Kisah Pemuda Asal Pandeglang, Aktivis HMI dan Pemuda Ansor Kuliah di Vatikan: Puasa dan Kuasa Ilahi

Kisah Deni Iskandar, pemuda asal Pandeglang, Banten yang merupakan aktivis HMI dan Pemuda Ansor menempuh pendidikan di Yayasan Nostra Aetate, Vatikan.

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Ist
Kisah Deni Iskandar, pemuda asal Pandeglang, Banten yang merupakan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Anggota Gerakan Pemuda Ansor menempuh pendidikan di Yayasan Nostra Aetate, Vatikan. 

Rasa syukur saya tidak pernah berubah. Tidak terasa puas hanya tinggal beberapa hari lagi akan selesai dengan semua program di Roma dan Vatikan. Ramadhan juga sebentar lagi akan berakhir. Apakah Ramadhan yang akan datang, saya akan bisa berpuasa kembali seperti ini? Waallahu 'Alam.!

Meskipun di Kota Roma ini umat muslim hanya terhitung dengan jari, namun saya harus salut dan angkat jempol untuk keramahan dan keterbukaan pemerintah dan masyarakat di sini. Karena dalam praktek beragama, umat Muslim bisa dengan bebas dan leluasa, menjalankan ibadah puasa, solat berjamaah, juga berpuasa.

Sepanjang saya hidup di Kota Roma ini, saya melihat dan merasakan betul, bahwa umat Muslim di Kota Abadi ini, bisa meng-ekspresi-kan kehidupan beragama-nya secara luwes.

Semua hak-hak beribadahnya terpenuhi. Kalau ada Muslim yang tidak sholat atau tidak berpuasa, itu adalah persoalan pribadinya saja dan bukan karena orang-orang non-Muslim di sini yang mempersulit dirinya.

Di Kota Roma ada Masjid Agung yang besar, malah terbesar di Uni Eropa, dan ada juga puluhan Musola-musola, yang digunakan sebagai tempat Ibadah, termasuk juga Ibadah Sholat Jumat, dan juga sholat Tarawih.

Salah satu Musolanya terletak di wilayah Vittorio Emanuele, bernama Musola Baitu Assalam (Rumah Keselamatan). Menariknya bahwa Mosala ini persis berdampingan dengan sebuah Gereja Katolik.

Satu hal lain lagi di kota Roma ini yang membuat saya juga sangat bersyukur adalah bahwa, di sini, alhamdulillah, puasa saya selama bulan suci Ramadan ini lancar-lancar saja, alias tidak batal. Sahabat-sahabat Katolik yang serumah dengan saya, memberikan kepada saya apa yang saya butuhkan untuk berpuasa.

Dari Masjid Agung Roma saya mendapatkan daftar lengkap tentang jam Saur, jam sholat, jam matahri terbit, jam matahari terbenam dan jam buka puasa. Semua lengkap. Hal ini membuat puasa saya memiliki makna berbeda dan spesifik, tidak seperti di Indonesia. Sebelumnya, selama 9 tahuh lebih, selepas keluar dari Pondok Pesantren, biasanya puasa saya selalu batal. _Hehehhehe..._

Alhamdulillah, di Kota Abadi ini, puasa saya berjalan dengan lancar.!!!! Inilah salah satu keuntungannya kalau kita sedikit keluar dari lingkungan sempit kita untuk mengenal dunia lain. Ada banyak hal indah yang kita temukan dan membantu memperlebar horison kita, dan mengubah cara pandang dan cara paham kita.

Yang kita takut-takutkan sebelumnya tidak harus semuanya benar. Saya berdoa semoga hari-hari dan malam-malam ke depannya lebih panjang, biar masih bisa tinggal lebih lama di sini.

Kata orang, kalau mau kembali lagi ke Roma, harus buang coin-coin kecil di Fontana di Trevi dengan posisi membelakanginya. Mau coba deh. Jangankan sekali, bisa berkali-kali. Mumpung masih punya banyak coin euro kecil di celengan.. Hehee..

D. Sant. Gregorio, Cellio, Rome
Kamis, 20 April 2023

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Profil dan Biodata Arya Saloka, Pemain Sinetron yang Diisukan Sudah Cerai dengan Putri Anne

Baca juga: Chelsea Telah Adakan Pembicaraan dengan Mauricio Pochettino untuk Jadi Manajer Permanen

Baca juga: Download Lagu MP3 Ramadan 2023 Terbaru, Ada Lagu Religi Nissa Sabyan, Opick, Tompi, Afgan Lengkap

Baca juga: Daftar 3 Pemain yang Bisa Jadi Pengganti Karim Benzema di Real Madrid

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved