Profil Tokoh

Profil Rudy Badil, Anggota Grup Lawak Warkop DKI yang Jadi Wartawan Harian Kompas

Selain Warkop DKI, Rudy Badil, lebih dikenal sebagai sosok wartawan senior di Harian Kompas dan pecinta alam.

Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
Istimewa
WARKOP DKI - Anggota awal Warkop DKI dari atas ke bawah, Indrodjojo Kusumonegoro (Indro), Nanu Mulyono (Nanu), Wahjoe Sardono (Dono), Rudy Badil (Rudi), Kasino Hadiwibowo (Kasino). 

TRIBUNJAMBI.COM - Sebenarnya, ada anggota grup lawak Warkop DKI  selain Dono Kasino dan Indro.

Rudy Badil, lebih dikenal sebagai sosok wartawan senior di Harian Kompas dan pecinta alam.

Semasa muda, Rudy Badil merupakan mahasiswa Fakultas Sastra Anthropologi Universitas Indonesia.

Siapa sebenarnya Rudy Badil?

Nama asli: Rudy David Badil

Lahir: Jakarta 29 November 1945

Meninggal: Jakarta 11 Juli 2019

Almamater    Universitas Indonesia

Pekerjaan    : Wartawan, pelawak

Tahun aktif: 1980-2005 (wartawan)

Dikenal atas: Anggota Warkop, wartawan Harian Kompas

Sebelum menelusuri jejak Rudy Badil, berikut ini kilas sejarah terbentuknya Warkop DKI.

Awalnya, Warkop DKI bernama Warkop Prambors. 

Grup ini juga kemudian dikenal sebagai Trio DKI yang merupakan grup lawak.

Grup ini dibentuk oleh Nanu Mulyono, Rudy Badil, Wahjoe Sardono, Kasino Hadiwibowo dan Indrodjojo Kusumonegoro.

Rudy Badil (rambut putih)
Rudy Badil (rambut putih) (Twitter/Vinno G Bastian)

Mereka semua mahasiswa. Nanu, Rudy, Dono dan Kasino merupakan mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta dan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta.

Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors.

Acara lawakan itu hadir setiap Jumat malam antara pukul 20.30-21.15 WIB, disiarkan radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.

Dalam acara obrolan itu, Rudi Badil sering berperan sebagai Mr James dan Bang Cholil.

Indro yang berasal dari Purbalingga, berperan sebagai Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga), Ubai atau Ansori.

Kasino yang asli Gombong, perannya bermacam-macam. Bisa Mas Bei (Jawa), Acing/Acong (Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang).

Nanu yang asli Madiun sering berperan sebagai Poltak (Batak).

Sementara itu Dono berperan sebagai Slamet (Jawa).

Sosok Temmy Lesanpura

Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari senior di radio Prambors, Temmy Lesanpura.

Kala itu, Radio Prambors meminta Hariman Siregar, mahasiswa senior UI, untuk mengisi acara di Prambors. 

Di kemudian hari, Hariman Siregar dikenal sebagai tokoh peristiwa Malari 1974.

Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara ini. 

Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu dan Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro.

Rudy Badil yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam panggung (stage fright).

Begitu juga Dono.

Awalnya saat manggung, Dono harus mojok dulu beberapa menit karena masih malu dan takut. 

Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan.

Fakta lain tentang awal terbentuknya Warkop, tentang Indro.

Indro merupakan anggota termuda. Saat anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, dia masih pelajar SMA.

Rudy Badil, anggota awal grup lawak Wakop DKI
Rudy Badil, anggota awal grup lawak Wakop DKI

Pesta Prom Nite SMA

Warkop pertama kali muncul di pesta perpisahan (sekarang prom nite) SMA IX Jakarta yang diadakan di Hotel Indonesia.

Kala itu semua personel gemetar, alias demam panggung. Dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses.

Pada peristiwa pada 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor berupa uang transport sebesar Rp 20.000.

Uang itu dirasakan para personel Warkop besar sekali. Namun, akhirnya habis untuk mentraktir makan teman-teman mereka.

Berikutnya, mereka manggung di Tropicana.

Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tetapi ternyata hasilnya kembali lumayan.

Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia.

Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP, yang bertetangga dengan Warkop.

Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personel mendapat Rp 250.000.

Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan plesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota).

Pengambilan nama DKI karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri.

Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktik upeti itu.
(tribun jambi/sud)

Baca juga: Profil Indro Warkop DKI, Pelawak Anak Jenderal yang Diancam Dibunuh karena Lawakan Satir

Baca juga: Profil Kasino Warkop DKI, Pelawak Gile Lu Ndro dan Jejaknya di Universitas Indonesia

Baca juga: Profil Wahyu Sardono alias Dono Warkop DKI, Pelawak yang Juga Dosen Universitas Indonesia

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved