Wawancara Tokoh
Kisah Syarif Fasha Wali Kota Jambi Dua Periode dari SD Berprestasi Hingga Raih Gelar Doktor di IPDN
Tidak lagi menjadi Wali Kota Jambi,Syarif Fasha kini mulai fokus pada urusan politik
Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Rahimin
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Siapa yang tidak kenal H Syarif Fasha. Ya, ia adalah Wali Kota Jambi dua periode.
Menjabat sebagai Wali Kota Jambi dari 2013-2023 menggantikan dr Bambang Priyanto.
Tidak lagi menjadi Wali Kota Jambi terhitung mulai 4 November 2023 lalu, Syarif Fasha kini mulai fokus pada urusan politik, apalagi ia menjabat sebagai Ketua DPW Partai NasDem Provinsi Jambi.
Sabtu (11/11/2023) siang, Syarif Fasha berkunjung ke redaksi Tribun Jambi.
Dalam kunjungan kali ini, Syarif Fasha hadir untuk mengisi program Mojok Tribun Jambi.
Progam ini dipandu langsung Pemimpin Redaksi Tribun Jambi Yoso Muliawan dan host program Mojok Tribun Jambi Fadli.
Di program inilah, Syarif Fasha blak-blakan menceritakan kisah masa kecilnya hingga ia menjadi Wali Kota Jambi dua periode.

Berikut petikan wawancaranya:
Kita sudah mengenal sosok Syarif Fasha Sebagai Wali Kota Kota Jambi. Namun, tidak banyak yang tau bagaimana masa kecil Bang Fasha. Mungkin bisa berbagai di sini.
Saya dahulu sekolah mulai dari SD dan tidak sempat mengeyam pendidikan di TK karena orang tua tidak mampu.
Biasanyakan anak-anak di TK sudah bisa membaca, saya dulu bisa dikatakan cukup ketinggalan di kelas 1 karena belum bisa membaca.
Namun, kelas 2 saya mulai mengejar prestasi dan tidak pernah keluar dari 3 besar sampai kelas 6 SD. Alhamdullilah saya bisa masuk ke SMP terbaik di Kota Palembang, yaitu SMP N 16.
Nah, waktu kuliah saya mengambil jurusan teknik di Universitas Sriwijaya. Selesai sekolah saya bekerja di kantor konsultan di Palembang.
Pada 1991 saya di tugaskan di Kerinci, setahun kemudian saya ditugaskan ke Kabupaten Tanjung Jabung. Dulu belum ada Tanjung Jabung Barat dan Timur baru ada Tanjung Jabung sampai 1998.
Apa yang paling dikenang waktu masih sekolah dahulu?
Ya, seperti anak remaja kebanyakan, kenakalan remaja juga menghiasi masa muda saya, bahkan saya pernah sampai di keluarkan dari sekolah.
Waktu itu saya pernah mengunci guru di dalam Toilet.
Bagaimana didikan orang tua kepada bang Fasha?
Orang tua laki-laki saya jarang di rumah karena dia seorang satpam dan banyak lembut karena harus menghidupkan delapan anaknya.

Kami lebih banyak di didik oleh ibu saya, khususnya pendidikan agama. Ibu saya itu selian ibu rumah tangga juga sebagai juru masak, kalau dulu itu namanya panggung, juru masak yang dipanggil waktu ada acara atau hajatan. Selain itu dia juga ketua pengajian.
Justru yang membentuk karakter dan mental saya itu kakak saya. Sehingga bisa survive.
Kebetulan tempat tinggal saya dahulu daerah texas, lingkungannya keras dan terkenal banyak menghasilkan orang yang masuk ke dunia hitam, jadi saya pun dibesarkan di lingkungan dunia hitam.
Bahkan di lingkungan saya dahulu hanya beberapa yang bersekolah.
Apa kesan waktu pertama ke Jambi?
Saya dahulu komplain waktu pertama di tugaskan ke Jambi, tapi pimpinan saya berhasil meyakinkan saya.
Dari Palembang ke Kerinci jaraknya lebih dari 20 jam. Kurang lebih lima kali berhenti di jalan. Di jalan saya sempat beberpa kali bertemu SAD.
Waktu melihat Kerinci saya merasa terkejut karena masih banyak hutan sedangkan di Palembang saat itu banyak bangunan.
Tapi saya betah di sana karena alamnya, kemudian masyarakatnya.
Februari 1992, saya pindah tugas ke Tanjung Jabung, waktu itu di Sengeti lagi banjir besar, air naik sampai se dengkul dan mobil saya kendarai mogok.
Jadi mobil saya tinggalkan di Sengeti hampir seminggu. Waktu itu masih proses pembuatan jembatan dan saya ditugaskan untuk mengawasi pengerjaan jembatan tersebut.
Katanya pernah berkuliah di Jambi juga?
Jadi, di tahun 1999, waktu saya sudah berdomisili di Jambi dan saya sudah menjadi kontraktor. untuk meningkatkan kompetensi, saya ingin belajar manajemen, jadi saya kuliah S1 manajemen.
Tujuannya untuk mengembangkan usaha saya. di tahun 1999 itu justru saya terkena dampak dari dari krisis saat reformasi.
Saya saat itu sempat terjatuh dan menjadi miskin.
Namun saya bisa bangkit lagi. Setelah selesai kuliah 2004 - 2005 saya sudah bangkit lagi dan sudah bekerjasama dengan perbankan
Tidak sampai di situ untuk mengembangkan kompetensi saya kembali melanjutkan pendidikan dan mengambil S2 Ekonomi pembagunan.
Saya kuliah 4 kali di ilmu yang berbeda termasuk IPDN.
Nah, gimana cerita di IPDN ?
Pertama kali saya berkuliah itu tahun 2014. Saat itu ada Ridwan Kamil dan gubernur Jambi Al - Haris. Waktu itu kami kuliah Sabtu dan Minggu sekitar 4 tahun.
(Syarif Fasha meraih gelar doktor Ilmu Pemerintahan dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) pada September 2017 lalu.
Dalam sidang promosi tersebut, Syarif Fasha mendapat Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,8.
Syarif Fasha meraih gelar doktor dengan mempertahakan disertasi berjudul Pengaruh Kepemimpinan Pemerintahan, Budaya Organisasi dan Birokrasi Pemerintahan terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Pengelola Daerah Pendapatan Asli Daerah di Kota Jambi).
Nah, sekarang kita masuk ke karir ni, cerita dong perjalanan karirnya?
Nah, di tahun 2010 saya bisa dikatakan pengusaha untuk ukuran Jambi sudah cukup besar. Jadi saya sudah mapan di ekonomi, kemudian saya mencoba terjun ke terjun ke dunia politik.
Saya sempat berdiskusi dengan istri mengenai partai mana tempat saya berlabuh. Istrilah yang memberikan gambaran partai mana yang cocok dengan saya.
Awalnya saya belum menjadi pengurus partai, tapi menjadi ketua organisasi sayap. Organisasi yang saya pimpin banyak melakukan kegiatan sosial.
2012 saya diberitahu teman mengenai hasil survei untuk wali kota. Ternyata saya masuk tiga besar.
Saya pun heran, kok bisa seperti itu, waktu itu saya belum tertarik untuk menjadi wali kota, namun saya masih tetap melakukan kegiatan sosial
Setelah tiga bulan ada teman yang mengusulkan untuk melakukan survei. Jadi, kita bayar lembaga survei untuk melakukan survei, ternyata hasilnya saya nomor dua tetapi bertautan sedikit dengan no satu hanya 1 persen.
Nah, saya memutuskan maju satu tahun sebelum pemilihan karena survei saya tinggi dan teman-teman saya juga mendukung.
Menjelang itu, saya terus melakukan kegiatan sosial khususnya perbaikan infrastruktur, di satu sisi alat saya banyak dan saya bisa mengoperasikan semua alat tersebut
Dan saya waktu itu mengincar jalan yang tidak tersentuh PU. Setelah survei lagi ternyata saya no 1. Tapi saya belum dapat wakil saat itu. Saya dapat wakil itu sekitar 3 bulan sebelum pemilu.
Calon wakil saya saat itu sempat menolak karena tidak PD, tapi saya yakinkan sehingga kami jalan. Lawan saya cukup berat saat itu,
Apa Tanggapan Istri waktu memutuskan maju menjadi Wali Kota Jambi?
Istri saya tidak setuju tapi saya tetap jalan. Di satu sisi saya tidak pernah membawa istri saya kampanye, karena saya tidak ingin masyarakat melihat figur istri, saya ingin masyarakat melihat figur saya.
Saat penghitungan pemilihan,sampai sore hari perolehan suara saya belum menjadi yang utama. Nah, waktu malam hari barulah perolehan suara saya banyak dan menjadi yang pertama.
Ketika terpilih menjadi Wali Kota Jambi apa yang terbayangkan?
Saya tidak terbayang akan menang, karena menang itu urusan tuhan.
Saya waktu itu hanya berpikir calon wali kota. Karena menjadi calon wali kota adalah warga terbaik yang ada di Jambi.
Jadi, ketika saya diumumkan menang saya bingung. Selama tiga bulan saya sempat bengong, baca buku dan meminta masukan kepada teman termasuk Arifin Manaf (mantan Wali Kota Jambi dua periode).
Setelah saya dilantik saya berfikir secara entrepreneur. saya ingin Jambi bisa bangkit dan berlari.
Kalau saya ganti pejabat yang tidak mendukung saya, makan mereka membutuhkan waktu satu tahun untuk belajar lagi.
Kalau kita pakai pejabat lama secara psikologis mereka akan mendukung saya 200 persen dan itu yang terjadi.
Sehingga satu tahun pertama yang dilakukan adalah akselerasi, Di satu sisi dengan dana yang minim ini pembagunan bisa meningkat.
Pada saat apel pertama saya sampaikan jika ada datang tim sukses saya keluarga termasuk istri saya yang mengatur-ngatur anda abaikan kecuali yang keluar dari mulut saya.
Saya katakan kepada OPD, saya tidak akan menukar anda maka bekerjalah dengan tenang tapi ikuti ritme saya.
Yang pertama saya lakukan saya membedah APBD. Kemudian saya mulai melakukan efesiensi.
Contohnya, waktu itu kepala Dinas Kesehatan masih membagun puskesmas sehingga tidak fokus memberi pelayanan kesehatan begitu juga di dinas pendidikan. Untuk itu semua pembagunan dialihkan ke PU. Kemudian saya juga memangkas perjalan dinas.
Selanjutnya saya mengunakan jaringan saya di tingkat nasional untuk mencari bantuan pembiayaan. Di 2014 saya juga menggarap dana bantuan internasional.
Sehingga banyak yang kami dapatkan. Sampai saat ini dana internasional yang membantu Jambi telah lebih dari Rp 1 Triliun.
Baca berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Syarif Fasha Kunjungi Tribun Jambi, Cerita Pertama Kali Jadi Wali Kota Jambi
Baca juga: Daftar Kepala Daerah yang Nyaleg DPR RI, Di Jambi Ada Syarief Fasha, Mashuri, Adirozal, Ami Taher
Baca juga: PKB Usulkan Syarif Fasha Pimpin Koalisi Pemenangan Pasangan AMIN di Jambi
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.