Siapa Pemimpin Hamas yang Tewas dalam Serangan Udara Israel? Berikut Sosok Ismail Haniyeh
Berikut Sosok Pemimpin tertinggi Hamas, Ismail Haniyeh hidup dalam pengasingan dan menjadi target pembunuhan Israel
"Dia bertanggung jawab atas propaganda dan hubungan diplomatik, tetapi tidak terlalu berkuasa," kata Milshtein, mantan perwira intelijen militer Israel.
"Dari waktu ke waktu, Sinwar bahkan tertawa dan bercanda: 'Dia adalah pemimpin yang lebih moderat dan cerdas, tapi dia tidak mengerti apa-apa tentang peperangan.'"
Baca juga: Israel dan Kelompok Hamas Genjatan Senjata Mulai Hari Ini, Ada Pembebasan Sandera
Namun, Israel berjanji menargetkan semua pemimpin Hamas setelah serangan itu dan secara bertahap berupaya memenuhi janji tersebut.
Haniyeh juga menjadi perhatian Mahkamah Pidana Internasional ICC, yang jaksa penuntutnya mengajukan surat perintah penangkapan terhadapnya dan dua pemimpin Hamas lainnya, Sinwar dan Mohammed Deif.
Mereka dituduh atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Permintaan serupa juga diajukan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Sejak 2019, Haniyeh tinggal dalam pengasingan di Qatar, dan ancaman terhadapnya tidak menghentikannya untuk bepergian. Dia mengunjungi Turki dan Iran selama perang berlangsung. Dari Doha, ia terlibat dalam negosiasi untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Peran Haniyeh dalam kepemimpinan Hamas juga mengakibatkan kehilangan anggota keluarga terdekatnya.
Pada bulan April, serangan udara Israel di Gaza menewaskan tiga anak lelaki Haniyeh, setelah itu dia menuduh Israel bertindak dalam "semangat balas dendam dan pembunuhan."
Baca Juga: Hamas Deklarasikan Akan Perang Terbuka untuk Membebaskan Yerusalem Usai Pembunuhan Ismail Haniyeh
Hamas menyatakan empat cucu pemimpin tersebut juga tewas, begitu pula saudara perempuannya dalam serangan terpisah bulan lalu.
Haniyeh, yang lahir di kamp pengungsi Shati, Gaza pada 29 Januari 1963, bergabung dengan Hamas sejak organisasi itu didirikan pada tahun 1987.
Ia menjadi asisten Sheikh Ahmad Yassin, pendiri Hamas, dan naik pangkat hingga menjadi pemimpin politik tertinggi Hamas, menggantikan Khaled Mashaal tahun 2017.
Haniyeh dikenal sangat religius dan mempelajari sastra Arab di universitas.
Baca juga: Israel dan Kelompok Hamas Genjatan Senjata Mulai Hari Ini, Ada Pembebasan Sandera
Ia sering menyampaikan pidato panjang dengan bahasa yang berbunga-bunga kepada para pendukungnya saat menjabat sebagai perdana menteri di Gaza.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.