Khazanah Islami

Yuk Puasa Syawal, Pahalanya Sama Dengan Puasa Setahun Penuh

Puasa Syawal merupakan puasa sunnah selama enam hari di bulan Syawal, yakni setelah bulan Ramadhan

Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono
ist
Ini Hukum Puasa Syawal Menurut Mazhab Maliki Ternyata Bisa Makruh, Ini Usul al-Fiqh & Penjelasannya 

TRIBUNJAMBI.COMPuasa Syawal merupakan puasa sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan.

Biasanya dilakukan selama enam hari di bulan Syawal, yakni setelah bulan Ramadhan.

Menurut Ustadz Dr H Ferry Muhammadsyah Siregar MA, terdapat banyak keutamaan  puasa Syawal.

Dikutip dari tayangan Tanya Ustadz Tribunnews, Dr H Ferry Muhammadsyah Siregar MA mengatakan bahwa, melaksanakan puasa Syawal ganjarannya diibaratkan seperti berpuasa selama 1 tahun.

Hal ini dikarenakan, satu hari puasa di bulan Ramadhan dan puasa di bulan Syawal, diibaratkan seperti berpuasa 10 hari.

  Maka seseorang yang melaksanakan puasa Ramadhan selama 30 hari penuh, kemudian ditambah 6 hari di bulan Syawal, ia seperti orang yang berpuasa selama 360 hari, atau sama dengan 1 tahun.

Dijelaskan juga bahwa dalam hukum Islam selama 1 tahun terdapat 365 hari, dan dalam satu tahun terdapat 5 hari yang diharamkan untuk menjalankan puasa.

5 hari tersebut adalah 2 hari raya yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, serta tiga hari yaitu hari tasyrik, tanggal 11, 12, 13 pada bulan Zulhijjah saat musim haji.

Maka apabila menjalankan puasa Ramadan selama 30 hari dan enam hari di bulan Syawal, maka dikalikan 10 menjadi 360 hari.

Jumlah tersebut kurang lebih sama dengan jumlah hari dalam satu tahun.

Puasa syawal dianjurkan untuk dilakukan mulai hari kedua di bulan Syawal, apabila memungkinkan.

Bila tidak memugkinkan, boleh di tanggal lain, selama itu masih di bulan Syawal.

Puasa syawal ini dianjurkan untuk dilakukan terus menerus, dalam kurun waktu yang berturut-turut.

Tetapi jika merasa berat diperbolehkan untuk tidak melakukannya dalam hari yang berturut-turut.

Puasa syawal juga sama seperti halnya shalat sunnah rawatib yang dapat menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib.

Dikutip dari Buku Pintar Panduan Lengkap Ibadah Muslimah, dijelaskan bahwa ada beberapa pandangan terkait waktu pelaksanaan puasa Syawal ini.

Puasa enam hari pada bulan Syawal dapat dilakukan berturut-turut atau tidak berturut-turut.

Sedang menurut golongan Hanafi dan Syafi'i lebih utama melakukannya secara berturut-turut yaitu sesudah hari raya Idul Fitri.

Bacaan Niat puasa Syawal

Nawaitu Sauma Syahri Syawwal Sunnatan Lillahi Ta'alah

Artinya :

“ Saya niat puasa bulan Syawwal , sunnah karena Allah ta’ala.”

Bacaan Niat Puasa Syawal

Simak bacaan niat dan tata cara puasa syawal yang paling akhir dikerjakan pada 22 Juni 2020. 

Sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, puasa syawal dikerjakan selama 6 hari di bulan Syawal

Dikutip dari buku Panduan Lengkap Ibadah Muslimah yang ditulis Ustaz M. Syukron Maksum, puasa secara bahasa adalah menahan diri dari sesuatu.

Secara terminologi, puasa adalah menahan diri pada siang hari dari berbuka dengan disertai niat berpuasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Meski hukummnya sunnah, puasa syawal memiliki keutamaan dimana pahala puasa syawal seperti puasa sepanjang masa.

Hal itu berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW;

Abu Ayub menyatakan bahwa Rasullullah bersabda:," Siapa yang berpuasa bulan Ramadhan kemudian diikutinya dengan enam hari Syawal maka ia sepeti berpuasa sepanjang masa," (HR Muslim).

Hal senada juga terungkap dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh jemaah adli hdis, kecuali Bukhari dan Nasai, dengan lafad senada dengan hadis di atas.

Untuk Anda yang hendak menjalankan puasa syawal, berikut waktu, bacaan niat hingga doa berbuka puasa: 

Kapan Waktu Puasa Syawal

Puasa Syawal sudah bisa dikerjakan mulai tanggal 2 Syawal 1444  H atau Minggu, 23 April 2023. 

Paling lambat, puasa syawal dikerjakan akhir Syawal atau 30 Syawal 1444 H.

Akan lebih baik, puasa Syawal dikerjakan di awal bulan Syawal karena bentuk menyegerakan kebaikan. 

Tetapi jika tidak bisa, dikerjakan di akhir Syawal pun tidak masalah yang penting masih di bulan Syawal

Hal ini berdasarkan penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin dalam kitab Syarhul Mumti, dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, muhammadiyah.id

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Para fuqoha berkata bahwa yang lebih utama, enam hari di atas dilakukan setelah hari raya_idul Fithri (1 Syawal) secara langsung. Ini menunjukkan bersegera dalam melakukan kebaikan.” (Syarhul Mumti’, 6: 465).

Niat Puasa 6 Hari Syawal

Berikut ini niat untuk puasa sunah di bulan Syawal :

"Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawwal esok hari karena Allah SWT.”

Untuk puasa sunah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.

Berikut ini niat puasa Syawal pada siang hari: 

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

"Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawwal hari ini karena Allah SWT.”

Tata Cara Puasa 6 Hari Syawal

Tata cara puasa 6 hari Syawal secara umum sama dengan puasa lainnya. 

Puasa Syawal diawali dengan niat, makan sahur, dan kemudian berbuka puasa. 

Dikutip dari laman resmi Universitas Muhammadiyah Sukabumi, ummi.ac.id, berikut ini tata cara dan ketentuan puasa Syawal: 

1. Puasa Syawal dilakukan selama enam hari

Sebagaimana disebutkan dalam hadis, puasa Syawal itu dilakukan selama enam hari.

Lafaz hadis di atas adalah:

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).

Dari hadis tersebut, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berkata, “Yang disunnahkan adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal.” (Syarhul Mumti’, 6: 464).

2. Diutamakan dikerjakan berurutan

Puasa Syawal diutamakan agar dikerjakan secara berurutan. 

Tetapi jika tak bisa dikerjakan berurutan, boleh dikerjakan secara terpisah-pisah. 

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin juga berkata, “Lebih utama puasa Syawal dilakukan secara berurutan karena itulah yang umumnya lebih mudah. Itu pun tanda berlomba-lomba dalam hal yang diperintahkan.”

3. Usahakan untuk Mengganti Utang Puasa Ramadhan Lebih Dulu

Jika Anda memiliki utang puasa Ramadhan, disarankan untuk menggantinya terlebih dulu (qodho' puasa). 

Hal ini berdasarkan penjelasan Ibnu Hambali dalam kitab Lathoiful Ma’arif. 

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Siapa yang mempunyai kewajiban qodho’ puasa Ramadhan, hendaklah ia memulai puasa qodho’nya di bulan Syawal. Hal itu lebih akan membuat kewajiban seorang muslim menjadi gugur. Bahkan puasa qodho’ itu lebih utama dari puasa enam hari Syawal.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 391).

Begitu pula beliau mengatakan, “Siapa yang memulai qodho’ puasa Ramadhan terlebih dahulu dari puasa Syawal, lalu ia menginginkan puasa enam hari di bulan Syawal setelah qodho’nya sempurna, maka itu lebih baik. Inilah yang dimaksud dalam hadits yaitu bagi yang menjalani ibadah puasa Ramadhan lalu mengikuti puasa enam hari di bulan Syawal. Namun pahala puasa Syawal itu tidak bisa digapai jika menunaikan qodho’ puasanya di bulan Syawal. Karena puasa enam hari di bulan Syawal tetap harus dilakukan setelah qodho’ itu dilakukan.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 392).

Doa Berbuka Puasa

Saat tiba berbuka puasa, dianjurkan untuk berdoa terlebih dahulu. 

Berikut bacaan doa buka puasa yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW: 

Lafadz Pertama,

Allahumma lakasumtu wabika aamantu wa'alaa rizqika afthortu birohmatika yaa arhamar roohimiin.

Artinya: Ya Allah karena-Mu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa), dengan rahmat-Mu, Ya Allah Tuhan Maha Pengasih.

Lafadz Kedua,

Selain doa buka puasa di atas, ada satu pendapat lainnya tentang doa buka puasa yang berasal dari hadis Rasulullah SAW yaitu sebagai berikut,

Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah

Artinya: Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki. (Hadits shahih, Riwayat Abu Daud: 2/306, no. 2357 dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678).

Baca juga: Tata Cara Puasa Syawal Disertai Keutamaan Mengerjakannya

 

 

 

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved