walid juga memperdaya dan menyetubuhi para pengikutnya dengan dalih agama.

Karakter Walid dan alur cerita serial drama tersebut memiliki banyak kesamaan dengan pengalaman yang dialami para santriwati saat menimba ilmu di ponpes di Lombok Barat yang dipimpin oleh AF ini.

Dari situlah, para santriwati akhirnya beranis untuk melaporkan aksi bejat AF ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Mataram.

Pihak kepolisian kemudian memeriksa beberapa orang saksi korban dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Sementara itu, pihak ponpes telah memberhentikan AF sebagai pimpinan yayasan.

"Berita baiknya ponpes cukup kooperatif, setelah mendapatkan informasi ponpes memberhentikan yang bersangkutan sebagai ketua yayasan," beber Joko.

Joko mengatakan bahwa pihaknya kini fokus melakukan pemulihan psikologi korban.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved