Budiman Temui Prabowo Subianto

Aktivis 98 Trauma Masa di Bawah Kekuasaan Militer: Ditangkap Bagian dari Hidup, Tanpa Pengadilan

Savic Ali, Aktivis 98 mengungkapkan bahwa masih memiliki trauma dibawah kekuasaan militer dan otoritarian.

|
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Capture YT Kompas TV /Kolase Tribun Jambi
Savic Ali, Aktivis 98 mengungkapkan bahwa masih memiliki trauma dibawah kekuasaan militer dan otoritarian. 

TRIBUNJAMBI.COM - Savic Ali, Aktivis 98 mengungkapkan bahwa masih memiliki trauma di bawah kekuasaan militer dan otoritarian.

Hal itu disampaikan dalam bincang bersama jurnalis senior Kompas Tv dengan tema "Aktivis 98 Dukung Prabowo, Amnesia atau Demi Kuasa?"

Ia menyebutkanm memang generasi saat ini tidak merasakan bagaimana masa kelam dalam memperjuangkan reformasi.

Mereka yang merasakan, seperti Savic Ali sebagai Aktivis 98 mengaku masih memiliki trauma atas aksi tersebut.

Sebab pada saat itu mereka dihadapkan dengan kekuasaan dibawah militer dan otoriter.

"Kalau kita kan memang mengalami masa-masa dibawa kekuasaan militer yang totalitarian gitu, ya jadi kita ada mungkin trauma-traumanya dikit," ungkap Savic Ali dilansir dari tayangan Youtube Kompas Tv.

Meski demikian dia menyebutkan bahwa sikap trauma tersebut tidak bagus.

Baca juga: Aktivis 98 Sarankan Prabowo Subianto Tak Lagi Nyapres, Nikmati Hidup Saja Pensiun dari Menteri

Baca juga: Prabowo Subianto: Bila Negara Perlu Siap Jadi Prajurit di Garis Paling Depan, Siap Mati Demi Negara

Baca juga: Berita KKB Papua Hari Ini- Opsi Panglima TNI Soal Pembebasan Pilot Susi Air dari Egianus Kogoya

Namun yang terjadi pada 1998 tersebut kata Savic Ali, tidak bisa dilupakan begitu saja. Sebab sejarah kelam itu masih membekas.

"Tapi memang kadang-kadang sikap yang berbasis trauma itu kan enggak bagus juga, enggak benar kadang-kadang," katanya.

"Tapi itu kan enggak bisa dilupakan, namanya orang trauma kan ada, apalagi trauma kekerasan trauma rezim otoritarian gitu," ungkapnya.

Namun dia menyebutkan bahwa Prabowo Subianto merupakan bagian dari kekuasaan pada saat itu.

Namun yang terjadi kata Savic Ali bahwa saat itu mereka selalu berhadapan dengan anggota yang mengenakan senjata.

"Tapi lebih dari soal itu bukan soal bahwa Pak Prabowo Subainto bagian dari kekuasaan yang dulu tiran gitu yang juga sedikit-sedikit pakai senjata," ujarnya.

"Secara umum orde baru pendekatannya gitu pendekatannya selalu yang terdepan itu (menggunakan senjata)," tambahnya.

Dia menyebutkan bahwa saat ini jika ada yang ditangkap polisi pasti akan diketahui dibawa kemana.

Baca juga: Adian Napitupulu: Jokowi akan Berkampanye Pada Waktu yang Tepat untuk Ganjar Pranowo di Pilpres 2024

Namun berbanding terbalik saat Aktivis 98 menurunkan rezim Soeharto.

Massa saat itu tidak mengetahui kapan ditangkap dan parahnya lagi dihukum tanpa proses pengadilan.

"Kita tahu ada orang ditangkap polisi kan kita pasti prihatin semua dan mengecam semua. Dulu (ditangkap) itu sehari-hari, ibaratnya hampir tiap bulan ada yang begituan dan banyak yang tanpa pengadilan gitu," ungkapnya.

"Kalau sekarang orang ditangkap polisi kita masih bisa cek di kantor polisi yang mana ini. Dulu kita nggak tahu Orang tangkap polisi itu dibawa ke mana kita enggak tahu, baru setelah beberapa hari baru tahu," ungkapnya.

Bahkan dia menyebutkan bahwa penangkapan itu pada saat memperjuangkan reformasi sudah menjadi bagian hidup.

Sehingga hal itu masih membekas dan menjadi trauma bagi mereka yang mengalaminya.

"Dulu (ditangkap) itu bagian hidup dan kita mungkin punya trauma itu," tandasnya.

Savic Ali Pertanyakan Nalar Pergerakan Budjiman Sudjatmiko

Savic Ali, aktivis 98 pertanyakan nalar pergerakan Budiman Sudjatmiko yang memuji Prabowo Subianto.

Seperti diketahui bahwa Budiman menemui Ketua Umum Partai Gerindra itu
di kediamannya.

