Lebaran 2023

BREAKING NEWS: Lebaran Idul Fitri 1444 H Jatuh pada Hari Sabtu 22 April 2023

Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah jatuh pada hari Sabtu, 22 April 2023. Didasarkan pada keputusan sidang isbat yang dipimpin Menteri Agama Yaqut Cholil

|
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Ist
Menteri Agama Yaqut Cholil umumkan hasil sidang isbat di Jakarta, Kamis (20/4/2023). 

Kedua cara ini sudha tertuang pada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 Tahun 2004 dan UU Nomor 3 Pasal 25 A.

Meski sama-sama berpatokan pada sains atau ilmu terapan yang berbasis astronomi, kedua metode memiliki perbedaan dalam menentukan hilal.

Baca juga: Harga Cabai Rawit di Bangko Naik Jelang Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah

Apa beda metode Rukyatul Hilal dan Hisab? Simak penjelasannya yang dirangkum Tribunnews.com berikut ini:

Rukyatul Hilal

Rukyatul hilal secara harfiah artinya melihat bulan secara langsung melalui alat bantu seperti teropong.

Aktivitas pengamatan ini berfokus pada visibilitas hilal atau bulan sabit muda saat matahari terbenam sebagai tanda pergantian bulan pada kalender Hijriah.

Namun, bila cuaca terhalang gumpalan awan atau mendung, tak jarang rukyatul hilal menemui kesulitan untuk melihat bulan sabit muda. Jika hal itu terjadi, maka hilal dianggap tak terlihat sehingga penentuan awal puasa Ramadhan digenapkan pada lusa berikutnya.

Khusus pemantauan hilal Indonesia dilakukan pada 86 titik yang tersebar di 34 provinsi.

Petugas yang melakukan rukyatul hilal di antaranya ahli astronom, pimpinan pondok pesantren, ahli klimatologi hingga masyarakat umum yang ingin terlibat langsung.

Metode Hisab

Jika rukyatul hilal menitikberatkan pada pemantauan bulan sabit muda, lain lagi dengan metode hisab

Metode ini dimaksudkan pada perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan sebagai tanda dimulainya awal bulan pada kalender Hijriah.

Baca juga: Makna Idul Fitri 1444 H Bagi Ketua DPRD Jambi Edi Purwanto

Metode hisab bisa dilakukan berdasarkan perhitungan pasti yang sudah digelar jauh hari sebelum masuk Ramadhan.

Metode ini mengalami perkembangan di Indonesia dan memiliki beberapa rujukan dari kitab dan sudah menggunakan metode kontemporer.

Untuk menentukan awal bulan Ramadhan atau bulan yang lain dalam kalender Hijriah seperti Syawal dan Dzulhijah, Kemenag menggunakan penggabungan data ephemeris antara hisab dan rukyat.

Terlepas dari itu, baik metode hisab maupun rukyat, keduanya merupakan sebuah cara untuk menentukan awal bulan yang saling membantu karena sifatnya sains dan bisa dikaji oleh para ahli.

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

 

Artikel ini diolah dari Tribunnews.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved