Human Interest Story

Zainul Bahri Melanggengkan Batik Jambi

Zainul Bahri (64), atau yang lebih dikenal dengan Datuk Zainul Bahri, seorang seniman batik Jambi. Dia lahir di Jambi pada 27 Mei 1960, dari keluarga

Penulis: Rara Khushshoh Azzahro | Editor: Duanto AS
TRIBUN JAMBI
Zainul Bahri, perajin dan pelaku usaha batik Jambi. 

DARI tangannya lahir 900-an motif Batik Jambi. Sejak 1980-an sosok Zainul Bahri telah bergelur dengan dan memiliki usaha batik.

Zainul Bahri (64), atau yang lebih dikenal dengan Datuk Zainul Bahri, seorang seniman Batik Jambi.

Dia lahir di Jambi pada 27 Mei 1960, dari keluarga keturunan Kesultanan Jambi. 

Sejak kecil, Zainul telah akrab dengan batik, kain yang menjadi ciri khas keluarganya. 

Ketertarikan Zainul Bahri terhadap batik dimulai sejak sekolah dasar. 

Pada tahun 1984-an, dia memulai langkahnya karena melihat betapa batik memiliki potensi besar. 

Kemudian pada 1996, lelaki kelahiran 27 Mei 1960 ini merintis usaha sendiri dengan bendera Bahri Batik.

Usaha kecil Zainul berawal dari modal sendiri sekitar Rp 500 ribu. Dia mencoba mengembangkan, namun rupanya modal tidak cukup. 

Akhirnya. pada 1997, Zainul mendapatkan bantuan pinjaman lunak. Sesudah itu, usahanya mulai bisa berdiri sendiri, hingga dia tak lagi meminjam. 

Pada 1997, Zainul mendaftarkan brandnya.

Tahun itu, awal lokasi usaha Zainul ada di Jalan Sartika Nomor 7, dekat Pasar Angsoduo Kota Jambi, karena di situlah rumahnya. 

Zainul mulai berdagang kecil dari keliling.

Tak mudah memang. Zainul menghadapi banyak kesulitan, baik dari segi bahan baku, pemasaran, maupun rendahnya minat masyarakat pada batik lokal. 

Suatu kali, Batik Bahri mendapat pesanan dari gubernur kala itu untuk mengisi stok hadiah bagi para menteri. 

Setelah itu, produknya mengalir, ramai mengisi pameran-pamerah dan stand.

Sederet tokoh nasional pun meminati batik karya Zainul. Sebutlah Megawati Soekarnoputri yang pada tahun 2000-an menjabat presiden, pernah mengenakan Batik Bahri.

Tak perlu sebut berapa harganya bila dibeli tokoh nasional, karena tentu besar.

Soal omzet, Zainul memang tak menyebut angka pasti hasil usaha batik Jambinya dalam rupiah per bulan. 

Namun yang pasti, kini ada beberapa pekerja di sana yang hidup dari batik.

Kini produk batik dengan brand Batik Bahri tak hanya dijual di Jambi. Batik ini telah sampai ke luar Provinsi Jambi

Tahun demi tahun, setelah hampir 40 tahun membatik, Zainul tahu persis bagaimana industri batik mengalami naik turun. 

Kecakapan Menggambar Motif dan Pola

Sebagai seorang pelukis, Datuk Zainul Bahri memiliki kecakapan dalam menggambarkan berbagai motif dan pola yang memiliki nilai estetika tinggi. 

Namun, baginya, batik bukan hanya sekadar gambar atau pola, melainkan sebuah medium untuk menceritakan sejarah dan filosofi.

Bahkan dari tangannya, lahirlah lebih dari 900 motif batik yang terinspirasi dari berbagai elemen budaya Jambi, mulai dari peninggalan sejarah, ikon Jambi, tanaman langka, hingga tulisan Arab Melayu.

“Saya tidak sekadar membuat batik, saya menciptakan cerita di setiap motifnya. Setiap karya saya memiliki makna filosofis yang mendalam, yang menceritakan sejarah dan kekayaan alam Jambi,” ungkapnya.

Salah satu motif yang ia banggakan adalah motif batik Sipin Jajaran, yang terinspirasi dari lingkungan Danau Sipin. Motif ini menggambarkan flora dan fauna khas kawasan tersebut, seperti ikan botia dan ikan seluang.

Meskipun karya-karyanya diakui oleh berbagai kalangan, baik di dalam maupun luar negeri, sayangnya Datuk Zainul tidak mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah Provinsi Jambi.

Zainul Bahri,  perajin batik Jambi
Zainul Bahri, perajin batik Jambi (Tribun Jambi/Fitri Amalia)

“Penghargaan justru datang dari luar Provinsi Jambi, padahal saya berharap Jambi sendiri yang bangga dan menghargai warisan budaya ini,” keluhnya.

Di bawah bendera Yayasan Naila Mughni Alesha, Datuk Zainul juga mendirikan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Sekerabah, tempat di mana ia mengajarkan seni membatik kepada generasi muda. 

"Sejauh ini malah sekolah-sekolah swasta yang punya ketertarikan ingin belajar batik, minta diajarkan batik dan sejarahnya yang melekat. Jadi saya semangat ketika mereka mau belajar. Sekolah negeri malah seolah tidak tertarik dengan batik, lama-lama generasi yang akan datang tidak peduli lagi dengan batik," lanjutnya.

Melalui semangat diri yang tak pernah padam, ia terus berjuang agar Batik Jambi tetap dikenal dan dihargai, baik di dalam maupun luar negeri.

Walaupun demikian dia mencoba untuk terus mencari tahu sejarah-sejarah yang bisa ia tuangkan dan karyakan menjadi batik. Sehingga sejarah tersebut tetap ada dalam batik-batik Jambi yang perlu dikenang dan wariskan. (rara khushshoh azzahro)

 

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved