Wiki Jambi

Malam Tari Inai, Tradisi Kuno di Tanjabbar yang Mulai Tergerus Zaman

Mengenal lebih dekat tradisi malam tari inai di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) yang saat ini semakin terkikis oleh kemajuan zaman.

|
Penulis: Ade Setyawati | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi/Ade
Mengenal lebih dekat tradisi malam tari inai di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) yang saat ini semakin terkikis oleh kemajuan zaman. 

TRIBUNJAMBI.COM, KUALATUNGKAL - Mengenal lebih dekat tradisi malam tari inai di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) yang saat ini semakin terkikis oleh kemajuan zaman dan tren-tren baru.

Tradisi malam tari inai merupakan sebuah upacara tradisional yang berkaitan dengan adat istiadat pada saat perkawinan yang hidup dalam masyarakat Melayu Timur di kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), yang telah ada sejak dahulu dan masih dipertahankan oleh masyarakat Melayu Timur hingga saat ini.

Indra Gunawan seorang budayawan Tanjabbar dan ketua sanggar serase menjelaskan arti dan makna setiap rangkaian malam tari Inai.

"Malam tari inai merupakan tradisi dari masyarakat melayu di Kabupaten Tanjabbar khususnya masyarakat melayu Timur yang berada di Kuala Tungkal. Pada prinsipnya acara malam tari Inai adalah satu prosesi pemberian doa restu kepada kedua mempelai yang telah melaksanakan akad nikah," jelasnya.

Indra Gunawan melanjutkan, selain itu malam tari inai juga merupakan tempat silaturahmi kedua keluarga besar yang berkumpul pada malam hari itu untuk sama - sama melaksanakan prosesi pemberian doa dan restu yaitu berupa pengaburan beras kunyit  beras basuh, seperti  cecah Inai dan juga doa dan juga tepung tawar.

Malam tari inai rangkaian prosesi perkawinan dari masyarakat melayu dilaksanakan setelah kedua mempelai melaksanakan ijab kabul dan biasanya dilaksanakan pada malam hari disaat keluarga besar berkumpul dan juga acara masak-masak karena besok akan melaksanakan resepsi pernikahan

"Rangkaian pertama malam tari inai ditandai dengan kedatangan mempelai laki-laki, ditunggu keluarga besar dari mempelai perempuan," tambahnya.

Baca juga: Tradisi Unik Lebaran di Jambi, Tari Topeng Labu di Muaro Jambi

Kemudian tradisi diawali dengan pembacaan syair yang lengkap dikata untuk hikmatan mengucapkan selamat datang kepada kedua mempelai kepala hadirin yang hadir pada malam itu, kemudian mempelai laki-laki akan didudukkan di singgasananya.

Kemudian melaksanakan tari Inai, tari Inai adalah satu bentuk prosesi yang terdiri dari pada silat baik itu pesilat laki-laki maupun pesilat perempuan.

"Pengantin laki-laki yang duduk di singgasananya itu disuguhi atraksi silat dimana ada silat sembah atau memberikan penghormatan kepada pengantin kemudian kedua pesilat akan saling bertarung," lanjutnya.

"Di sini filosofinya bahwasanya laki-laki yang datang ke dalam keluarga perempuan harus mengerti bahwa anak perempuan kami sangat dilindungi jadi dengan segala kekuatan kami akan melindungi anak gadis kami,  jadi laki-laki tidak bisa berbuat macam-macam," jelasnya.

Indra Gunawan melanjutkan, kemudian disini juga menggambarkan, karena engkau (pengantin laki-laki) telah menjadi bagian keluarga dari perempuan, maka kami pihak perempuan akan mempertahankan ataupun akan membela laki-laki selagi berjalan dijalan yang benar.

Setelahnya, silet itu juga akan ditampilkan dengan bunga lilin, dimana bunga lilin ini biasanya ada yang terdiri dari tiga lilin ada lima lilin dan ada 7 lilin semuanya memiliki filosofi.

"Jika lilin yang ditarikan menggunakan 3 lilin, berarti laki-laki ataupun keluarga yang dibina oleh laki-laki harus tetap berpegang kepada 3 hal pertama Al-Qur'an, kedua hadits dan ketiga jumhur ulama. Kemudian jika yang ditarikan adalah bunga lilin yang bercabang lima, maka laki-laki ataupun sebagai kepala kepala keluarga, suami harus memegang lima sifat yaitu lima rukun Islam diantaranya sahadat, salat, puasa, zakat dan naik haji bagi yang mampu dan jika bunga lilinnya ada tujuh maka itu melambangkan bahwa kita hidup di atas bumi masih ada yang dibawahnya yaitu tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi," tambahnya.

Kemudian pesilat akan menarikan ataupun bersilat sambil membawa bunga bunga lilin bertujuan dari bunga lilin itu tadi adalah kita hidup membina rumah tangga maka kita akan mempertahankan asas, biasanya para pesilat akan mengusahakan lilin-lilin yang ditarikan tidak mati, kita hidup harus berusaha dan tetap menjaga asas untuk membina keluarga kita utuh.

Baca juga: Tradisi Unik Lebaran Ketiga, Ziarah ke Makam Keluarga di Tuo Ilir Tebo

Setelah penampilan silat lilin, maka pengantin laki-laki akan diberikan tepung tawar yang berarti doa dan restu.

Kemudian dicecahkan inai, ditaburkan beras kunyit, ditaburkan bras basah, ditaburkan beutik. Dicecah kan Inai dan tepung tawar bermakna doa ataupun Restu doa dari keluarga, agar keluarga yang dibina ini menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

Selanjutnya ditaburkan beras basuh (Beras putih yang dicuci) maknanya, kita berumah tangga maka sandang dan pangan itu harus tetap dijaga, suami harus bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan sang istri.

Kemudian beras kunyit dimana beras kunyit ini adalah lambang kemewahan, kita berkeluarga, kita membina keluarga pasti kita punya keinginan untuk menjadi keluarga yang mapan ya mungkin tidak hanya perhiasan ataupun yang lain-lain jadi tujuan dari mengingat lambang kemegahan.

Dilanjutkan dengan ditaburkan bekti, dimana bekti disini ialah padi yang digongseng sehingga memekar seperti popcorn tapi ini dari padi yang ditaburkan pasangan suami istri, maka kalau seandainya mereka sudah berkumpul maka akan menghasilkan keturunan yang banyak, itu makna dari pada ini.

Kemudian baru dicecahkan Inai, dimana mempelai di pasangkan inai di kuku dan inai tidak akan hilang kecuali kuku memanjang dan dipotong dan ini memaknakan bahwa hidup berumah tangga itu harus langgeng kalaupun dapat berpisah maka hanya dengan kematian.

Dilanjutkan dengan penaburan bertidak cecah inai dan harus ganjil seperti 3, 5 dan 7 yang dapat dipiliha dari masing-masing keluarga baik pihak laki-laki maupun pihak perempuan.

Kemudian pengantin laki-laki turun dan dilanjutkan dengan dinaikkan pengantin perempuan, didudukkan di singgasananya dan wajahnya ditutup dengan kipas, wajahnya di tutup agar besok di saat resepsi maka seri wajahnya naik dan pada malam hari itu akan menimbulkan penasaran dari keluarga yang datang seperti apa perempuan itu.

Proses selanjutnya sama seperti proses yang dilaksanakan kepada mempelai laki-laki, yaitu tarian kemudian silat memainkan bunga lilin selanjutnya juga ditambah dengan tepung tawar penaburan beras basah, beras kunyit putih dan lain sebagainya.

Selama rangkaiam malam tari inai juga diiringi musik kulintang, dimana musik kulintang ini tidak kalah pentingnya dan pelakunya sudah makin berkurang karena sudah semakin tua dan juga ada beberapa yang sudah ke haribaan sang kuasa akibat kemajuan zaman.

"Adat ini sudah berlaku secara turun-temurun yang asalnya mungkin kami juga tidak tahu dimulainya kapan karena ini memang dari nenek moyang kami sudah dilaksanakan, dari para tetua para tokoh-tokoh adat masyarakat melayu yang menjelaskan kepada kami sehingga kami dapat menangkap bahwasanya prosesi dari malam tari inai ini tidak hanya sekedar berkumpul atau bersenang-senang, tapi banyak terkandung filosofi - filosofi yang memberikan nasehat kepada kedua pengantin untuk mengarungi kehidupan bahtera rumah tangga," lanjutnya.

"Di sini juga kami sampaikan bahwasanya malam tari inai ini tidak hanya dilakukan oleh  masyarakat melayu, tapi juga dilaksanakan oleh masyarakat suku Palembang yang telah membaur dengan masyarakat melayu yang ada di Kuala Tungkal," jelasnya

Tradisi  ini semakin hari sudah makin terkikis dan sanggar serase hingga hari ini tetap berusaha bagaimana prosesi ataupun tradisi malam tari Inai ini terus berkembang.

"Mari sama-sama kita lestarikan tradisi kita, seperti daerah lain yang bangga menampilkan tradisi daerah nya, dan kami disini selain membutuhkan generasi muda untuk terus melestarikan tradisi ini juga butuh dukungan dari pemerintah," tutupnya.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved