Berita Jambi

Efek Positif dan Negatif Penutupan Angkutan Batubara Bagi Ekonomi Jambi

Penutupan transportasi angkutan batubara oleh Pemerintah Provinsi Jambi hingga usai pemilu Februari mendatang, Pengamat menilai dapat menimbulkan efek

Tribunjambi/Musawira
Ratusan sopir angkutan batubara demo di Kantor Gubernur Jambi, Rabu (24/1/2024). 

TRIBUNJAMBI. COM, JAMBI - Penutupan transportasi angkutan batubara oleh Pemerintah Provinsi Jambi hingga usai pemilu Februari mendatang, Pengamat menilai dapat menimbulkan efek positif dan Negatif bagi Ekonomi Jambi. Kamis (25/1/2024)

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIM Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Dr. H. Eja Armaz Hardi, Lc., M.A. mengatakan, jika dilihat dari kacamata makro teelait ekonomi jambi dengan adanya permasalhan ini ada dua efek yang ditimbulkan.

Tentunya ada efek positif dan Negatif, yang memang itu tidak bisa dielakan lagi dengan adanya efek yang terjadi saat ini.

Pertama terkait dampaknya, yang paling terdampak tentu para sopir Batubara itu sendiri, keluarga dan orang orang sudah mrngambil peluang dengan adanya angkutan batubara yang melintas di jalan nasional (para penyedia jasa kantong parkir).

“Disatu sisi sebenarnya Batubara itu membuka peluang baru, disisi lain dia akan mensubsidi peluang lain dan juga mengkerdilkan peluang lainnya (penyaluran impor sayur mayur dari luar daerah) yang juga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat jambi lainnya, “ jelas Eja.

Kemudian lanjut Eja, peluang trnsportasi lainnya tadi juga akan bertambah berat ketika BB ini beroperasi, dilihat dari besarnya ongkos transportasi yang membengkak dengan dampak macet yang ditimbulkan tadi.

“Dampak lainnya juga dapat menimbulkan inflasi dikota jambi, karena biaya transport tinghi, tentu ongkos tinggi dan berdampak panjang, “ jelasnya.

“secara umumnnya dengan adanya penutupan ini, segi positifnya dapat menstabilkan harga harga bahan pkok tadi. Terutama bagi masyarakat Kota Jambi, dalam artian baik bagi ekonomi pasar namun tidak demikian bagi para sopir, “ sambungnya.

Jika dilhat secara makro lagi, sebelum bomingnya angkutan batubara di jambi, perkembangan ekonomi stabil, aman dan lancar termasuk transportasi barang dan jasa dari ataupun keluar jambi lancar. Dan itu sekarang mulai kembali terjadi setelah penutupan angkutan tersebut.

Secara prinsipnya adalah, ketika satu sisi hilang maka para pelaku pasar akan mencari alternatif lain atau subtitusi lain. Dan mau tidak mau untuk subtitusi tadi penerintah harus bisa menyediakannya.

Seperti kemarin Pemerintah mewacanakan untuk memberikan BLT kepada para sopir terdampak, itu menjadi salah satu solusi lain. Namun apakah itu sudah berjalan atau belum tidak termonitor.

“Nah kalo belum terlaksana, saya hanya bisa bilang kalo lapar itu tidak bisa ditunda, “ tuturnya.

Namun jika dilihat untuk dampak Ekonomi bagi Kota Jambi sendiri secara Global tidak terlalu berdampak meskipun tetap ada. Misal berkurangnya daya tukar atau daya beli masyarakat dari wilayah pendukung tadi untuk berbelanja di Kota Jambi.

“Dengan berkurangnya pendapatan secara mendadak masyarakat dari wilayah pendukung tadi, seperti batanghari, sarolangun, merangin tebo dan sekitarnya. Tentu akan berdampak dengan daya beli mereka di Kota Jambi, “ jelasnya.

Dengan kondisi seperti ini, solusi jangka pendek yang mungkin bisa dilakukan oleh pemerintah dengan menyiapkan solusi pekerjaan lain. Atau misal mereka diberikan bibit bercocok tanam untuk bertahan selama beberapa bulan, atau diberikan peluang pekerjaan yang langsung mendapatkan gaji.

Selain itu, secara tidak langsung dengan menurunya produksi batubara dengan hanya mengandalkan dari transportasi sungai tentu juga sedikit banyak dapat berimbas pada pembeli dan penyuplai batubara. Atau dalam artian dapat berdampak nilai wanprestasi bagi mereka.

“Yang paling dikhawatirkan dengan itu tadi ancaman PHK bisa saja terjadi, produksi berkurang sementara karyawan terlalu banyak. Bisa saja solusi PHK diambil perusahaan, “ tuturnya.

Terlepas dari itu semua, tentu ada solusi yang harus dicari dari setiap permasalahan. Nah terkait persoalan angkutan batubara ini terutama untuk jalur darat memang hanya ada satu solusi yang harus dilakukan yakni melanjutkan pembangunan jalur khusus batubara.

“Susi dari pemerintah untuk mendesak para pengusaha batubara, untuk menyisihkan pendapatan mereka untuk membangun atau menyelesaikan jalur Batubara. Itu solusi terakhir (final) yang harus dilakukan, “ tandasnya.

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Pergi Liburan Alasan Izin Sakit, Wanita Ini Kaget Ketemu Bos Kantor di Pesawat

Baca juga: Densus 88 Amankan 5 Terduga Teroris di Sukoharjo

Baca juga: Pasca Debat, Anies Baswedan dan Mahfud MD Dilaporkan ke Bawaslu Karena Hina Prabowo dan Gibran

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved