Pemilu 2024

Cerita Perantau di Jambi, Pernah Diongkosi Pulang Kampung dan Uang Saku Oleh Caleg

Fenomena serangan fajar atau politik uang di provinsi Jambi kala pemilu 14 Februari 2024 tidak terlalu bergeming di telinga Azmi (24) seorang perantau

Penulis: Rifani Halim | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
(KOMPAS/LASTI KURNIA )
Kelompok gabungan dari Panwaslu dan lembaga swadaya masyarakat, menyatakan menolak prkatik politik uang dalam pelaksanaan Pemilukada DKI Jakarta, pada aksi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (24/6/2012). Baik memberi atau menerima uang dalam pelaksanaan kampanye pemilukada dianggap sebagai praktik korupsi. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Fenomena serangan fajar atau politik uang di provinsi Jambi kala pemilu 14 Februari 2024 tidak terlalu bergeming di telinga Azmi (24) seorang perantau asal kabupaten Merangin yang bekerja freelance di kota Jambi.

Hal itu terlalu berbeda dengan tahun 2019 lalu, kala Azmi menjadi seorang mahasiswa di salah satu kampus negeri di Jambi. Sebab pada pemilu 2019 lalu, seorang calon anggota legislatif nekat membiayai sejumlah mahasiswa yang berasal dari kabupaten untuk pulang kampung demi meraup suara.

Calon anggota legislatif yang nekat merogo kocek cukup dalam itu merupakan, calon anggota DPRD kabupaten dengan jumlah uang yang cukup ditambah bisa pulang kampung gratis bagi para perantau.

"Sekarang belum dengar (serangan fajar), biasa satu hari atau dua hari sebelum pemilu. Dulu ado dibiayai ongkos makan dan uang saku," kata Azmi saat diwawancarai tribun, Selasa (7/2/2024).

Dia menceritakan, pada 2019 lalu ada rekan di komunitas mahasiswa kampungnya menghubungi salah satu caleg mau membiayai sejumlah mahasiswa untuk pulang kampung saat pemilu. Tentunya dengan milih calon anggota legislatif tersebut.

"Ada yang hubungi, seperti koordinator gitu dia mahasiswa yang kenal sama calon anggota legislatif itu. Jadi dia nentuin siapo saja yang dapat dan pulang kampung," cerita Azmi.

Azmi yang tinggal sendiri di kota Jambi kala itu tentunya mau saja dengan iming-iming yang ditawarkan oleh calon anggota legislatif tersebut, sebab ongkos pulang kampung cukup tinggi baginya saat mahasiswa dulu.

"Dia ngasih ongkos pulang pergi 150 ribu rupiah pergi, 150 untuk balik travel, makan di jalan 50 ribu rupiah dan uang saku 150 ribu rupiah. Jadi total kami dapat 500 ribu rupiah tahun 2019 lalu," ujarnya.

Menurut Azmi hal seperti itu sudah sering terjadi di sebuah kelompok mahasiswa kampung yang berada di Jambi, bahkan tidak hanya di kabupaten Merangin kejadian itu terjadi.

"Itu dak cuma di Merangin bae, ada juga kawan aku cerita di Kabupaten lain begitu juga, harga sesuai ongkos naik travel dan jarak kampung kita ke kota," ujarnya.

Azmi menilai, pada pemilu tahun 2024 saat ini calon anggota legislatif yang ingin meraup suara mahasiswa perantau tidak perlu khawatir. Sebab sejumlah kampus di Jambi sedang libur semesta.

"Sekarang mungkin dak ada diongkosin, karena mahasiswa lagi libur kayak UIN sekarang lagi libur, banyak mahasiswa di kampung, jadi dak mau lah calon anggota legislatif keluarin duit besar," sebutnya.

Pemilu 14 Februari 2024 ini, Azmi memutuskan untuk golput sebab banyak pertimbangan personal yang tidak dapat ditinggalkan. Meski ada tawaran yang datang seperti pemilu sebelumnya.

Baca juga: Cerita AgenBRILink di Pasar Kramat Jati: Berawal dari Counter Pulsa, Kini Tak Pernah Sepi Pengunjung

Baca juga: Hendak Berangkat Manggung, Biduan di Bangka Belitung Disiram Air Keras oleh Suami Siri

Baca juga: Dilamar Anggota TNI, ini Jawaban Ayu Ting Ting Soal Rencana Pernikahan

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved