Human Interest Story
Jhoni Wismar Kumpulkan Puing-puing, 50 Orang Meninggal Akibat Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi
Kusen dan trali jendela ini hanyut hampir 50 meter dari rumah Jhoni yang kini hanya tersisa pondasi batu. "Jendelanya ketemu di sini, jadi saya kumpul
TRIBUNJAMBI.COM, PADANG - Sudah tiga hari sejak banjir bandang menghancurkan rumah rumah di Galuang, Kecamatan Sungai Puar, Agam, Sumatra Barat, pada Selasa (14/5), Jhoni Wismar bersama saudaranya masih sibuk mengumpulkan puing-puing yang tersisa.
Pagi itu, Jhoni dan saudaranya memisahkan trali besi dari kusen jendela berwarna krem yang berlumuran lumpur.
Mereka menggunakan palu, linggis, dan kapak untuk membuka trali dan membawanya ke rumah saudaranya.
Kusen dan trali jendela ini hanyut hampir 50 meter dari rumah Jhoni yang kini hanya tersisa pondasi batu.
"Jendelanya ketemu di sini, jadi saya kumpulkan saja. Soalnya rumah sudah tidak ada lagi," ujar Jhoni.
Sehari sebelumnya, Jhoni juga menemukan sejumlah meja berjarak 5 kilometer dari rumahnya.
Sedangkan peralatan elektronik seperti kulkas, TV, mesin cuci, dan lainnya masih belum diketahui keberadaannya.
Puing-puing rumah semi permanen berukuran 8x12 meter itu telah hilang tak berbekas, hanyut terbawa air bah yang setinggi lima meter lebih, bersama batang beringin dan sampah.
"Airnya sudah seperti tsunami Aceh saja, sangat tinggi dan menakutkan," ungkap Jhoni.
Beruntung, Jhoni dan keluarganya tidak berada di rumah saat kejadian. Mereka menginap di rumah saudara karena akhir pekan.

Namun, begitu mendengar kabar banjir di pagi hari, Jhoni langsung bergegas ke lokasi dan mendapati rumahnya hanya menyisakan pondasi.
"Kerugiannya entah berapa banyaknya, tidak bisa saya perkirakan lagi," ujar Jhoni dengan tatapan nanar.
Jhoni masih belum tahu harus bagaimana dengan situasi ini. Ia hanya bisa tinggal di rumah saudara sementara waktu.
"Pengungsian tidak ada. Warga yang rumahnya habis hanya bisa menyelamatkan diri masing-masing," terangnya.
Setelah berjam-jam memisahkan trali dan jendela, Jhoni kembali ke rumah saudaranya tanpa melihat kembali kondisi rumahnya.
Operasi Pencarian
Operasi pencarian korban hilang akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi, di Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, kembali dilanjutkan.
Pada Selasa (14/5) pagi, tercatat ada 50 orang meninggal dunia, 27 orang hilang, 37 orang luka-luka, dan 3.396 jiwa mengungsi akibat bencana.
Rincian korban jiwa per wilayah, di Kota Padang Panjang 2 orang, Kabupaten Agam 20 orang, Kabupaten Tanah Datar 19 orang, Kota Padang 1 orang, Kabupaten Padang Pariaman 8 orang.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, dalam keterangan tertulisnya, menyampaikan data jumlah korban masih bisa berubah. Dia menekankan pentingnya percepatan pencarian korban yang masih hilang dengan menggunakan alat berat dalam waktu 72 jam (golden time).
"Upaya pencarian akan terus dilakukan sampai ketemu, terutama jika ada permintaan dari keluarga korban," ujar Suharyanto.
Pemerintah melalui BNPB terus mendorong upaya pencarian dan pertolongan korban terdampak banjir lahar dingin dan longsor yang menerjang enam kabupaten/kota di Sumatera Barat.
Langkah-langkah darurat yang diambil antara lain: pemulihan akses jalan darat dengan alat berat, pembersihan material longsor, evakuasi korban, koordinasi dengan instansi terkait.
Selain fokus pada pencarian dan pertolongan, pemerintah juga berupaya memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi.
"Kebutuhan dasar para korban, baik yang meninggal, luka-luka, maupun mengungsi, harus dipenuhi dengan baik.
Bantuan awal berupa dana dan barang kebutuhan sehari-hari telah diberikan dan akan terus dievaluasi sesuai perkembangan," jelas Suharyanto.
Hingga Senin sore, pengiriman bantuan logistik dan evakuasi warga masih berlangsung, meskipun beberapa wilayah masih terisolasi.
Bantuan didistribusikan melalui jalur udara dan darat, termasuk dengan menggunakan jembatan darurat.
Dalam kunjungan kerjanya di hari kedua, Kepala BNPB berencana meninjau langsung daerah terdampak via udara untuk melihat kerusakan akibat bencana.
Tinjauan akan dilakukan di beberapa titik di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar.
Ongkos Angkutan Umum Naik
Ongkos angkutan umum Padang-Bukittinggi-Payakumbuh naik Rp10 ribu karena trayeknya melewati Malalak Kabupaten Agam.
Trayek angkutan berubah lantaran jalan nasional Padang-Bukittinggi tepatnya di Lembah Anai putus total dilanda banjir bandang pada Sabtu (11/5) malam.
Ketua PT Sinamar tujuan Padang-Bukittinggi-Payakumbuh, Agus mengatakan kenaikan ongkos itu dipengaruhi jarak tempuh via Malalak yang lebih jauh.
"Untuk Padang-Bukittinggi biasanya Rp25 ribu menjadi Rp35 ribu, Padang-Payakumbuh biasanya Rp30 ribu menjadi Rp40 ribu, dan Padang-Mudiak biasanya Rp40ribu menjadi Rp50 ribu," ujar Agus di pos PT Sinamar Ulak Karang Padang.
Menurutnya, kenaikan ongkos tersebut bisa dimaklumi oleh penumpang, lantaran jarak yang lebih jauh dan mengingat bertambahnya bahan bakar untuk armadanya.
"Tarif normal akan diberlakukan bila jalan di Lembah Anai selesai dikerjakan," katanya.
Sementara itu, kenaikan ongkos juga diberlakukan pihak PO Ayah yang juga merupakan angkutan umum Padang-Bukittinggi-Payakumbuh.
Yanto, seorang sopir PT Ayah mengatakan, untuk ongkos Padang-Payakumbuh yang biasanya Rp30 ribu, saat ini naik menjadi Rp40 ribu.
Kenaikan ongkos itu juga dipengaruhi jarak tempuh yang lebih jauh, yakni via Malalak, serta berkaitan dengan kebutuhan bahan bakar kendaraan.
Ia mengakui, ongkos Padang-Payakumbuh pada hari Minggu (12/5) naik 100 persen atau Rp30 ribu lantaran harus melewati jalur lain yakni Padang-Pariaman-Tiku-Lubuk Basung-Maninjau-Bukittinggi-Payakumbuh.
Rutenya sangat jauh, bisa mencapai 6 jam lebih bila tidak terkena macet.
"Dan saat itu tidak ada kendaraan umum lainnya yang beroperasi, kami meminta kenaikan ongkos juga atas persetujuan penumpang, menimbang jarak tempuh, BBM dan hanya kami yang beroperasional," kata Yanto.
Namun, saat ini, dijelaskannya lagi ongkos hanya naik Rp10 ribu dibandingkan tarif normal.
Rp15 ribu via Malalak
Kenaikan ongkos juga diberlakukan di PT Setangkai tujuan Padang-Lintau Kabupaten Tanah Datar saat jalan nasional Padang-Bukittinggi di Lembah Anai putus total.
"Naik Rp15 ribu, biasanya Rp45 ribu, sekarang Rp60 ribu," kata Ronal, agen PT Setangkai di Ulak Karang Padang.
Ia menjabarkan, saat ini rute yang ditempuh PT Setangkai ialah Padang-Malalak-Bukittinggi-Baso-Tabek Patah-Lintau.
"Sejauh ini belum ada keluhan penumpang soal ongkos," katanya. (tribunpadang.com/wahyu bahar)
Baca juga: Cerita Liza Balik dari Perantauan ke Sumatra Barat, Kaget Lihat Rumah Terlihat Seperti Danau
Baca juga: Kisah Jokowi Setelah 41 Tahun Ekspedisi Gunung Kerinci 1983, tak Sempat ke Sekepal Tanah dari Surga
Kecamatan Sungai Puar
Sumatra Barat
Tanah Datar
banjir bandang
banjir lahar dingin
human interest story
Juliana Perempuan Pertama Suku Anak Dalam Jambi yang Jadi Sarjana, Seri V |
![]() |
---|
Puluhan Tahun Alex Bertahan Jajakan Putu di Era Modernisasi Kuliner: Dulu Harganya Rp50 |
![]() |
---|
Ratusan Warga Padati Sungai Batang Asam Kabupaten Bungo, Buka Lubuk Larangan |
![]() |
---|
Bripka Arjunif Sulap Lahan Tidur Jadi Embung di Babeko Bungo, Larang Penambangan Emas Ilegal |
![]() |
---|
Dari Jambi Penuh Dedikasi, AKP Helrawaty Siregar Buktikan Perempuan Bisa Pegang Banyak Peran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.