Dalam pertemuan tersebut mantan aktivis yang menurunkan Soeharto itu memuji Prabowo.

Sementara keduanya pernah berhadapan saat Prabowo Subianto aktif sebagai prajurit TNI dan Budiman Sudjatmiko dan lainnya sebagai mahasiswa yang menggelar aksi.

Awalnya Savic Ali menyebutkan bahwa dia tidak merasa sinis atas adanya pertemuan tersebut.

Sebab menurutnya bahwa dalam politik maka setiap orang dapat bertindak apa saja.

Dia juga menyebutkan bahwa Budiman Sudjatmiko meruapakan seroang yang follow interest.

"Merasa sinis nggak ya, dalam politik orang bisa bertindak apa saja. Ya mungkin demi masa depan politik atau apapun," kata Savic dilansir dari tayangan Youtube Kompas Tv Jateng, Minggu (0/7/2023).

Baca juga: Respon PDIP Soal Budiman Sujadmiko Disbut Lakukan Manuver Politik dengan Temui Prabowo Subianto

Dia juga mengatakan bahwa bertemy dengan siapapun biasa dalam politik.

Namun yang membuatnya heran terkait pujian yang dilontarkan Budiman Sudjatmiko yang notabene merupakan mantan aktivis 98.

"Ketemu saya kira kan di politik biasa ketemu siapapun dalam politik. Ya cuman agak mengherankan gitu," ujarnya.

"Bukan hanya ketemu ya, Budiman tidak hanya ketemu, kemudian memuji Prabowo Subianto, kader terbaik, lainnya bla bla," ujar Savic.

Sisi lain yang dinilai Savic bahwa Budiman Sudjatmiko menemui Prabowo Subianto ingin menyampaikan gagasan.

"Siapa tau ada satu gagasan yang disampaikan ke Prabowo sebagai kandidat Capres, siapa tahu memperngaruhi orang yang akan menjadi orang nomor 1 di negara ini," ujarnya.

Namun statement pujian Budiman Sudjatmiko ke Prabowo membuat Savic Ali tertawa.

Bahkan dia mempertanyakan apa yang Budiman Sudjatmiko dalam pertemuan tersebut.

"Tapi ya yang saya agak tertawa gitu, hal yang membuatnya tertawa yakni terkait statement Budiman Sudjatmiko yang menyandung Prabowo Subianto," ungkapnya.

Baca juga: Presiden PKS Ahmad Syaikhu Berkunjung Ke Jambi Selama Dua Hari, Ini Agendanya.

"Apa sih (statement) Budiman ini?" tanya Savic.

Dia mempertanyakan itu karena menurutnya bahwa nalar pergerakan yang dijalankan saat 98 tidak ketemu.

"Saya nggak menyesal juga nggak sih, nalar pergerakannya itu kayaknya nggak ketemu,"  tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, Budiman Sudjatmiko mengaku memiliki kecocokan dengan Prabowo Subianto.

Ia menganggap Prabowo sebagai sosok pemimpin yang bisa membawa Indonesia lepas dari krisis global.

“Saya mengapresiasi dan merasa bahwa Pak Prabowo itu mewakili satu cara pandang kepemimpinan politik yang cocok dengan saya,” kata Budiman di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa malam.

“Dalam pengertian, suatu bangsa ingin bangkit di tengah turbulensi karena krisis global,” ujarnya lagi.

Budiman mengungkapkan, situasi Indonesia saat ini membutuhkan kerja sama antara figur yang berlatar belakang militer dan intelijen dengan figur yang pernah menjadi aktivis.

“Kedua orang itu biasanya mampu berbicara hal-hal strategis secara komprehensif,” katanya.

Namun demikian, Budiman mengaku datang bukan sebagai kader PDI-P. Tetapi, kedatangannya atas nama pribadi.

“Sebelum saya masuk ke PDI Perjuangan, saya kan punya story dan punya history juga, sebelum Pak Prabowo jadi Ketum Gerindra dan sebelum bacapres (bakal calon presiden) kita sudah punya story-story lama. Kami membicarakan itu,” kata Budiman.

Budiman pun sempat menyamakan Prabowo dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Presiden Joko Widodo, serta Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.

Menurutnya, semua tokoh tersebut memiliki pemikiran menarik untuk digali. "Ini sosok nasionalis yang menurut saya pikiran-pikirannya menarik untuk kita diskusikan, untuk kita gali," ucap dia.

 Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Lesti Kejora Kesal Diledek Soal KDRT, Cap Selebgram Palembang Novi Atazen Tak Beradab

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 5 SD Halaman 22, Menulis Informasi Tentang Sahabat

Baca juga: Sinopsis King The Land Episode 13, Kamu Ga Marah?

Baca juga: Tidak Sebatas Sarasehan, Disbudpar Jambi Bakal Buat Event untuk Pelaku Ekonomi Kreatif

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved