Suku Anak Dalam Keracunan Massal

Mengenal Madu Klanceng, Diduga Penyebab Keracunan Warga Suku Anak Dalam di Tebo

Lebah madu kecil atau lebah klanceng (Apis Trigona) menghasilkan madu yang berbeda dari madu pada umumnya. Madu klanceng ini memiliki karakteristik da

Penulis: Sopianto | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
ist
Tiga orang Suku Anak Dalam (SAD) di Kecamatan VII Koto Ilir dilaporkan mengalami keracunan, dua di antaranya meninggal dunia, sementara satu orang lainnya masih mendapatkan penanganan medis. 

TRIBUNJAMBI.COM, TEBO – Lebah madu kecil atau lebah klanceng (Apis Trigona) menghasilkan madu yang berbeda dari madu pada umumnya. Madu klanceng ini memiliki karakteristik dan cita rasa unik, yang menarik perhatian masyarakat.

Mengutip dari Kompas.com, lebah yang berbeda menghasilkan madu dengan sifat yang juga berbeda, termasuk madu klanceng yang dihasilkan oleh lebah klanceng atau Apis Trigona.

Dalam acara Ekowisata oleh DESMA Center dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Kelingi, seorang peserta, menjelaskan keunikan madu ini.

Secara umum, madu dikenal dengan tekstur yang kental.

Namun, madu klanceng berbeda karena memiliki tekstur lebih cair dan berwarna coklat.

Cita rasa madu klanceng digambarkan sebagai "nano-nano" oleh Kelingi, karena perpaduan rasa manis, asam, dan asin yang bercampur di lidah saat dikonsumsi.

Madu klanceng memiliki manfaat kesehatan yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, membantu masalah tidur, serta menjaga stamina tubuh.

Madu ini disarankan untuk dikonsumsi satu hingga dua kali sehari, sesuai kebutuhan tubuh.

Biasanya, satu sendok makan madu klanceng dapat dicampur dengan air putih atau teh dan diminum sebelum tidur.

Namun, belakangan terjadi kasus keracunan yang menimpa delapan warga Suku Anak Dalam (SAD) di Dusun Sentano, Desa Balai Rajo, Kecamatan VII Koto Ilir, Kabupaten Tebo.

Dugaan sementara menyatakan bahwa keracunan ini terjadi setelah mereka mengonsumsi madu klanceng yang diperoleh dari hutan.

Peristiwa ini terjadi pada Selasa (12/11), menyebabkan dua orang meninggal dunia.

Sampel Madu Dikirim untuk Diuji

Dinas Kesehatan Kabupaten Tebo telah mengirim tiga sampel ke Laboratorium Jambi untuk memastikan penyebab keracunan.

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan, Ari Setiawan, mengatakan, pihaknya kirim tiga sampel untuk di uji ke laboratorium Jambi, Rabu (13/11).

“Ada tiga sampel yang dikirimkan: makanan, media kayu, dan sisa madu yang dikonsumsi,” katanya.

Sampel ini akan diuji untuk mengetahui kandungan bakteriologi dan kimia yang mungkin ada.

Menurut Ari, biasanya pemeriksaan kimia membutuhkan waktu sekitar tiga hari, dan hasil tersebut akan menentukan apakah keracunan disebabkan oleh efek bakteriologi atau kimia.

Informasi awal dari keluarga korban menunjukkan bahwa sekitar 20 menit setelah mengonsumsi madu, beberapa korban mengeluhkan pusing.

Dari delapan orang yang mengonsumsi madu tersebut, tiga di antaranya adalah anak-anak dan lima orang dewasa. Dua korban meninggal dunia sebelum sempat mendapatkan pertolongan medis.

Hingga saat ini, Dinas Kesehatan masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk menentukan penyebab pasti keracunan yang menimpa warga SAD di Tebo.

Baca juga: 2 SAD Tebo Meninggal karena Keracunan, Dinkes Kirim 3 Sampel ke Laboratorium Jambi untuk Diperiksa

Baca juga: Kronologi Warga SAD Tebo Jambi Keracunan usai Makan Madu Hutan dari Pohon

Baca juga: Korban Keracunan Sarang Lebah di Tebo Bertambah, 3 Orang Suku Anak Dalam Meninggal, 27 Dievakuasi

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved