Kisah Bejujung, Warga SAD yang Berkuliah di Universitas Jambi

Saat ini, Bejujung tercatat sebagai mahasiswa semester lima jurusan Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi (UNJA)

|
Penulis: Srituti Apriliani Putri | Editor: Rahimin
Tribunjambi/srituti apriliani putri
Besiar (Kiri) Bejujung (Kanan) warga SAD yang Berkuliah di Universitas Jambi 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Dengan tekad yang kuat, Bejujung yang merupakan salah satu masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) Jambi, akhirnya mampu meraih mimpinya untuk bisa mendapatkan kesetaraan pendidikan.

Saat ini, Bejujung tercatat sebagai mahasiswa semester lima jurusan Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi (Unja).

Tidak sendirian, Bejujung dan teman karibnya Besiar yang juga anak SAD mengambil jurusan yang sama di Unja. Keduanya berasal dari hutan Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi.

Bejujung menceritakan, bahwa awalnya ia mendapatkan penolakan dari orangtuanya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, dengan tekad yang kuat Bejujung berusaha memberikan pemahaman kepada orangtuanya untuk bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

"Awalnya tidak diizinkan, tapi karena aku ingin sekolah. Akhirnya diberikan izin," ujarnya.

Tidak sampai di situ, sebelum akhirnya berkuliah di Unja, Bejujung juga sempat tiga kali pindah sekolah akibat bermasalah dengan temannya. Mendapatkan beasiswa dari salah satu perusahaan sawit di daerahnya. Bejujung melanjutkan sekolah di SMK yang berada di pulau Jawa.

"Akhirnya pindah ke SMK yang ada di Jogja. Dibiayai PT sawit," ujarnya.

Setelah menyelesaikan pendidikan SMK di Jawa, Bejujung pulang ke kampung halamannya. Ia dan temannya mendapatkan bantuan biaya pendidikan dari PT. Sari Aditya Loka 1 (PT.SAL 1), sebuah perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang berpusat di Desa Muara Delang, Merangin.

"Kami inikan tinggalnya di hutan, tidak selamanya kami bisa tergantung pada hutan. Satu-satunya cara untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dengan sekolah dan menempuh pendidikan. Awalnya orang tua tidak merestui, berawal dari inisiatif saya sendiri. Semenjak kuliah, orang tua akhirnya terbuka pikirannya," cerita Bejujung.

Melanjutkan pendidikan di Unja, Bejujung mengatakan hingga saat ini ia tidak terlalu sulit untuk berbaur dengan teman-temannya yang lain. Namun, karena mendapat beasiswa ia mengatakan bahwa harus lebih giat lagi belajar, agar bisa segera menyelesaikan pendidikannya.

"Kalau kendala pasti ada, kami dapat beasiswa. Kalau terlambat pasti susah," sebutnya.

Tidak hanya karena ingin menimba ilmu, Bejujung juga berharap bisa menjadi contoh bagi adik-adiknya SAD yang tinggal didalam hutan Desa Bukit Suban. Ia ingin adik-adiknya memiliki pemikiran luas untuk bisa mengembangkan diri dan berusaha meningkatkan kemampuan individu dan mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

"Itu menjadi PR kami berdua, kami selain ingin belajar ilmu. Juga ingin jadi motivasi untuk adik-adik. Makanya sekarang ada yang ingin sekolah formal," jelasnya.

Baca juga: Pastikan Anak SAD Sekolah, Dinas Pendidikan Muaro Jambi Kirim Beberapa Guru untuk Mengajar Mereka

Baca juga: KPU Sarolangun Kejar Pencoklitan SAD, Beberapa Warga Enggan Dicoklit

Baca juga: TPS SAD di Muara Tabir Tebo Digabung dengan Warga Sekitar

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved