Khazanah Islam
Niat Puasa Qadha Ramadan, Lengkap Arti dan Cara Mengerjakannya
Niat puasa adalah salah satu rukun dalam menjalankan puasa qadha Ramadhan.
Penulis: Rohmayana | Editor: Rohmayana
Niat puasa Qadha, wajib hukumnya mengganti puasa utang Ramadan sesuai dengan jadwal puasa yang ditinggalkan
TRIBUNJAMBI.COM- Niat puasa adalah salah satu rukun dalam menjalankan puasa qadha Ramadhan.
Adapun, puasa bayar utang Ramadhan sama artinya dengan puasa qadha.
Amalan ini dikerjakan untuk mengganti puasa yang ditinggalkan selama Ramadhan karena udzur atau urusan tertentu, seperti sakit, dalam perjalanan, atau haid.
Mengutip buku Fikih Empat Madzhab Jilid 2 susunan Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, pengamalan niat puasa bayar utang Ramadhan ialah pada malam hari hingga terbit fajar sebagaimana bunyi sabda Rasulullah SAW,
"Barang siapa yang belum berniat (untuk puasa) di malam hari sebelum terbitnya fajar maka tidak ada puasa baginya." (HR Ad-Daru Quthni dan Al- Baihaqi)
Banyaknya puasa qadha yang dilakukan sama dengan puasa yang ditinggalkan. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 184 yang berbunyi,
Artinya: "... Maka, barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka wajib menggantinya sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui,"
Berikut ini Niat Puasa Qadha Ramadan
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Arab latin: Nawaitu shauma ghadin 'an qadhā'i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta'âlâ.
Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT."
Hukum Membayar Hutang Puasa Ramadan
Mengutip dari buku Belum Qadha Puasa Sudah Masuk Ramadhan karya Muhammad Aqil Haidar, dijelaskan bahwa kewajiban puasa qadha ini telah diperintahkan dalam Al-Qur'an dan hadits.
Kewajiban puasa qadha yang tertuang dalam firman Allah SWT, terdapat pada Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 184:
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ... ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya: "Maka, barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka wajib menggantinya sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah: 184).
Sementara itu, kewajiban untuk menunaikan puasa qadha juga terdapat dalam hadits berikut:
كنَّا نَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَنُؤْمَرُ بِقَضاءِالصوم
Artinya: Dari Aisyah RA berkata, "Dahulu di zaman Rasulullah SAW kami mendapat haid. Maka kami diperintah untuk mengganti puasa." (HR Muslim).
Oleh karena itu, puasa Qadha hukumnya menjadi wajib dilakukan bagi siapapun yang mempunyai kewajiban puasa tetapi tidak melakukannya.
Bolehkah niat puasa qadha di pagi hari?
Niat puasa wajib harus dilakukan sebelum terbit fajar untuk setiap harinya sedangkan puasa qadha tergolong sebagai puasa wajib. Untuk itu, niat puasa qadha yang diamalkan sejak malam sampai sebelum fajar, niat itu dianggap sah.
Dasar dari pernyataan ini terdapat dalam sebuah hadits yang dicantumkan dalam buku Fikih Mazhab Syafi'i oleh Abu Ahmad Najieh. Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ. (رواه الدارقطني وغيره)
Artinya: "Barangsiapa tidak meniatkan puasanya pada malam hari sebelum fajar terbit, maka tiada (sah) puasa (itu) baginya." (HR Ad-Dâruquthnî dan yang lain)
Berbeda dengan puasa wajib, niat puasa sunah masih bisa dilakukan di pagi hari sampai siang hari, selama dia belum mengerjakan hal-hal yang membatalkan puasa.
Mengutip dari buku Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya oleh Syamsul B. dan M. Nielda, dasar pembolehan ini adalah hadits nabi riwayat Aisyah RA,
Artinya; "Nabi SAW masuk kepadaku pada suatu hari dan beliau bertanya, 'Apakah ada sesuatu padamu (makanan yang bisa dimakan)?' Aku menjawab, 'Tidak ada,' Beliau berkata, 'Maka sesungguhnya aku puasa'." (HR Muslim)
Dapatkan Berita Terupdate Tribunjambi.com di Google News
Khotib Sholat Idul Adha di Kota Baru Jambi Ajak Jamaah Bersyukur dan Meneladani Nabi Ibrahim |
![]() |
---|
Hukum dan Bacaan Doa Qunut dalam Salat Witir |
![]() |
---|
Bacaan Doa Setelah Salat Tarawih dan Witir, beserta Niat dan Tata caranya |
![]() |
---|
Bacaan Zikir dan Doa Setelah Shalat Tarawih dan Witir di Bulan Ramadhan |
![]() |
---|
Tarawih di Kota Jambi, Ke Langgar Naik Ketek Karena Banjir |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.