Seorang Santri di Blitar Tewas Usai Dikeroyok Temannya, Pemicunya karena Dituduh Mencuri

Seorang santri Ponpes di Sutojayan, MAR (13) di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, meninggal dunia setelah dikeroyok teman sesama santri.

Editor: Herupitra
Aro/Grid Oto
Ilustrasi Pengeroyokan 

TRIBUNJAMBI.COM – Seorang santri Ponpes di Sutojayan, MAR (13) di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, meninggal dunia setelah dikeroyok teman sesama santri.

Peristiwa pengeroyokan tersebut terjadi di salah satu ruang tertutup dalam pondok pada Selasa (2/1/2024) malam.

Korban yang mengalami luka berat sempat menjalani perawatan di ruang ICU RSUD Ngudi Waluyo Wlingi beberapa hari.

Namun, pada Minggu (7/1/2024), korban dinyatakan meninggal dunia.

Salah satu pemimpin Ponpes Tahsinul Akhlak, Wafa Bahrul Amin mengatakan peristiwa pengeroyokan itu terjadi malam hari ketika semua pengurus pondok sedang istirahat.

"Di situ ada skenario yang tidak kami tahu. Setelah korban seperti itu, baru ada konfirmasi dari pengurus dan seketika (korban) langsung dilarikan ke Rumah Sakit untuk ditangani lebih lanjut," kata Wafa.

"Selanjutnya, pihak pengurus memberi tahu keluarga korban dan akhirnya korban dirujuk ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi," lanjut Wafa.

Baca juga: Uang Kurang, Pistol Digunakan sebagai Transaksi Narkotika di Bangka Barat

Baca juga: 4 Fakta Menarik di Balik Video Viral Pria Nikahi Dua Temannya Sekolah Sekaligus, Akad Nikah Gantian

Dalam peristiwa itu, Satreskrim Polres Blitar menetapkan 17 orang tersangka. Para tersangka masih berusia antara 14 tahun sampai 15 tahun.

Dari hasil pemeriksaan sementara yang dilakukan polisi menyebutkan pemicu pengeroyokan diduga korban mencuri uang milik temannya.

Menurut Wafa, korban merupakan santri yang baik dan baru setahun masuk di Ponpes.

Namun, karena manusiawi, korban mungkin ada masalah dan melakukan pelanggaran terhadap aturan pondok.

Pengurus menindaklanjuti masalah itu untuk memperjelas kasusnya.

Dari hasil tindak lanjut pengurus itu, permasalahan mengerucut pada korban dan dilakukan persidangan oleh pengurus di ruang tertutup dalam pondok.

"Ternyata ada pengakuan dari korban, kalau melakukan kesalahan di pondok," ujar Wafa.

Para pelaku yang tidak tahu kalau sudah ada persidangan oleh pengurus, ternyata melakukan pengeroyokan terhadap korban.

"Karena, mereka (pelaku) masih anak-anak melakukan tindakan seperti itu (pengeroyokan) terhadap korban. Sebenarnya motif mereka (pelaku) untuk memberikan efek jera (kepada korban), saya sudah bertanya kepada sebagian pelaku. Namun karena memang masih anak-anak, (tindakan itu) jadi kebablasan," katanya.

Menurutnya, mengetahui korban tidak sadarkan diri, para pelaku menyesal. Kemudian para pelaku memberitahu ke pengurus dan korban langsung dibawa ke Rumah Sakit.

Saat ini, kata Wafa, pengurus pondok sedang fokus terhadap perkara tersebut. Pengurus pondok menyerahkan sepenuhnya perkara itu kepada polisi.

Pengurus pondok juga ikut berbelasungkawa kepada keluarga korban.

"Karena semua (pelaku dan korban) santri kami, kami terus menjalin kebersamaan dengan keluarga korban dan keluarga pelaku untuk melakukan mediasi. Perkara ini menjadi bahan evaluasi kami untuk berbenah dan melakukan perbaikan sistem keamanan di pondok. Pondok kami punya sekitar 120 santri," katanya.

Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Blitar, Baharuddin mengatakan, dengan peristiwa itu, Kemenag berusaha meningkatkan pembinaan terhadap pesantren sebagai penyangga karakter para santri sebagaimana harapan orang tua.

Menurutnya, Kemenag telah menerbitkan keputusan Dirjen Pendidikan Islam tentang Panduan Pesantren Ramah Anak.

"Harapannya pendidikan pesantren betul-betul bisa menerapkan penyelenggaraan pendidikan yang membangun karakter anak sesuai harapan orang tua," katanya.

Selain itu, kata Baharuddin, Kemenag juga melakukan koordinasi dengan stakeholder terutama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak untuk melakukan pendampingan di Ponpes yang mengalami musibah tersebut.

"Terutama untuk mengembalikan trauma para santri di pesantren. Karena kasus ini menimbulkan korban jiwa, tentunya para santri akan mengalami traumatis. Kami berusaha mengembalikan kondisi psikis para santri normal seperti semula," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul PENUTURAN Pengurus Ponpes di Blitar Terkait Kasus Santri Tewas Dikeroyok Teman di Pondok: Kebablasan

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Prediksi Skor AC Milan vs Atalanta di Semifinal Coppa Italia Malam Ini - 03.00 WIB

Baca juga: Viral Pedagang Semangka Tewas Disiram Air Keras dan Dibacok, Motif Diduga Soal Asmara

Baca juga: Bawaslu Temukan Suara Rusak di 127 Kab/Kota dan 29 PPLN Tak Tepat: Ada Salah Tujuan Distribusi

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved