Deforestasi Ancam Bahan Baku Obat-obatan Tradisional Suku Anak Dalam di Sarolangun
Sejauh ini, banyak tanaman yang telah hilang dari peradaban Suku Anak Dalam. itu mengakibatkan mereka tidak dapat memanfaatkannya lagi.
Penulis: Rara Khushshoh Azzahro | Editor: Duanto AS
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Deforestasi atau penebangan hutan menjadi ancaman hilangnya obat-obatan tradisional Suku Anak Dalam (SAD).
Imbas dari deforestasi, bahan baku obat-obatan tradisional yang merupakan kearifan lokal itu susut bahkan hilang dari hutan.
Akademisi Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudddin atau UIN STS Jambi yang juga peneliti Suku Anak Dalam (SAD), Zarfina Yenti, mengatakan tumbuh-tumbuhan yan digunakan untuk pengobatan tradisional di kalangan SAD perlu dilestasikan.
Sejauh ini, banyak tanaman yang telah hilang dari peradaban SAD. itu mengakibatkan mereka tidak dapat memanfaatkannya lagi.
"Dahulu mereka menggunakan kulit kayu terap, daun selusuh untuk melahirkan, daun pengendur urat untuk sakit badan, serta akar untuk obat kuat laki-laki dan masih banyak lagi," ujar Zarfina, pekan lalu.
Keberadaan SAD yang meyakini pengobatan tradisional berbasis tumbuhan, membutuhkan perhatian khusus.
Menurut Zarfina, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan kandungan yang tepat dalam ramuan-ramuan tersebut agar dapat dijadikan obat resmi.
"Melihat bagaimana SAD menggunakan tanaman sebagai obat alami, sangat penting bagi pemangku kebijakan, terutama pemerintah, untuk memperhatikannya," tambah Zarfina.
Namun, tantangan terbesar adalah banyaknya tanaman obat yang hanya ditemukan di hutan, yang semakin sulit dijangkau SAD karena deforestasi.
Kehancuran hutan membatasi akses SAD terhadap sumber daya alam yang mereka butuhkan untuk obat tradisional.
"Dari sisi ekonomi, SAD memerlukan perhatian pemerintah untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam pengetahuan tentang pengobatan tradisional. Dengan bimbingan yang baik dan pengetahuan baru, mereka dapat mengembangkan produk lokal yang sangat bermanfaat bagi perkembangan mereka ke depannya," tutur Zarfina.
Zarfina juga menekankan perlunya pemerintah untuk mengidentifikasi dan mengembangkan tanaman lokal Provinsi Jambi yang bisa dimanfaatkan SAD.
Kerja sama antara pemerintah dan berbagai pihak, seperti perguruan tinggi, diperlukan untuk memperkuat basis data dan implementasi pengembangan obat tradisional ini di masa depan.
Sebelumnya, dalam wawancara Tribun Jambi dengan Tumenggung Grib, pimpinan Suku Anak Dalam di Bukit Suban, kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas, Kabupaten Sarolangun, ada puluhan bahkan ratusan daun-daunan untuk obat-obatan tradisional.
Tumenggung Grib, memperkirakan ada 159 jenis tanaman dan tumbuhan di kawasan Taman Nasional Bukit 12 yang bisa dijadikan ramuan dan obat-obatan tradisional.
"Tanaman dan tumbuhan itu bisa dan kami percaya bisa mengobati segala penyakit, seperti sakit demam, penyakit kulit dan banyak penyakit lainnya," kata Grib, pekan lalu.
Kepada Tribun, Grib mengatakan tanaman dan tumbuhan itu diyakini sebagai tanaman obat karena sudah dicoba untuk pengobatan.
Ketika SAD kelompoknya mengalami sakit, seperti penyakit perut, sakit kulit, demam dan penyakit lainnya, mereka memberikan ramuan itu.
Bahkan, kata Tumenggung Grib, obat tradisional dari tumbuhan yang ada di hutan kawasan TN Bukit Duabelas dianggap sebagai obat yang permanen untuk mengobati penyakit yang dialami SAD kelompoknya.
Menurut Tumenggung Grib, bagian tanaman yang kerap dimanfaatkan untuk obat, seperti tumbuhan kayu dan daun.
Pengolahan tanaman itu menjadi obat, rata-rata dengan cara direbus. Air rebusan tanaman itu kemudian diminum.
Suku Anak Dalam memiliki pengetahuan obat-obatan yang sangat baik. Mereka mampu membedakan tumbuhan beracun termasuk cara pengolahannya. (rra)
Baca juga: Anti-aging Ala Suku Anak Dalam Jambi, Perawatan Kecantikan Berbahan Tanaman di Alam
Baca juga: Tanaman Tumbuhan Suku Anak Dalam dan Khasiatnya, Obat Batuk, Panu, Maag, Nyeri, Nafsu Makan
Baca juga: Obat Berkhasiat, 159 Daun dan Tumbuhan Ramuan Suku Anak Dalam di TN Bukit Duabelas Sarolangun
Dosen IAIN STS Jambi dan Pastor Gereja Santo Gregorius Agung 'Diberondong' Pertanyaan |
![]() |
---|
Juliana Wanita SAD Jambi Pertama yang Kuliah, Menyalakan Harapan dari Dalam Rimba |
![]() |
---|
Kisah Orang Rimba Jambi Beli Sapi dari Menabung dan Hidup di Sudung |
![]() |
---|
Polres Bungo Tegaskan Video SAD Keroyok Pria di Kebun Sawit Bukan Terjadi di Kuamang Kuning |
![]() |
---|
Data Luas Penambangan Emas Ilegal di Bungo Sudah 10.000 Hektare Lebih, Urutan Ketiga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.