WAWANCARA EKSKLUSIF

Sekjen Partai Gelora: Gibran Ini Tidak Muncul di Awal, Dia Muncul di Akhir Sekali

Dalam pertemuan pembicaraan kami dengan Pak Jokowi setelah lebaran 2023 kalau tidak salah sekitar bulan Mei....

|
Editor: Duanto AS
TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
Sekjen Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Mahfudz Siddiq, saat di Studio Tribunnews, Jakarta, Selasa (31/10). 

Bukankah itu hanya untuk gimmick-gimmick?

Kalau orang tidak ada ide yang melatarbelakangi langkah itu saya enggak yakin orang akan melakukan atau mengambil keputusan itu.

Tapi karena beliau ini di backmind-nya memang ada ide tentang rekonsiliasi ada ide tentang menjaga pemilu ini harus menjadi jembatan yang baik bagi kita dan selalu mengingatkan kan di depan ini dunia sedang tidak baik-baik saja ya kan.

Masa kita mau ribut dengan situasi dunia sedang tidak baik-baik saja atas dasar pikiran pikiran itu belum mengundang tiga capres itu makan siang. Bagi saya tidak jadi memang ada pesan yang disampaikan kepada pablik.

Dalam politik kita ini adagiumnya take and give. Apakah di dalam berkoalisi dengan Pak Prabowo sudah ada obrolannya, Gelora akan dapat apa?

Kalau bagi-bagi tugas sudah apa porsi pekerjaan Gelora walaupun nanti di tim pemenangan yang dipimpin Pak Rosan itu nanti akan didetailkan.

Tapi kalau bicara apa power sharingnya, ya menang dulu. Dari pada sudah ribut power sharing tetapi nggak menang malah bikin sakit hati. Saya kira kita fokus pembagian kerja.

Sebenarnya Partai Gelora itu menginginkan portofolio apa?

Partai Gelora ini partai baru dan di KPU sebagai pengusung pun juga tidak termaktub.

Kita ini cuma partai pendukung jadi hajat politik terbesar dan utama Partai Gelora itu lolos parlementary threshold. Itu dulu poinnya.

Buat apa Pak Prabowo menang, kita punya menteri, tetapi tidak punya anggota dewan di DPR.

Untuk apa capres kita sukses tapi partai sendiri nggak sukses.

Kalau Partai Gelora lolos parlementary threshold bisa menjadi pembagian di legislatif itu kan bobot politik jadi lebih kuat. Pak Prabowo kan juga kalau mau kasih power sharing di eksekutif akan berpikir kursi DPR yang dimiliki.

Sebagai politikus senior, menurut Bapak, ujung dari semua ini apa nantinya?

Dalam enam kali pertemuan kami dengan Pak Jokowi, selalu tertutup, karena bukan untuk konsumsi media, personal tidak terbuka.

Satu hal yang saya tangkap dan menjadi benang merah dari semua pembicaraan itu, saya melihat Presiden Jokowi punya perhatian dan kepentingan sama besar tentang bagaimana membawa Indonesia ini menjadi satu kekuatan baru di dunia.

Dan posisi kita di G20 ini kita betul-betul secara kuat diartikulasikan oleh Pak Jokowi. Nah, untuk memastikan ini satu yang beliau selalu ulang-ulang dalam pesan politiknya ini kita jaga persatuan nasional mari kita jaga situasi politik.

Dari situ saya membaca bahwa pascapemilu, jika Allah izinkan Pak Prabowo menang, saya yakin pesan pertama yang disampaikan Pak Jokowi ke Pak Prabowo, lanjutkan rekonsiliasi.

Baca juga: Sekjen Partai Gelora, Mahfuz Sidik, Paparkan Bagaimana Nama Gibran Muncul di Kubu Prabowo

Baca juga: Terdengar Empat Kali Ledakan, Rumah Warga di Mayang Mangurai, Kota Jambi Terbakar

Jadi saya yakin ada yang curhat sakit hati pada saatnya nanti akan dirangkul kembali dalam meja makan besar atas nama kepentingan nasional. (tribun network/reynas abdila)

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved