60 Siswa Harus Gantian Kelas, Kondisi SDN 167 Kelas Jauh Sungai Manggatal Tebo Memprihatinkan

"Jadi ini murni tanpa campur tangan dari pihak mana pun," ungkapnya saat ditemui Tribun, Sabtu (14/10).

Luas tanah yang dihibahkan Runaidi, yaitu 50 meter x 100 meter.

Dia mengungkapkan siap menambah luasan tanah hibah apabila sekolah itu dapat statusnya ditingkatkan menjadi sekolah negeri.

"Saya siap menambah kalau memang bisa dinegerikan, bisa 70x100, atau 100x100. Karena saya yakin, dengan dituntaskannya buta huruf di negeri ini, saya yakin bisa maju," katanya.

Dia memiliki harapan yang tinggi agar anak-anak yang tinggal di desa itu mendapatkan pendidikan yang layak. Itulah alasan Runaidi rela menghibahkan tanahnya.

Terhitung kemarin, sekolah tersebut telah meluluskan dua angkatan yang sebelumnya mengenyam pendidikan di tempat yang jauh dari RT 19.

Runaidi mengungkapkan, dirinya bersama pihak sekolah telah berkali-kali mengajukan proposal bantuan pendidikan ke perusahaan sekitar.

Namun, proporsal itu tak kunjung mendapatkan respons.

"Sudah banyak, ke PT NAR, PT LAJ dan lain-lain, tapi hasilnya nol," ujarnya.

Di sisi lain, Runaidi merasa prihatin dengan nasib guru yang mengajar di sekolah tersebut karena jauh dari kesejahteraan.

Guru hanya memiliki gaji Rp666 ribu per bulan, dengan pengeluaran wajib Rp15 ribu per hari untuk BBM (bahan bakar minyak) kendaraan.

Mereka mendapat gaji dari iuran Rp50 ribu dari total 60 siswa, yang dilakukan atas kesepakatan bersama.

Sementara sisa uang tersebut digunakan untuk operasional sekolah.

Secara perekonomian, Runaidi mengungkapkan orang tua siswa di sana berada pada ekonomi kelas bawah.

Dia berharap pemerintah dan pihak-pihak yang peduli pendidikan turut memperhatikan SD 167 Manggatal.