KKB Papua

Update Penyanderaan Pilot Susi Air Oleh KKB Papua, Tokoh Gereja Sepakat Jadi Mediator, Pakai Dialog

Penyelesaian semua permasalahan yang ada di Tanah Papua diharapkan tidak menggunakan senjata dan lebih mengedepankan dialog serta kemanuasiaan.

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Istimewa
Penyelesaian semua permasalahan yang ada di Tanah Papua diharapkan tidak menggunakan senjata dan lebih mengedepankan dialog serta kemanuasiaan. 

TRIBUNJAMBI.COM - Penyelesaian semua permasalahan yang ada di Tanah Papua diharapkan tidak menggunakan senjata dan lebih mengedepankan dialog serta kemanuasiaan.

Permintaan itu disampaikan unsur persekutuan gereja yang melakukan pertemuan dengan Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri di Jayapura, Papua, Rabu (10/5/2023) kemarin.

Pertemuan itu untuk membahas soal penyanderaan Pilot Susi Air Kapten Philip Mark Merthens oleh KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya di Kabupaten Nduga.

Pendeta Benny Giay berposisi moderator dalam pertemuan tdersebut.

"Kami sudah sepakat untuk meminta kepada pemerintah untuk mengedepankan dialog perdamaian, pendekatan kemanusiaan."

"Itu tidak lepas yang Panglima TNI (Jenderal Andika Perkasa) katakan pada 19 Desember lalu, beliau akan kedepankan pendekatan kemanusiaan," ujarnya, Rabu (10/5/2023).

Mengenai penyanderaan pilot Susi Air, Benny mengungkapkan, sudah ada kesepakatan tentang keterlibatan pihak gereja untuk menjadi mediator bagi semua pihak dari hasil pertemuan itu.

Baca juga: Pentolan KKB Papua Egianus Kogoya Takut Ketemu Pecatan TNI Ini, Terkenal Sangar

Baca juga: Apa Kabar KIB Usai PPP Usung Ganjar? Malu-Malu Bubarkan Diri, Tapi Mendekat ke Poros Lain

"Kami akan bentuk tim untuk coba mulai komunikasi dengan semua pihak," cetusnya.

Masyarakat Disebut Jadi Korban

Sementara Uskup Jayapura Monsinyur Yanuarius Theofilus Matopai You menekankan pentingnya dialog untuk mengatasi seluruh permasalahan yang ada di Tanah Papua.

Dia memandang sejauh ini, antara KKB dan aparat keamanan masih terus terlibat dalam kontak senjata yang berdampak pada terganggunya aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.

"Saya secara pribadi, kalau misal (korban) dari mereka sendiri, TPNPB dengan TNI-Polri, silakan saja, tapi akibatnya selalu pada masyarakat sipil," kata dia.

"Mama-mama tidak bisa jualan, mama-mama tidak bisa kerja dengan aman, mereka tidak menyusui anak dengan baik, anak sekolah tidak bisa sekolah, pegawai tidak bisa masuk kantor, jadi tetap (masyarakat) terganggu karena ada kekerasan dari pertikaian ini," lanjutnya.

Pihak gereja, sambung Yanuarius, bersedia menjadi mediator bagi kasus penyanderaan pilot Susi Air.

Namun mereka meminta jaminan keamanan agar bisa berkomunikasi dengan baik.

"Kalau bisa ada jeda kemanusiaan untuk beberapa saat, lalu kedua belah pihak ini mesti hentikan kekerasan. Lalu militer yang berlebihan (non-organik) supaya ditarik dulu, dengan itu ciptakan suasana yang baik agar negosiasi itu bisa jalan," katanya.

Menurut dia, ada kemungkinan pihak gereja akan lebih diterima oleh KKB untuk mencari jalan tengah persoalan itu.

"Pimpinan gereja mungkin lebih dipercaya oleh umat di sana, oleh Egainus dan juga tokoh-tokoh di sana yang bisa dipercaya, bersama pihak pemerintah supaya ada tim untuk melakukan negosiasi dengan pihak Egianus, supaya pilot bisa dibebaskan," tuturnya.

Tanggapan Kapolda

Sementara Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyambut baik respons pihak gereja yang bersedia terlibat langsung dalam upaya pembebasan pilot Susi Air.

Baca juga: Pria Ini Jadi Sosok yang Ditakuti dan Dihindari Pimpinan KKB Papua Egianus Kogoya? Eks TNI?

Ia pun memastikan akan ada pertemuan lebih lanjut untuk mematangkan hal tersebut dalam waktu yang tidak lama lagi.

"Tentu harapan kita semua, saya selaku Kapolda berharap dari gereja bisa memainkan peran (mediator) itu," ucapnya.

Mengenai keinginan pihak gereja agar tidak ada lagi aksi bersenjata, baik oleh KKB atau aparat keamanan dalam melakukan penindakan hukum, Fakhiri setuju dengan konsep tersebut.

Dia menginginkan agar pihak gereja bisa lebih aktif menjadi penyambung aspirasi bagi semua pihak.

"Untuk pencegahan kita harus mendengar apa yang disampaikan para hamba Tuhan, saya berharap ini bisa menjadi bagian yang baik untuk Papua hari ini dan ke depan."

"Kita bersepakat bahwa kekerasan apa pun di Tanah Papua harus ditekan, kalau bisa dihilangkan, supaya bisa tumbuh generasi muda Papua yang dia bisa melupakan sejarah kelam itu dan bisa membangun Papua," kata Fakhiri

Sosok Yotam Bungiangge

Yotam Bugiangge merupakan sosok yang disebut sangat ditakuti pimpinan KKB Papua, Egianus Kogoya.

Sehingga dia lebih memilih menghindar saat akan berhadapan dengan sosok tersebut.

Padahal pimpian KKB itu dikenal kejam dan disebut pembunuh beradarah dingin.

Sehingga Egianus Kogoya disebut menjadi orang yang bertanggungjawab atas insiden yang di Nduga, Papua.

Dia juga disebutkan sebagai orang yang bertanggungjawab atas gugur nya prajurit TNI dan sipil dalam baku tembak tersebut.

Meski Egianus Kogoya dikenal kejam, namun dia dan kroninya akan lebih memilih menghindar saat berhadapan dengan sosok Yotam Bugiangge.

Baca juga: Danrem: 5 Pucuk Senjata Api Hilang Bersamaan 5 Prajurit Saat KKB Papua Lakukan Penyerangan di Nduga

Yotam Bugiangge merupakan pecatan TNI yang kini membentuk kelompok sendiri di wilayah yang sama.

Dia disebutkan telah bergabung dengan KKB Papua setelah berhasil melarikan diri dari ketuanya di Kabupaten Keerom.

Di Kabupaten Nduga dia disebut membentuk kelompok sendiri.

Informasi itu disampaikan oleh Kapolres Nduga AKBP Rio Alexander Panelewen.

Rio mengatakan, Yotam dan Egianus sempat bekerja sama dan melakukan penyerangan terhadap warga di Kampung Nogolait, Distrik Kenyam, pada Juni 2022.

12 orang dikabarkan tewas dalam serangan tersebut.

Namun setelah itu, antara Egianus dan Yotam berpisah. Mereka membentuk kelompok sendiri.

"Sejak kabur dari kesatuannya pada akhir 2021, Yotam ini datang ke Nduga tapi menolak bergabung dengaan kelompoknya Egianus," ujar Rio saat dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (7/5/2023).

"Sekarang Yotam ini jalan sama Armi Tabuni dan Waryambo," kata Rio.

Setelah kejadian Nogolait, Egianus Kogoya dan kelompoknya pergi ke Distrik Paro.

Sementara Yotam tidak diketahui lari ke mana.

Saat ini, terang Rio, ada informasi yang mengatakan Yotam dan kelompoknya berada di sekitar Distrik Kenyam setelah sempat pergi ke Yahukimo.

Rio menduga hal ini yang membuat Egianus sudah tidak pernah mendekat ke Distrik Kenyam.

"Kemungkinan Egianus tidak mudah untuk ke Kenyam karena ada si Yotam ini," tutur Rio.

Kapolda Papua Beri Peringatan ke Pejabat yang Bantu KKB Papua

Sebelumnya diberitakan, Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri memberi peringatakan keras kepada semua pihak yang mendukung KKB Papua.

Fakhiri juga menyampaikan peringatan tersebut kepada oknum pejabat yang terindikasi membantu KKB pimpinan Egianus Kogoya.

Ia menegaskan, semua pihak yang terlibat dengan KKB akan ditindak tegas secara hukum.

"Kami akan melakukan tindakan penegakan hukum kepada okum-oknum pejabat yang selama ini membantu Egianus Kogoya," tegas Fakhiri kepada Tribun-Papua.com, Minggu (30/4/2023) di Timika. 

Baca berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Prediksi Kartu Prakerja Gelombang 52 Ditutup, Buruan Daftar di Prakerja.go.id

Baca juga: Ada 4 Permintaan Izin Poligami di Pengadilan Agama Kota Jambi

Baca juga: PDIP Jadi Partai Pertama yang Daftarkan 35 Bacaleg ke KPU Merangin

Baca juga: 2 Destinasi Wisata yang Sedang Viral di Kabupaten Bungo, Cocok Dikunjungi Bersama Keluarga

Sebagian artikel ini telah diolah dari Tribun-Papua.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved