Berita Nasional
Heboh Dugaan Privat Jet Hasil Gratifikasi, KPK Posting Artikel Kisah Heroik Hoegeng Menolak Suap
Komisi Pemberantasan Korupsi memposting artikel Hoegeng Menjaga Istri dan Anaknya dari Gratifikasi ketika ramai dugaan anak jokowi nikmati gratifikasi
TRIBUNJAMBI.COM - Kini sedang ramai pembahasan asal usul privat jet yang digunakan oleh Kaesang Pangarep dan Erina Gudono saat bepergian ke Amerika Serikat hingga pulang ke Indonesia.
Muncul dugaan pesawat Gulfstream G650, yang merupakan pribadi paling mewah di dunia itu, bagian dari gratifikasi yang diterima keluarga Presiden Joko Widodo. Kaesang hingga kini masih tutup mulut soal itu.
Ternyata penggunaan pesawat mewah ini tidak hanya ramai di Indoensia, tapi juga di luar negeri. Sejumlah media asing membuat laporan tentang hal tersebut, seperti Reuters, The Straits Times, US News, Arab News, dan sejumlah media lainnya.
Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata, meminta putra Joko Widodo yang gagal maju di Pilkada itu, untuk membawa dokumen yang membuktikan penggunaan jet pribadi bukan bentuk gratifikasi.
"Kami sih berharap, saat melakukan deklarasi atau apapun itu disertai bukti. Jadi clear dong. Nah, hal seperti itu yang sebetulnya. Tidak sekadar deklarasi, tetapi juga tolong dong buktinya,” kata Alex di Jakarta, Jumat (30/8/2024), dikutip dari Kimpas.com.
Dia mempersilakan Kaesang memberikan keterangan kepada publik soal penggunaan fasilitas pesawat jet pribadi yang diduga gratifikasi.
Namun, hal tersebut tak serta merta menghentikan langkah KPK untuk meminta klarifikasi Kaesang terkait penggunaan fasilitas tersebut.
Di tengah ramainya isu tersebut, muncul artikel di website KPK yang berjudul "Hoegeng Menjaga Istri dan Anaknya dari Gratifikasi" pada Sabtu (31/8/2024). Belum ada kejelasan apakah artikel ini memang sengaja diposting saat heboh dugaan gratifikasi atau tidak.

Pada artikel itu diungkapkan bagaimana kokohnya Hoegeng Iman Santoso pada prinsip antikorupsi. Hoegeng merupakan mantan Kapolri, dan hingga kini dianggap sebagai ikon polisi antikorupsi. Berikut cuplikan dari artikel tersebut, menunjukkan kisah heroik Jenderal Hoegeng menolak segala bentuk gratifikasi.
DI Medan, Sumatera Utara, suatu masa sekitar 1959. Pagi itu, Meriyati Roeslani diajak suaminya, Ajun Komisaris Hoegeng Iman Santoso ke kantornya di Jalan Keling.
Ada perkara penting yang hendak dipecahkan Kepala Direktorat Reserse Kriminal Kepolisian Sumut itu.
Kabar bahwa Mery, panggilan istri Hoegeng, menerima cincin berlian, yang tersebar di kalangan pedagang India di kawasan Keling itu, hinggap ke telingnya.
“Saya marah dan gusar sekali,” kata Hoegeng dalam buku autobiografi Hoegeng, Polisi: Idaman dan Kenyataan (1993).
Peristiwa itu terjadi pada tahun ketiga Hoegeng bertugas di Medan. Sejak awal ia telah diwanti-wanti bahwa Medan atau Sumut pada umumnya adalah pertaruhan karier seorang polisi.
Daerah itu terkenal dengan penyelundupan (smokkel), judi, dan korupsi. Sukses bertugas di Sumut, karier polisi bisa dikatakan bakal melesat ke depan. Sebaliknya, gagal di Medan, artinya siap-siap masuk kotak.
“Jadi, ada perasaan tak menentu bila ditugaskan ke sana,” tutur Hoegeng. Apalagi kala itu, ada rencana ia diberangkatkan sekolah ke Amerika Serikat.
Gambaran sosial keangkeran Sumut itu juga ia peroleh dari Tengku Aziz, seorang bangsawan Melayu-Langkat di Sumut juga perwira Polri (kelak menjadi Deputi Kapolri saat Hoegeng sebagai Kapolri), saat berkenalan di rumah Abdul Kadir Widjojoatmodjo, paman Hoegeng.
Dari pertemuan itu, Tengku Aziz bercerita banyak orang kaya di Sumut, kebanyakan adalah orang China, memiliki relasi ke pejabat-pejabat, tak terkecuali kalangan polisi.
“Mereka sudah tahu bahwa Pak Hoegeng akan bertugas di sana. Pak Hoegeng nanti jangan kaget kalau dihubungi China Medan. Bapak tahu sendirilah. Tentu, ada udang di balik batu!” tutur Tengku.
Hoegeng diminta hati-hati. Karena kalangan orang-orang kaya itu bakal mendekati dengan hadiah-hadiah menggiurkan. Tugas utama Hoegeng, “Anda diharapkan memberantas smokkel, judi, dan korupsi,” pesan Jaksa Agung Soeprapto.
“Tapi, pada akhirnya terserah pada jij sendiri! Apakah jij mampu bertahan atau tak lebih dari pejabat yang harganya bisa dihitung: tiga, empat, enam bulan atau setahun! Banyak yang tidak tahan dan kami sudah biasa dengar ejekan!” Soeprapto menasihati.
Hoegeng membuktikan betul pesan itu setelah tiga tahun bertahan. Para penyelundup begitu ulet-ulet, penuh tipu daya busuk. Menurutnya, pedagang India itu sudah berkali-kali berupaya mengontak dirinya lewat sejumlah kaki tangannya.
Taktik pedagang India itu membuktikan omongan Tengku Aziz sebelumnya, bahwa kalangan China Medan jika tidak bisa menjangkau secara langsung, maka mereka lewat tangan-tangan lain.
Jadi, pedagang India yang dikabarkan memberi cincin itu berbisnis kain; biasanya orang-orang India jarang terlibat perjudian, tapi bila ada kesempatan, mereka tertarik pada smokkel.
“Gagal memperalat saya, rupanya ia mencoba menjatuhkan mental saya dan menghancurkan kepercayaan orang-orang pada saya,” kata Hoegeng.
Di kantornya, Hoegeng pertemukan istrinya dengan pedagang itu. Ditanya apakah kenal dengan orang India itu, Mery menatap dan menggeleng. Pedagang itu juga mengaku tak mengenalnya.
Mendengarnya itu, Hoegeng naik pitam. Kata Mery, saat itu suaminya benar-benar “mengaum”. “Bagaimana bisa kamu bilang bahwa istri saya ini kau hadiahi cincin berlian?”
Raut muka pedagang itu gelagapan. Sumpah serapah tertumpah kepada si pedagang India, sampai-sampai ia dilempar asbak oleh Hoegeng.
Keluarga Hoegeng sudah berkali-kali digoda hadiah-hadiah karena jabatannya baik sebagai polisi maupun pejabat imigrasi. Bahkan, awal-awal tiba di Medan pada 1956, seorang pria keturunan Tiongkok tiba-tiba mengirimi beragam perabot rumah tangga dan telah menyiapkan rumah buat Hoegeng dan keluarga. Namun, semua itu ditolak mentah-mentah.
Menutup toko bunga
Hoegeng dikenal sebagai pribadi sederhana, antisuap, dan berintegritas kuat. Ia memiliki prinsip “it’s nice to be important, but it’s more important to be nice” – menjadi orang baik itu penting, tapi lebih penting menjadi orang baik.
Kepada koleganya, Widodo Budidarmo, Kapolri (1974-1979), Hoegeng selalu berpesan agar selalu menjadi polisi yang tak mudah dibeli.
Sekembalinya dari Medan, ia setahun bertugas di Markas Besar Angkatan Kepolisian (kini Mabes Polri). Barulah kemudian, ia diangkat sebagai Kepala Jawatan Imigrasi Indonesia.
Tak ingin ada konflik kepentingan (conflict of interest) selama sebagai pegawai negeri, dia berusaha menaati peraturan yang diterapkan pada sipil, yaitu pegawai negeri dan keluarganya tidak diperbolehkan berbisnis.
“Pada saat saya diangkat, istri saya baru saja mendirikan perusahaan bunga yang dinamakan ‘Leilani’ (di Jalan Cikini, red),” tutur Hoegeng dalam memoar “Bertahan di Jalur Jujur” di TEMPO (22 Agustus 1992).
“Karena saya diangkat jadi kepala Jawatan Imigrasi, maka saya meminta Mery supaya menutup perusahaan bunganya. Saya khawatir nanti orang jadi berbaik-baik pada saya dengan membeli bunga istri saya. Dan, Mery mengerti keputusan saya,” ia menuturkan.
Selama menjabat di Imigrasi, polisi kelahiran Pekalongan 14 Oktober 1921 itu sama sekali tak mengambil gaji sepeser pun, termasuk fasilitas yang disediakan. Ia hanya menerima gaji sebagai polisi—meski bertugas di Imigrasi, sehari-hari ia berseragam polisi.
Dalam buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan (2013), Mery disebut tak boleh menjadi Ketua Umum Bhayangkari, yang biasa dijabat oleh istri Kapolri.
Alasan ayahnya melarang itu karena, “Hoegeng ini komandan polisi di Indonesia, tapi Mery bukan komandan dari istri-istri para polisi,” ujar Aditya Sutanto Hoegeng, anak kedua Hoegeng-Mery menirukan ucapan ayahnya.
Selengkapnya baca di Artikel Hoegeng Menjaga Istri dan Anaknya dari Gratifikasi yang dipublikasikan di website yang dikelola Komisi Pemberantasan Korupsi.
Baca juga: KPK Perintahkan Direktorat Pelaporan Gratifikasi Panggil Kaesang Pangarep Klarifikasi Jet Pribadi
Lirih Ayah Rheza Mahasiswa Yogya yang Meninggal usai Unjuk Rasa: Ia Terbujur |
![]() |
---|
12 Poin Pernyataan Prabowo Tanggapi Demo: Cabut Tunjangan DPR hingga Dugaan Makar |
![]() |
---|
Golkar Nonaktifkan Adies Kadir yang Bocorkan Rincian Tunjangan Rumah DPR RI Rp50 Juta |
![]() |
---|
Pernyataan Resmi Terbaru Prabowo: Pimpinan Akan Cabut Kebijakan Tunjangan DPR |
![]() |
---|
Pernyataan Terbaru Presiden Prabowo: DPR akan Cabut Tunjangan Anggota, Moratorium Kunker ke LN |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.