Ekologi

Cerita Susi: Gurita di Sempadan Pantai Natuna Lenyap sejak Kapal Pencuri Ikan Tidak Ditenggelamkan

Aksi penenggelaman kapal penangkap ikan yang beroperasi secara ilegal tidak terdengar lagi, sejak Susi Pudjiastuti tak lagi menjabat Menteri Kelautan

Editor: Suang Sitanggang
Ist
Susi Pudjiastuti 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Aksi penenggelaman kapal penangkap ikan yang beroperasi secara ilegal tidak terdengar lagi, sejak Susi Pudjiastuti tak lagi menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

Saat menjadi pembicara kunci di acara Green Press Community yang digelar SIEJ di Jakarta, Susi Pudjiastuti menceritakan dampak kebijakannya yang dulu gigih memerangi masuknya kapal ikan ilegal ke perairan Indonesia.

Dia mencontohkan, di Pulau Natuna, masyarakat di sana memiliki hasil tangkapan yang banyak sejak kapal asing takut masuk ke Indonesia.

Bahkan banyak ibu-ibu yang menjadi nelayan di sempadan pantai, yang mencari kerang, kepiting, dan gurita.

"Kalau dulu (masa Susi Menteri KKP) di Natuna, ibu-ibu dan anak-anak remaja bisa nangkap gurita bisa di pinggir laut. Tapi sekarang guritanya hilang lagi, sejak kapal-kapal pencuri ikan tidak ditenggelamkan," ungkap Susi Pudjiastuti, Kamis (9/11/2023).

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, saat berbicara di acara Green Press Community (GPC) yang digelar Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ), di Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, saat berbicara di acara Green Press Community (GPC) yang digelar Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ), di Jakarta, Kamis (9/11/2023). (TRIBUNJAMBI/SUANG)

Menurutnya saat ini kapal pencuri ikan sudah masuk merajalela lagi ke perairan Indonesia.

Dia menyebut, gurita memijah di tengah laut. Setelah itu akan seperti bola, yang berenang terus ke tepi, dan di tepi di karang-karang, gurita akan membesar.

"Nah ibu-ibu di Natuna dan anak-anak di sana biasanya nangkap itu. Tahun 2015-2019, rata-rata 1 hari di Pulau Natuna saja, bisa menghasilkan Rp 1 miliar-Rp 4 miliar dari hasil gurita," jelasnya.

Kondisinya saat ini telah berubah. "Sekarang hilang, karena gurita-gurita yang baru memijah itu dikeruk oleh kapal-kapal trawl Vietnam dan China. Akhirnya Natuna tak ada lagi gurita," tuturnya.

Menurutnya, pemerintah bisa masyarakat melalui kebijakan, dengan menghalau masuknya kapal pencuri ikan, agar masyarakat memiliki pendapatan yang layak dan ekosistem laut tidak rusak.

Hasil tangkapan nelayan yang di sempadan laut, menurutnya akan semakin menurun akibat krisis iklim yang terjadi saat ini.

Nelayan semakin sulit melaut akibat pendangkalan di sungai.

"Kalau dangkal, maka saat air surut nelayan tidak bisa melaut. Mereka menunggu air pasang. Lalu air pasang yang betul-betul pasang bisa keluar masuk kadang-kadang 1 bulan cuma 1 minggu, itu saat full moon. Tapi pada saat itu, ikan-ikan nggak ada, sulit dapatnya," terangnya.

Susi menyarankan agar semua pihak terkait menyamakan visinya dalam upaya penyelamatan lingkungan dan manusia.

Negara harus memperhatikan keberadaan industri, tidak hanya memikirkan income yang diperoleh, harus dipikirkan kerusakan yang ditimbulkan industri. (Tribunjambi/Suang Sitanggang)

Baca juga: Susi Pudjiastuti Kecewa dan Malu Melihat Terumbu Karang Jadi Komoditi Ekspor

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved