Berita Jambi
Perjalanan Hidup Prof Risnita Balon Rektor UIN STS Jambi Berpegang Teguh Terhadap Ilmu dan Agama
Prof Dr Risnita, M.Pd yang maju menjadi bakal calon Rektor UIN Sultan Taha Saifuddin (STS) Jambi menceritakan perjalanan masa kecilnya hingga memiliki
Penulis: Rara Khushshoh Azzahro | Editor: Suci Rahayu PK
TRIBUNJAMBI.COM,JAMBI - Prof Dr Risnita, M.Pd yang maju menjadi bakal calon Rektor UIN Sultan Taha Saifuddin (STS) Jambi menceritakan perjalanan masa kecilnya hingga memiliki pandangan kepemimpinan dan makna terpenting dalam hirup.
"Semenjak kita mengenal zaman Rasulullah, bukan di zaman jahiliyah ya. Bahwa perempuan itu tidak hanya mendampingi suami. Tetapi kodratnya sebagai seorang istri yaitu melahirkan. Pada sisi yang lain dengan berkembangnya pengetahuan saya melihat tidak ada salahnya ya perempuan bisa sejajar dengan laki-laki dari sisi pengetahuan," tutur Prof Risnita soal sosok perempuan.
Kemudian sisi lainnya perempuan tidak bisa melewati kodratnya sebagai seorang perempuan.
Menurut dirinya, ketika perempuan menyentuh bidang-bidang pekerjaan akan menjadi berbeda, apapun bidangnya.
Hal tersebut dikarenakan sesuatu yang dinamakan 'naluri perempuan' ditambah sebuah sentuhannya alam membuat hasilnya jauh di luar perkiraan.
Dirinya mengibaratkan ada beberapa hal yang tidak terpikirkan oleh laki-laki, justru jauh lebih dahulu dipikirkan oleh perempuan.
Sehingga bagi dia, ketika perempuan memiliki pandangan untuk berkarir seperti laki-laki tidak ada yang perlu disalahkan.
Dia menggarisbawahi bahwa seorang perempuan harus memiliki pengecualian tidak boleh menyalahi kodratnya walaupun menjadi seorang pemimpin.
Baca juga: Mbah Taryo, Mantri Perkebunan yang Hobi Batu Kini Jadi Miliarder dari Pembangunan Tol Jambi-Betung
Baca juga: Semi Final Sepakbola Porprov Jambi, Tanjabbar vs Kerinci
Prof Risnita mengisahkan, sejak duduk di bangku sekolah dasar ia sudah sering mendapatkan peringkat pertama dan secara umum masuk dalam sepuluh besar hingga lulus SMA.
Jiwa kompetitif itu telah muncul sejak kecil dan mengalir begitu saja dalam darahnya.
Karena dibentuk dalam keluarga yang menomorsatukan pendidikan, maka tanamlah rasa bahwa pendidikan harus didapatkan karena penting.
"Kalau dari sisi ekonomi saya bukan dari keluarga yang orang tuanya menengah ke atas," ucapnya.
Tempat orang tuanya menjadi sorotan bagi dia bahwa mereka sukses secara ekonomi namun itu tidak berlangsung lama ketika dia bersaudara mengenyam bangku sekolah.
"Orang tua saya bukan PNS, kalau dikatakan dia petani ya petani, pedagang ya juga," ucapnya.
Ketika menjadi mahasiswa Strata 1, tepatnya semester 3 tahun 1987 dirinya mulai mengajar untuk menambah pendapatan.
SMP Pertiwi Broni Kota Jambi merupakan tempat pertama kali ia mengajar.
Pemikirannya saat itu, teman-temannya mungkin sudah enak kuliah tanpa memikirkan kondisi ekonomi.
Sedangkan dirinya harus mengajar untuk memenuhi kebutuhan.
Baca juga: AHY Tak Ingin Berandai-andai Jadi Cawapres Anies Baswean, Tetap Optimis: Insya Allah
Walaupun dari orang tua tetap memberikanb, seorang Risnita muda lebih senang mencari penghasilan sendiri.
"Uang honor tersebut yang saya terima paling Rp75 ribu tahun 87. Tapi bahagianya bisa traktir orang makan sate," ungkapnya.
Perjalanan hidupnya tidak menjadi orang yang berharap kepada orang lain ia terapkan juga ketika mengejar mahasiswa di kampus UIN STS Jambi.
Bagi dia dalam hidup manusia tidak boleh bersifat selalu menerima saja.
Misalnya mahasiswa tidak boleh selalu menerima materi dari dosen secara utuh sebagai pemikiran mereka.
Mahasiswa harus sesekali mengkritik apa yang disampaikan oleh dosennya.
Proses mengkritik itulah yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki semangat atau motivasi hidup dan ingin tahu.
Dari rasa ingin tahu itulah membuat sebagian orang yang ingin berkarya dalam karirnya bisa sukses.
Perjalanan hidup Prof Risnita ternyata membuahkan hasil, ketika berkeluarga, dan memiliki anak seolah mendapat karunia tiada tara.
Kedua anaknya tumbuh dengan kemampuan di atas rata-rata. Buah hatinya lulus sekolah lebih cepat dibandingkan anak-anak pada umumnya.
Walau menjadi seorang guru besar di perguruan tinggi negeri dia selalu menanamkan pada anak-anaknya bahwa kesuksesan hanya bisa diraih oleh diri sendiri.
"Walaupun saya jadi profesor itu kan saya sebagai ibunya yang sukses. Bukan kamu yang sukses. Kalau kamu ikutan sukses karena saya ya nggak masalah. Tapi sekarang kamu belum sukses, kamu harus cari sukses kamu sendiri," ungkap dirinya.
Alhasil kedua anaknya tumbuh dengan jiwa yang haus akan pendidikan, dan Prof Risnita tidak ingin mengintervensi apa jalan pilihan sang anak.
Prof Risnita memberi keleluasaan berpikir pada anak tentang memilih jalan hidupnya sendiri.
Tidak ada yang namanya pemaksaan dengan kata lain sebuah tuntutan agar anak sama seperti orang tuanya dalam bidang keilmuan dan karir.
Jadi dalam keluarga kecilnya, keilmuan yang dimiliki anggota keluarganya sangat beragam.
Semua itu mengalir begitu saja namun tetap memilihnya dengan penuh kesadaran.
Dalam kehidupan, baginya pedoman terpenting adalah ilmu dan agama yang menjadi nomor 1 di atas segala-galanya.
Keduanya menjadi penyeimbang dalam kehidupan baik secara pribadi, keluarga, bermasyarakat, maupun pemimpin.
(Tribunjambi.com/Rara Khushshoh Azzahro)
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Mbah Taryo, Mantri Perkebunan yang Hobi Batu Kini Jadi Miliarder dari Pembangunan Tol Jambi-Betung
Baca juga: Prabowo Subianto Disebut Sosok Capres Berwawasan Luas dan Potensial di Pilpres 2024, Siapa Wakilnya?
Baca juga: AHY Tak Ingin Berandai-andai Jadi Cawapres Anies Baswean, Tetap Optimis: Insya Allah
Inara Rusli Buka Peluang Damai untuk Virgoun dan Tentri Anisa: Tapi Ada Syaratnya! |
![]() |
---|
Mbah Taryo, Mantri Perkebunan yang Hobi Batu Kini Jadi Miliarder dari Pembangunan Tol Jambi-Betung |
![]() |
---|
Prabowo Subianto Disebut Sosok Capres Berwawasan Luas dan Potensial di Pilpres 2024, Siapa Wakilnya? |
![]() |
---|
Atlet Tenis Meja Muaro Jambi Sumbang Medali Emas di Porprov Jambi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.