Kisah 3 Menit Operasi Woyla, Kopassus Bebaskan Sandera dan Pramugari Pesawat Garuda di Thailand
Sebelum Kopassus datang, pramugari, penumpang dan pilot pesawat pesawat DC 9 Woyla milik Garuda Indonesia disandera di Bandara Don Mueang Thailand
Pembajak mengajukan tuntutan ke Pemerintah Indonesia.
Imran bin Muhammad Zein, pemimpin kelompok pembajak pesawat, meminta pemerintah Indonesia membebaskan 80 rekan mereka yang kala itu mendekam di penjara.
Rekan mereka dipenjara karena terlibat peristiwa penyerangan Kosekta 8606 Pasir Kaliki, Cicendo, Bandung.
Pembajak juga meminta uang tunai sebesar 1,5 juta dolar AS.
Mereka mengancam akan meledakkan pesawat bila tuntutan tersebut tak dikabulkan.
Selama berhari-hari disandera, membuat para penumpang merasa takut dan lelah.
Bukan hanya itu, korban sendera dicekoki ceramah yang isinya menjelek-jelekkan pemerintahan Soeharto.
Para sandera tak boleh berkomentar mengenai ceramah tersebut.
Tangan penumpang harus diangkat ke atas dan kedua telapak tangan harus di bagian atas sandaran kursi.
Penumpang baru boleh menurunkan tangannya setelah pesawat DC Woyla tiba di Bangkok, Thailand.
Tiba di Bandara Don Mueang
Pesawat tersebut mendarat di Bandara Don Mueang, Bangkok, Sabtu sekitar pukul 17.00.
Penderitaan yang dialami oleh penumpang pesawat belum berakhir.
Bahkan, penderitaan yang dialami mereka semakin menjadi-jadi.
Mereka hanya diberi selembar roti tawar dan air putih.
Para korban sandera itu terus diawasi secara ketat.
Saat menggunakan toilet, mereka tak boleh menutup pintu.
Perlakuan tersebut berlaku juga bagi sandera perempuan.
Bahan bakar pesawat yang kian menipis semakin menambah penderitaan sandera.
Pendingin udara tak aktif karena mesin pesawat dimatikan.
Banyak penumpang yang lemas karena kekurangan oksigen.
Pergerakan Pasukan Elite Kopassus
Di saat mengetahui ada penyanderaan, pemerintah memutuskan mengirim Kopassus untuk pembebasan sandera.
Pemerintah Thailand memberikan izin kepada pasukan Komando Pasukan Sandhi Yudha (Koppasandha, sekarang dikenal Kopassus) untuk melakukan tindakan.
Puncak pembajakan pesawat DC 9 Woyla terjadi pada 31 Maret 1981, di Bandara Mueang, Bangkok, Thailand.
Saat itulah dilaksanakan operasi pembebasan.
Kisah itu dilansir dari buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap', Tempo, Gramedia, 2015.
Kala itu, pasukan yang diterjunkan adalah pasukan Grup 1 Kopasandha.
Operasi di bawah komando Kepala Pusat Intelijen Strategis, Letjen Benny Moerdani.
Letkol Infanteri Sintong Panjaitan ditunjuk menjadi pemimpin operasi di lapangan.
Pada Selasa (31/3/1981) sekitar pukul 02.30 WIB, pasukan Koppasandha mulai bergerak setelah mendapat persetujuan dari pemerintah Thailand.
Saat penyerbuan, pasukan terbagi dalam lima tim.
Tiga tim bertugas menyerbu ke dalam pesawat, dua lainnya bersiaga di luar.
Tim pertama dipimpin Kapten Untung Suroso, yang akan masuk dari pintu darurat depan.
Tim kedua dipimpin Letnan Dua Rusman A , yang bertugas menyerbu dari pintu darurat atas sayap kiri pesawat.
Pemimpin tim ketiga adalah calon perwira Ahmad Kirang, yang masuk melalui pintu ekor pesawat.
Sekitar pukul 02.00 WIB, tim bergerak mendekati pesawat dengan menaiki mobil VW Combi.
Pasukan Kopassus, termasuk Benny Moerdani, berdesak-desakan dalam mobil itu.
Berjarak sekitar 500 meter dari ekor pesawat, pasukan mulai berjalan kaki.
Saat itulah Benny Moerdani menyusup ke barisan tim Ahmad Kirang.
Penampilannya berbeda dari yang lain.
Benny Moerdani memakai jaket hitam. Dia menenteng pistol mitraliur.
Letkol Infanteri Sintong Panjaitan yang menjadi pemimpin operasi lapangan menjelaskan bahwa kehadiran Benny itu di luar skenario.
"Ini di luar skenario," ujarnya dalam buku 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.'
Namun pada akhirnya, Sintong membiarkan Benny Moerdani untuk tetap dalam pasukan.
Setelah pesawat berhasil dikuasai pasukan Kopassus, Benny Moerdani lagi-lagi melakukan aksi tak terduga.
Benny Moerdani tiba-tiba masuk ke pesawat sambil menenteng pistol bersama Kolonel Teddy.
Benny menuju kokpit, lalu menyuruh Teddy untuk memeriksa panel elektronik Woyla.
Setelah dinyatakan aman dari ancaman bom yang diaktifkan melalui sirkuit pesawat, Benny Moerdani lantas mengambil mikrofon.
"This is two zero six. Could I speak to Yoga, please?" kata Benny Moerdani.
Yoga Soegama yang berada di ruang crisis center di menara bandara pun merespons.
"Operasi berhasil, sudah selesai semua," ujar Benny Moerdani melapor.
Operasi pembebasan itupun berjalan sukses.
Kopassus hanya butuh waktu tiga menit untuk menumpas para pembajak dan membebaskan para sandera. (*)
Baca juga: Pohon Randu Markas Kopassus Kena Lemparan Pisau Kapten Encun, Pasukan Elite Beraksi
Baca juga: Mardi Rambo Kopassus yang Selalu Loncat dari Pesawat Saat Misi, Senyum Bisa Mendarat Duduk di Kursi
Kopassus
pasukan elite
Komando Pasukan Khusus
Operasi Woyla
pembajakan
Bandara Don Mueang
pramugari
Garuda Indonesia
NELANGSA Pensiunan Kopassus Ditelantarkan Istri dan Anak, Serma Mustari Pasrah Tabungan Dikuras |
![]() |
---|
Ribuan Identitas Tentara Israel Terbongkar Lewat Platform Pekerjaan |
![]() |
---|
CURHAT Pramugari Sisi Gelap Penerbangan Selama Ini Tak Terbongkar: Pilot dan Pramugari Sudah Biasa |
![]() |
---|
Kronologi iPhone Michael Tjendara Hilang di Pesawat Garuda, Terakhir Ada di Tengah Sungai Yarra |
![]() |
---|
GEGARA iPhone Hilang di Pesawat, Semua Awak Kabin Garuda Disanksi Massal, Penumpang Heboh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.