Masa Kecil Presiden Soeharto, Benarkah Anak Ningrat Dititipkan ke Orang Biasa?

Misteri masa kecil Soeharto, Presiden Kedua RI, dipercaya sebagai anak ningrat yang dititipkan ke orang biasa, benarkah?

Editor: Suci Rahayu PK
Tribun Timur
Tommy Mandala Putra, anak kelima Soeharto (Kiri) bersama Soeharto dan Ibu Tien 

Soeharto, Presiden Kedua RI

TRIBUNJAMBI.COM - Misteri masa kecil Soeharto, Presiden Kedua RI, dipercaya sebagai anak ningrat yang dititipkan ke orang biasa, benarkah?

Soeharto dikenal sebagai anak pasangan bernama Sukirah dan Kertosudiro.

Kedua orangtua Soeharto merupakan petani dari etnis Jawa yang tinggal di daerah tanpa listrik atau air ledeng.

Presiden Soeharto menerima sungkem dari Ibu Tien Soeharto pada hari Idul Fitri 1 Syawal 1415 Hijriah, 3 Maret 1995.
Presiden Soeharto menerima sungkem dari Ibu Tien Soeharto pada hari Idul Fitri 1 Syawal 1415 Hijriah, 3 Maret 1995. (ISTIMEWA)

Sukirah adalah istri kedua ayah Soeharto.

Kertosudiro sebelumnya pernah menikah dan memiliki dua anak dari pernikahan pertamanya itu.

Namun rumah tangga Kertosudiro dan Sukirah juga diyakini berakhir dengan perceraian.

Keduanya disebut bercerai di awal kehidupan Soeharto, kedua orangtuanya kemudian menikah lagi.

Dalam catatan lain, dikutip dari ABC News, Soeharto lahir tahun 1021 di sebuah gubuk bambu di Hindia Belanda dengan memiliki 11 saudara tiri.

Baca juga: Sosok Titiek Soeharto Putri Presiden ke-2 Soeharto, Diminta Balikan dengan Capres Prabowo Subianto

Baca juga: Profil Try Sutrisno Mantan Wakil Presiden Era Soeharto yang Terbaring Sakit

Soeharto diasingkan oleh kedua orang tuanya dalam jangka waktu yang lama.

Ia kemudian berpindah-pindah ke beberapa rumah tangga di sebagian masa awal kehidupannya.

Pernikahan bibi dari pihak ayahnya dengan seorang pejabat rendahan di Jawa bernama Prawirowiharjo, yang membesarkan Soeharto sebagai anaknya sendiri.

Menurut catatan penulis biografi Elson (2001) ia telah menjadi sosok ayah dan teladan bagi Soeharto, serta sebuah rumah di Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah.

Tempat di mana ia menerima sebagian besar pendidikan dasarnya.

Soeharto tinggal di asrama seorang dukun atau seorang ahli spiritual mistik Jawa dan seorang tabib.

Sebuah pengalaman yang sangat mempengaruhi Soeharto yang kemudian membuatnya menjadi presiden.

Tidak adanya dokumentasi resmi dan aspek-aspek tertentu dari kehidupan awal Soeharto yang tidak sesuai dengan kehidupan seorang petani Jawa.

Seperti misalnya, Soeharto menerima pendidikan sejak usia dini, telah menimbulkan beberapa rumor bahwa Soeharto adalah anak haram dari seorang kaya.

Rumor yang termasuk anak bangsawan Yogyakarta atau saudagar Tionghoa Indonesia yang kaya.

Menurut penulis biografi Soeharto, Robert E. Elson, percaya bahwa rumor semacam itu tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan, mengingat banyak informasi yang diberikan Suharto tentang asal usulnya diwarnai dengan makna politik.

Baca juga: Kronologi Viral Ibu Muda di Banten Cabuli Anak Balitanya, Dapat Order dari FB Dijanjikan Rp 15 Juta

Baca juga: Pria di Tanjab Barat Jambi Setubuhi 3 Anak Kandung, Ancam Bunuh Istri Jika Anak Bicara

Seperti dicatat oleh Elson (2001) dan yang lainnya, pola asuh Soeharto berbeda dengan tokoh Nasionalis terkemuka di Indonesia seperti Soekarno.

Karena ia diyakini tidak begitu tertarik pada anti-kolonialisme, atau permasalahan politik di luar lingkungan terdekatnya.

Berbeda dengan Soekarno, ia juga buta huruf dalam bahasa Belanda atau bahasa-bahasa Eropa lainnya.

Namun, dia akan belajar bahasa Belanda setelah dilantik menjadi militer Belanda pada tahun 1940.

Pernah Jadi Pegawai Bank

Setelah lulus SMA, Soeharto bekerja sebagai pegawai bank, kemudian bergabung dengan tentara kolonial Belanda.

Namun, setelah penaklukkan Jepang tahun 1942, Soeharto masuk ke korps pertahanan rumah yang berada di bawah naungan Jepang.

Kemudian menerima pelatihan untuk menjadi seorang perwira.

Usai menyerahnya Jepang, pada tahun 1945, ia bertempur sebagai prajurit Indonesia bergerilya untuk mencari kemerdekaan dari Belanda.

Usai kemerdekaan Indonesia Belanda terus melakukan serangan untuk merebut kembali Indonesia dalam agresi militer yang dilancarkan Belanda dibantu Sekutu.

Tahun 1950, Soeharto menonjol menjadi komandan batalyon di Jawa Tengah dan menjadi letnan kolonel.

Selama 15 tahun, ia naik pangkat di Angkatan Darat Indonesia, dan menjadi kolonel tahun 1957, brigadir jenderal pada tahun 1960 dan mayor jenderal 1962.

Tahun 1963, Soeharto yang karir militernya lumayan moncer ditunjuk sebagai komando strategis Angkatan Darat, sebuah pasukan berbasis di Jakarta.

 


Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Temuan BPK 2021 di BP Tapera, Ada Data Pensiunan Ganda, Saldo Rp 3,3 M Jadi Rp 6,6 M

Baca juga: Suami BCL Dilaporkan Mantan Istri ke Polisi karena Dugaan Penggelapan Dana Rp 6,9 M

Baca juga: Ini 4 Nama yang Diusung NasDem di Pilwako Jambi, Pilbup Btaanghari, Bungo dan Tanjab Barat

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved